Briquette la Bendo, Briket Ampas Aren
Briquette la Bendo, Briket Ampas Aren
Briquette la Bendo, Briket Ampas Aren
Jumat, 28 Juni 2013 11:15
Pengembangan sumber bahan bakar alternatif biomassa masih terbilang minim. Padahal, ketersediaan sumber energi tersebut terbilang melimpah dan menjanjikan untuk masa depan.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membuat briket dari âonggokâ ampas limbah aren. Briket bernama âBriquette la Bendoâ itu lahir dari tangan Yoga Prisusatyo, M Ridwan Arif Cahyono, Yulfa Intan Yuraida, Yudia Tirta Karunawardani, dan Estri Pamungkasih.
Yoga Prosusatyo mengatakan, awal mulanya pembuatan briket ampas aren itu setelah menyaksikan limbah onggok dari 25 industri pengolahan aren di Dusun Bendo dan Margoluwih, Desa Daleman, Tulung, Klaten. Umumnya limbah olahan aren ini dibuang begitu saja di sungai.
Selain mengganggu estetika, limbah ini juga mulai mengganggu kualitas air dan udara setempat. Berdasarkan hasil penelitian mereka, kualitas air di sungai melebihi batas toleransi pencemaran air.
Bahkan di sekitar tempat pembuangan ampas tercium bau yang tidak sedap. âDi dusun tersebut, tepung aren dimanfaatkan untuk pembuatan mie, cendol, dan olahan lainnya. Tapi ampasnya dibuang begitu saja,â kata Yoga, seperti dilansir situs resmi UGM.
Dia mengaku, pengembangan briket ampas aren sebagai sumber bahan bakar energi alternatf biomassa ramah lingkungan memiliki keunggulan yang tidak kalah dibanding sumber bahan bakar minyak tanah maupun gas elpiji.
Selain murah, praktis, mudah menyala dan briket ini siap pakai. âTidak banyak asap pembakaran sehingga tidak mencemari lingkungan dan nyala apinya pun bagus,â imbuhnya.
Bukan hanya itu saja, sisa abu dari pembakaran briket yang dijual dengan harga Rp1.500 per kilogram (kg) tersebut bisa dimanfaatkan untuk campuran semen untuk industri pembuatan batu bata maupun untuk pembuatan kompos.
Sementara itu, Estri Pamungkasih menambahkan, proses pembuatan briket ini menggunakan bahan dasar utama ampas onggok, ditambah tepung kanji, dan air. Untuk bisa menjadi briket, ampas aren ini harus melalui proses pengeringan, pengarangan (pirolisis), pencampuran, pencetakan, dan pengeringan akhir.
Ampas onggok yang dihasilkan dari industri pengolah aren biasanya masih basah karena merupakan sisa hasil penyaringan dengan menggunakan air. Ampas yang masih basah tersebut dikeringkan terlebih dahulu sampai kering.
Pengeringan membutuhkan 2-3 hari untuk mengurangi kadar air pada ampas. Lalu dilakukan pengarangan atau pirolisis dengan tempetarur minimal 500 derajat celcius. âRata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses ini empat sampai lima jam apabila menggunakan api dan delapan jam apabila menggunakan listrik,â ungkap Estri.
Setelah proses pirolisis selesai dan dihasilkan arang, arang ini kemudian dicampur dengan perekat. Arang ampas onggok biasanya masih dalam bentuk serabut-serabut sehingga agar hasilnya lebih bagus maka perlu dihancurkan terlebih dahulu. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan alat pencetak briket dengan tekanan yang diberikan sebesar 100 gr/cm2.
Briket yang dihasilkan dari ampas onggok ini berdasarkan hasil pengujian yang disesuaikan dengan standar SNI untuk briket arang kayu, sudah memenuhi batas minimal standar seperti kadar air, kadar volatile, kadar karbon terikat dan nilai kalor . Hanya saja kadar abu untuk briket ampas onggok belum memenuhi standar SNI.
âKeunggulan dari briket ini adalah harganya murah karena bahan bakunya tidak perlu membeli dan tersedia banyak. Kedepannya pun juga masih banyak mengingat industri pengolahan aren ini juga akan terus berjalan,â tandasnya. (as)
* Berkhasiatnya Minuman Kesehatan dari Angkak (2013-06-19) * Bisnis Nugget dari Olahan Ampas Tahu (2013-06-18) * Canggihnya Rompi Pijat dari UGM (2013-06-14) * BBM Alternatif dari Sagu (2013-06-12) * Aneka Makanan dari Kembang Sepatu (2013-06-10)