Home / Artikel Ilmiah / Hubungan Antar SQ, EQ dan IQ

Hubungan Antar SQ, EQ dan IQ

Hubungan Antar SQ, EQ dan  IQ

IQ adalah kecerdasan manusia yang berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis, berfikir, menentukan kausalitas, berfikir abstak, bahasa, visualisasi, dan memahami sesuatu.[1] IQ adalah alat kita untuk melakukan sesuatu letaklnya di otak bagian korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya dipandang sebagai penentu keberhasilan sesorang. Namun pada perkembangan terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit paradigma tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan karena banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi.[2]

Ketidak puasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep pusat dari kecerdasan seseorang telah melahirkan konsepsi yang memerlukan riset yang panjang serta mendalam. Daniel Golman mengeluarkan konsepsi EQ sebagai jawaban atas ketidak puasan manusia jika dirinya hanya dipandang dalam struktur mentalitas saja. Konsep EQ memberikan ruang terhadap dimensi lain dalam diri manusia yang unik yaitu emosional. Disamping itu Golman mempopulerkan pendapat para pakar teori kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan efektivitas penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut.[3]

Komponen utama dari kecerdasan sosial ini adalah kesadaran diri, motivasi pribadi, pengaturan diri, empati dan keahlian sosial. letak dari kecerdasan emosional ini adalah pada sistem limbik. EQ lebih pada rasa, Jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu untuk menggunakan aspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara efektif, karena IQ menentukan sukses hanya 20% dan EQ 80%.[4]

Fungsi kognitif manusia akan berfungsi maksimal apabila fungsi emosionalnya terkendali, dan terdapat koordinasi yang saling mempengaruhi antara keduanya, hal ini akan berakibat individu mampu untuk beradaptasi bahkan lebih kreatif dalam mencapai tujuannya. Sebagaimana diungkapkan dalam buku Danah Zohar terdapat kerjasama IQ dan EQ dalam proses kehidupan manusia, ia menegaskan bahwa: “Otak tidak terdiri atas modul-modul  kecerdasan yang terpisah dan fungsi-fungsinya terisolasi, keduanya saling berhubungan dan menguatkan sehingga memberi kita bentuk kecerdasan yang lebih tinggi dari pada masing-masing terpisah.” Apabila hal ini telah terbiasa digunakan atau bahkan dilatih maka akan meningkatkan potensi dari pribadi yang seimbang, menghasilkan manusia yang kreatif, produktif seperti kebanyakan manusia sukses yang pernah ada.[5]

Namun banyaknya manusia yang merasa kosong pada waktu mereka telah berada di puncak keberhasilannya. Mereka masih tidak menemukan sesuatu yang berharga, bahkan banyak manusia yang menghancurkan yang lain dengan menggunakan kecerdasan IQ dan EQ. Manusia merindukan suatu hal yang akan membuatnya hidupnya tidak datar yang membuat mereka merasakan kebahagiaan dan bersemangat dalam menjalani hidupnya.[6]

Kecerdasan spiritual menjawab semuanya. Istilah kecerdasan spiritual diusulkan oleh pasangan Danah Zohar dan Ian Marshall. Para pakar ini telah berhasil mensintesakan, mengemas, dan mempopulerkan sekian banyak studi dan riset terbaru di berbagai bidang keilmuan ke dalam sebuah formulasi yang cukup populer untuk menunjukkan bahwa aspek kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari sekedar apa yang semula bisa kita maknai dengan kecerdasan.[7]

Zohar dan Marshall mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berpikir/berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual (SQ).

Kinerja otak yang lain selain kinerja EQ dan IQ adalah rasa akan kesatuan dalam menangkap suatu situasi atau dalam melakukan reaksi terhadapnya. Kemampuan untuk berfikir menyatukan ini adalah kunci dari SQ. Otak manusia bukanlah sistem otonom dari fungsinya, melainkan antar fungsi dari bagian otak mempunyai penghubung untuk menyatukan dan saling mempengaruhi, dan itulah mengapa manusia dapat menangkap keseluruhan ini. SQ mempunyai dasar dasar neuro psikologis  pada osilasi frekwensi gamma 40 hertz, atau osilasi-syaraf singkron yang menyatukan data diseluruh bagian otak dan mampu mensinergikan serta menfasilitasi dialog antara akal dan emosi, fikiran dan tubuh dan berpotensi mengubah materi yang timbul dari proses IQ dan EQ, dengan penyatuan ini pula manusia dapat memaknai, membingkai, dan berkesadaran penuh.[8]

Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan.[9]

Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya denga IQ dan EQ, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain. Kini tidak cukup orang dapat sukses berkarya hanya dengan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan rumus dan logika kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional agar merasa gembira, dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja, bertanggung jawab dan life skill lainnya. Perlunya mengembangkan kecerdasan spiritual agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan pendapat Covey diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan dapat membimbing kecerdasan lainnya”[10].



[1] Stephen R. Covey, The8th Habit, Op.Cit., hal 75

[2] Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal 36

[3] Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual., hal 3

[4] Agus Nggermanto, Quantum Quotien., hal 97-100

[5] Danah Zohar Dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual., hal  50

[6] Ibid, hal 16-20

[7] Ibid, hal  1-5

[8] Ibid hal 53-55

[9] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Sebuah Inner Journey Melalui Ihsan, (Jakarta: Penerbit Arga. 2001), hal 123-125

[10] Stephen R. Covey, The8th Habit., hal , 79

About Moch Wahib Dariyadi

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Check Also

KAMUS AL-‘AIN (العين)

KAMUS AL-‘AIN (العين) PENDAHULUAN Penyusunan mu’jam (kamus) bahasa Arab yang menghimpun kosakata bahasa Arab dan ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *