KITA DAN PROTOKOLER

Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A

Istilah protokoler biasanya terkait dengan pejabat seperti presiden, menteri, gubernur atau pejabat-pejabat negara penting lainnya. Karena mereka harus dihormati, maka untuk berkomunikasi dengan mereka harus melalui mekanisme dan aturan-aturan khusus. Aturan protokoler biasanya dibuat dalam rangkan menjaga keamanan pejabat yang dimaksud, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Siapapun yang ingin bertemu dengan mereka harus melewati protokoler itu.

Kawan…
Dalam hal berkomunikasi dengan rasulullah saw., para sahabat melakukannya dengan menjaga adab-adab dan melalui protokoler tertentu juga, diantaranya sebagaimana diceritakan oleh Allah dalam surat al Hujurat, yaitu: (1) harus menghormati baginda nabi Muhammad saw., (2) tidak meninggikan suara ketika berbicara dihadapan beliau, (3) tidak boleh memanggil beliau dari luar ruangan dan harus menunggu beliau hingga keluar. Kemudian dalam surat an Nur disebutkan juga, yaitu (4) jika sedang dalam suatu acara bersama rasulullah, tidak boleh meninggalkan arena kecuali harus ijin terlebih dahulu. Dalam surat al Ahzab juga disebutkan, yaitu (5) jika bertamu ke rumah rasulullah saw. harus segera pulang setelah menyampaiakan maksud kedatangan dan selesai menikmati hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka.

Namun, yang perlu kita perhatikan dalam hal ini adalah bahwa protokoler tersebut yang menetapkan adalah Allah swt. bukan rasulullah saw. sendiri, beliau tidak menentukan atauran tertentu untuk bertemu dan menghadap beliau. Artinya, sesungguhnya beliau sebagai seorang pemimpin, penyeru dakwah dan pembawa risalah Islam, tidak ingin ada jarak dengan objek dakwah dan rakyat yang dipimpinnya. Beliau ingin selalu bersama masyarakat untuk dapat mengetahui permasalahan yang terjadi dan berusaha memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan mereka. Karena kedekatan beliau kepada para sahabat dan masyarakat yang dipimpinnya, maka beliau sukses dalam membangun sebuah peradaban baru manusi, membangun kota Madinah sebagi ibukota peradaban Islam.

Apabila kita lihat kehidupan para pemimpin kita sekarang ini atau juru dakwah yang mengaku pewaris dan penerus misi suci nabi, kita dapatkan banyak diantara mereka yang membuat sekat dengan rakyat atau objek dakwah mereka. Bagaimana seorang pemimpin dapat berhasil dalam kepemimpinannya, bagaimana pula seorang da’i akan sukses dalam dakwahnya, jika mereka membatasi berkomunikasi dengan rakyat. Pemimpin seperti itu tidak akan dapat mengetahui problem yang dirasakan oleh masyarakat apalagi menyelesaikannya. Bahkan untuk bertemu dengan pemimpin dan juru dakwah seperti itu sangat sulit , harus melalui protokoler tertentu yang rumit.

Sesungguhnya masyarakat sangat senang kalau bisa bertemu dengan pemimpinnya atau tokoh agama yang dihormatinya, mereka ingin bercerita dan menyampaikan permasalahan hidup mereka. Seandainya para pemimpin dan pada da’i mau mendengarkan keluh kesah masyarakat, maka sebagian besar problem di masayarakat akan mudah diselesaikan dengan cepat. Namu, ketika pemimpin dan da’i sulit untuk ditemui, maka permasalahan di masyarakat menjadi semakin membesar atau justru mencari solusi dengan cara salah.

Sebagai dosen atau guru, seharusnya kita sangat memperhatikan masalah ini, betapa mahasiswa dan murid-murid kita ingin sekali menimba ilmu dari kita, mereka ingin menemui kita untuk berkonsultasi dan berdiskusi tentang pelajaran yang sedang mereka pelajari. Namun, sayangnya banyak diantara mahasiswa yang masih mengeluhkan betapa sulitnya menemui dosen tertentu, susah untuk berkonsultasi dengan mereka. Ternyata kita yang masih membuat sekat dengan mereka. Sehingga secara tidak langsung, kita telah mendzalimi mereka.

Ibnu Ummi Maktum yang kisahnya diabadikan oleh Allah dalam surat Abasa, adalah bentuk teguran dari Allah kepada nabi Muhammad saw., meskipun dalam cerita tersebut, sesungguhnya rasulullah tidak sedang membuat sekat dengan Ibnu Ummi Maktum, apalagi menghindar, hanya pada saat itu kosentrasi beliau adalah mendakwahi para pemuka masyarakat yang diharapkan dengan masuknya mereka ke dalam Islam akan dapat membawa gerbong besar yang ada di belakangnya.

Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah swt. untuk bisa meneladani baginda nabi Muhammad saw. dalam rangka melayani masyarakat yang ingin belajar dan menimba ilmu dari kita. Sehingga semakin banyak orang yang mendapatkan hidayah dan ilmu lantaran kita. Bukankan menjadi media orang lain mendapatkan hidayah dan ilmu itu pekerjaan mulia? Wallahu, a’lam.
===============
cak.uril@gmail.com

About The Author

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *