Peringatan Maulid Nabi SAW menurut sejarahnya dimulai sejak masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayyubi Raja dari Dinasti Mamalik (kerajaan) ini sedang memobalisasi (menyiapkan dan mengatur) kekuatan Tentara Islam untuk menghadapi invasi orang-orang Nasrani dalam peperangan yang terkenal dengan nama Perang Salib.
Peperangan yang berlangsung selama sembilan puluh tahun lebih itu memang telah menguras habis potensi-potensi kedua belah pihak (tentaia muslim melawan tentara nasrani). Dalam kondisi itulah Shalahuddin al-Ayyubi (Panglima Perang Muslim) menggunakan momentum peringatan Maulid Nabi SAW, sebagai strategi untuk menggelorakan semangat juang kaum muslimin untuk menghadapi musuh-musuh Islam pada waktu itu.
Dengan bercermin pada perjuangan Nabi SAW berserta para sahabat/pengikutnya dalam menyampaikan Risalah Tauhid (agama Islam) kepada umat manusia yang sesat aqidahnya, dan lebih dari pada itu adalah perjuangan membela dan mempertahankan Risalah Islam (tauhid).
Dengan segala liku-liku dan kesulitannya, ruhul jihad dan tauhid serta semangat juang dan rela berkorban umat Islam pada waktu itu dapat ditumbuhkan dan digelorakan kembali, yang pada akhimya mereka (tentara muslim) dapat menaklukkan tentara salib.
Pro dan Kontra
Tidak heran jika terjadi pro kontra di kalangan umat Islam tentang perayaan Maulid Nabi SAW. Memang sama sekali (Perayaan Maulid Nabi SAW ini) tidak terdapat dasar ajarannya, baik di dalam al Qurโan maupun al Hadits. Sebab, jika ada perintah tertulis di dalam al Qurโan atau al Hadits tentang hal tersebut tentulah para sahabat Nabi SAW tidak akan mengabaikannya.
Apalagi (mustahil) bagi Nabi SAW yang sangat melarang adanya kultus individu terhadap dirinya, karena hal itu sangat bertentangan dengan prinsip ajaran tauhid yang diterimanya dari Allah SWT. Bahkan, jika dilihat dari sudut kepribadian Nabi SAW yang begitu santun dan rendah hati. Penonjolan diri pribadinya dengan membesarkan/merayakan hari kelahirannya adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.
Masalah adanya sebagian masyarakat kita yang menyelenggarakan peringatan/perayaan Maulid Nabi S AW tentu dapat dipahami, apabila niat melaksanakannya seperti niat Panglima Perang Shalahuddin al Ayyubi pada saat itu. Sehingga kedudukan perayaan Maulid Nabi SAW itu adalah sebagai sarana (instrumen) dakwah, syiโar agama, untuk semakin tegaknya nilai-nilai ajaran Islam di dalam kehidupan umat Islam.
Jika demikian kedudukannya tentu dapat diterima dan dipahami, malah (sebenarnya) haruslah didukung, untuk menambah kepahaman masyarakat muslim terhadap ajaran agamanya. Sehingga ibadah masyarakat semakin baik dari bagus. Tentu saja akan berdampak positif pula pada upaya pencegahan kemaksiatan dan kemungkaran di dalam kehidupan, baik beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Target Sasaran
Sejalan dengan target sasaran peringatan Maulid Nabi SAW pada pertamanya (membangkitkan semangat jihad dalam melawan tentara salib dan membela agama Islam), maka peringatan Maulid SAW yang diselenggarakan oleh masyarakat kita pada masa kini hendaknya dalam rangka pencapaian sasarannya yang tepat, yaitu :
- Menyambung tali sejarah perjuangan umat Islam.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa sebagian besar umat ini, khususnya generasi mudanya telah terputus dan tercabut dari sejarah masa lalu umat Islam. Karena itu, mereka tidak tahu, bahwa yang diperjuangkan Nabi SAW dahulu bukanlah sebatas mengajari kaifiyah (cara) ibadah dalam arti yang sempit, akan tetapi yang diperjuangkan beliau adalah tegaknya nilai-nilai ajaran Islam dengan seluruh aspeknya. Tidak banyak yang mengetahui, bahwa umat ini pernah menjadi umat yang besar, dan bahkan menjadi kiblat peradaban dunia pada masanya. Kesadaran pada sejarah umat ini akan melahirkan rasa percaya diri, optimisme dan membebaskan diri dari perasaan rendah diri. - Mewujudkan kesadaran akan pentingnya Ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah.
Telah begitu lama kekuatan umat ini tercabik-cabik karena perpecahan. Padahal, kekuatan umat itu (salah satunya) terletak pada kekuatan ukhuwah. Dari kesadaran ini umat diajak untuk membangun kembali kekuatannya yang meliputi: aqidah, akhlak, ilmu, ukhuwah, materi, jamaaโah, dan kekuatan jihad fiโsabilillah. Langkah awal pembinaan kembali kekuatan umat ini, bagaimanapun harus dimulai dengan melahirkan generasi qurโani. - Menumbuhkan kesadaran untuk menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat.
Mengembalikan fungsi masjid pada posisinya semula, yaitu sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan budaya, pendidikan, dan pembinaan umat. Disamping itu masjid juga tempat berkumpul umat untuk saling membantu dalam mengatur strategi pembangunan baik di bidang politik maupun ekonomi. Jika masjid makmur maka umatpun akan maju. - Meluruskan persepsi umat tentang hakikat kebangkitan kembali umat lslam.
Sebagai sarana berkumpulnya umat, untuk pertumbuhan dan perkembangan budaya Islam, maka kegiatan peringatan maulid Nabi SAW adalah sarana atau hal yang strategis dalam penyamaan visi, misi dan persepsi umat. Tentu saja (termasuk) melalui acara peringatan Hari-Hari Besar lslam lainnya. - Melakukan reorientasi dakwah dengan lebih memprioritaskan generasi muda.
Sebagaimana yang berlangsung pada zaman Nabi SAW dan para sahabatnya, bahwa prioritas pembinaan umat ada pada generasi mudanya. Oleh karena itu, perayaan/peringatan Hari-Hari Besar Islam dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah Islamiyah.
Itulah lima (minimal) poin yang seharusnya dijadikan target sasaran pencapaian melalui peringatan/ perayaan Hari-Hari Besar Islam, seperti Maulid Nabi SAW.ย Saatnyalah kita selalu mengedepankan kesatuan dan persatuan umat, senantiasa menghindari masalah-masalah perbedaan yang hanya akan memecah belah kesatuan dan persatuan umat.
Leave a Reply