DALAM POSISI MANAKAH KITA?

Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A

Pernahkah kita menyadari kesalahan yang telah kita lakukan ketika kita berbuat salah?, saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita tidak menyadari kesalahan yang telah kita lakukan, atau pura-pura tidak salah meskipun sudah jelas-jelas kita melakukan kekeliruan?, saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkah kita berfikir seperti Imam Syafi’i bahwa pendapat kita benar namun mengandung kesalahan, dan pendapat orang lain itu salah namun sangat mungkin mengandung kebenaran?, saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita berfikir bahwa pendapat kita adalah yang paling benar sementara pendapat orang lain tidak ada benarnya sama sekali?, saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita melakukan instrospeksi diri terhadap sejumlah kesalahan yang kita lakukan dengan rendah hati kita mengakui kesalahan kita, baik kepada Allah ataupun kepada manusia?, saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita menutup diri kita, tidak mau instrospeksi diri, tinggi hati dan tidak mau mengakui kesalahan kita, bahkan mencari-cari alasan dalam rangka membenarkan pendapat kita yang salah?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang lain, karena mereka adalah manusi yang bisa salah sebagaimana kita?, pada saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita sulit memaafkan kesalahan orang lain yang telah melukai hati kita, menyinggung perasaan kita dan melecehkan kita, meskipun mereka telah meminta maaf kepada kita?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita dikritik oleh orang lain, yang kadang-kadang orang yang mengritik kita lebih yunior dari kita, kemudian mau menerima kritikan itu?, pada saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita sulit untuk menerima nasehat, tidak mau dikritik, apalagi dari anak kecil atau yang lebih yunior dari kita?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita menjaga lisan kita, hati-hati dalam mengucapkan kata-kata, jangan sampai melukai hati orang lain, menganggap bahwa orang lain itu manusia yang juga punya perasaan?, pada saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita dengan semau kita mengatakan kata-kata dengan seenaknya, tidak mau tahu dengan perasaan orang lain meskipun perkataan kita itu melukainya?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita menyintai orang lain dengan tulus, karena mereka suka kabaikan dan ketaatan kemudian kita menyintainya, kita menyintainya karena Allah?, pada saat itulah kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita menyintai orang lain karena kita ingin mendapatkan manfaat dari mereka, mengharap bantuan atau balasan dari mereka?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Pernahkan kita dicintai orang lain dengan tulus, murni dari lubuk hatinya yang paling dalam, mereka tidak menyintai kita kecuali karena ketulusan dan kebaikan dan ketaatan yang kita lakukan?, pada saat itu kita dalam posisi yang benar.
Pernahkah kita dicintai oleh orang lain, gara-gara mereka ingin mendapatkan sesuatu dari kita, cinta mereka tidak tulus, sesungguhnya mereka membenci kita tetapi karena ada maunya sehingga terpaksa mereka berbasa-basi di hadapan kita?, pada saat itulah kita dalam posisi merasa benar.

Kawan…
Posisi yang benar adalah ketia kita rendah hati, tidak sombong, mudah memaafkan orang lain, menghargai pendapat orang lain, mau mengakui kesalahan, selalu introspeksi diri, tidak merasa paling benar, selalu menjaga lisan, mau dikritik dan dicintai orang lain dengan tulus. Sementara posisi merasa benar adalah ketika kita tinggi hati, sombong, sulit melupakan kesalahan orang lain, tidak mau menghargai pendapat orang lain, tidak mau mengakui kesalahan, tidak mau introspeksi diri, merasa paling benar, ngomong dengan seenaknya sendiri, tidak mau dikritik dan dicintai orang lain karena mengharapkan sesuatu dari kita. Benar itu selamanya baik, sementara merasa benar itu selamanya tidak baik.

Semoga kita selalu berada dalam barisan orang-orang yang benar sebagaimana diperintahkan oleh Allah swt.: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar” (At Taubah:119). Wallahu a’lam.
===============
cak.uril@gmail.com

About The Author

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *