Kecanduan Smartphone
Kecanduan Smartphone
Nama : Ardia Eksa Harjoko
Nim : 210512520025
Off-E9
Generasi milenial sangat rentan terhadap pengaruh kecanduan smartphone di era digital saat ini. Sejauh ini, tingkat kecanduan smartphone cukup mengkhawatirkan. Mengapa ini terjadi? Apa yang memudahkan untuk menambatkan diri di generasi milenial? Dan bagaimana Anda bisa mengatasi untuk menghentikan budaya kecanduan smartphone?
Penelitian literatur menunjukkan bahwa remaja berada dalam tahap perkembangan yang berisiko kecanduan dan bahwa remaja memiliki risiko kecanduan yang tinggi secara budaya. Secara khusus, remaja diidentifikasi sebagai kelompok dengan risiko tertinggi kecanduan smartphone. Kecanduan smartphone merupakan sikap penggunaan smartphone secara berlebihan yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Itu bisa berlangsung seolah-olah Anda menggunakan smartphone selama berjam-jam tanpa masalah.
Data dari lembaga riset Digital Marketing Emarketer menunjukkan jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia melebihi 100 juta orang pada 2018. The We Are Social Institute (2017) menyebutkan jumlah ponsel di Tanah Air mencapai 371,4 juta, atau 142% dari jumlah penduduk
262 juta jiwa. Ponsel yang beredar lebih banyak digunakan daripada penggunanya. Artinya, seorang pengguna telepon seluler dapat memiliki lebih dari satu telepon seluler.
Menurut penelitian Usni Dwi Ambarwaty (2018), alumni Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada tiga faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja, yaitu rendahnya pengendalian diri, kesepian dan sensasionalisme. Secara statistik sumbangan ketiga
variabel tersebut terhadap kecanduan smartphone adalah 23,7%. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian terdiri dari 327 siswa dari MAN 02
Bekasi berusia antara 15 dan 18 tahun yang diambil dengan menggunakan prosedur pengambilan sampel yang tidak mungkin. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Smartphone Addiction Scale (SAS), Self Control Scale, UCLA Loneliness Scale dan Sensation Seeking Scale V. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil analisis statistik deskriptif menggambarkan tingginya tingkat kecanduan smartphone pada siswa MAN 02 Bekasi dengan pangsa 52,3%. Menurut data, 52,3% siswa menggunakan smartphone secara hiperbolis karena menghambat aktivitas sehari-hari.
Apa yang akan terjadi adalah penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengendalian diri yang buruk mengakibatkan seseorang tidak dapat mengontrol perilakunya saat menggunakan smartphone. Semakin rendah pengendalian diri seseorang maka semakin tinggi kecanduan smartphone. Selain pengendalian diri, kesepian menjadi faktor lain yang membuat seseorang menjadi pecandu smartphone. Semakin tinggi perasaan kesepian seseorang maka semakin tinggi pula kecanduannya. Orang yang kesepian cenderung lebih sedikit berbicara, menghabiskan lebih sedikit waktu bersosialisasi, dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian. Karena kesepian, seseorang tidak pernah berkomunikasi secara tatap muka, mereka cenderung berinteraksi dengan orang lain melalui smartphone.
Penyebab ketiga adalah sensation seeking behavior, yaitu kesamaan seseorang buat melakukan sesuatu sebab mencari sensasi melalui pengalaman yang bervariasi, baru, serta kompleks. Semakin cepat seseorang membagikan sensation seeking behavior, meningkat tingkat kecanduannya. Sebab faktor sensation seeking behavior, tidak sporadis seorang memakai smartphone pada ketika mengemudi, berjalan, menyebrang, atau menunggu transportasi awam mengalami kecelakaan. Laporan Organisasi Kesehatan dunia (WHO) tahun 2015 berkata bahwa salah satu permasalahan terbanyak di Indonesia ketika ini adalah penggunaan ponsel waktu mengendarai kendaraan atau berjalan.
Smartphone adalah ibarat dua sisi mata pedang yang memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari penggunaan smartphone diantaranya adalah memberi kemudahan dalam
melakukan akticvitas komunikasi interpersonal melalui media sosial, membaca e-book, mengirim dan membalas ¬e-mail, mengirim pesan singkat, mengelola agenda kegiatan, mendapatkan hiburan seperti permainan, mengakses internet, berbelanja secara daring (online), dan melakukan aktivitas pribadi lainnya. Selain memiliki dampak positif, smartphone juga memiliki dampak negatif. Pengguna smartphone cenderung sibuk dengan dirinya dan tidak peduli terhadap orang di sekitarnya. Bahkan, cukup banyak individu yang menggunakan smartphone pada saat makan bersama keluarga maupun rekan-rekannya, mereka sibuk dengan smartphone dengan bermain games, chatting dengan orang lain, atau sekedar memperbarui status di media sosial, seperti Facebook, IG, Twitter dan lainnya.
Bagaimana mengatasi kecanduan smartphone? Kontrol diri artinya variabel yang terpenting untuk menghindari penggunaan smartphone yang berlebihan. Ketika seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi, mereka pasti akan bisa mengendalikan perilakunya dalam menggunakan smartphone. Peranan orang tua sangat penting pada menaikkan kontrol diri anak-anak mereka. kepada orang tua, agar menaikkan literasi penggunaan smartphone yang berlebihan. Yaitu menekankan pada aspek dalam penggunaanya serta hal yang dapat bermanfaat dan membawa pada kegiatan positif seperti halnya belajar.
Beberapa hal yang dapat terjadi jika terlalu sering menggunakan smartphone :
- Gangguan pada mata
- Mengganggu pola tidur
- Badan tidak segar
- Mengganggu realitas dunia nyata
- Kurangnya bersosialisasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kalangan remaja dalam hal menghindari penggunaan smartphone yang berlebihan adalah :
- Belajar atau mengerjakan tugas
- Mengaktifkan alarm batas penggunaan smartphone
- Pergi bersama teman / keluarga
- Berkumpul bersama keluarga
- Mengidentifikasi seberapa penting ketika kamu membuka ponsel
- Menghapus sosial media