Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting???

Oleh : Betric Feriandika

Banyak alasan seorang tenaga pendidik atau guru jarang melakukan penelitian atau research. Padahal salah satu indicator guru yang professional adalah memiliki kemampuan atau harus melakukan penelitian. Diantara alasan mengapa mereka enggan melakukan penelitian  seperti : kurang pengalaman atau kurang memiliki kemampuan meneliti, kurang dana, keterbatasan waktu karena penelitian harus meninggalkan jam mengajar, dan sebagainya. Kenyataan ini perlu mendapat perhatian, sehingga akhirnya diciptakan formulasi penelitihan yang sesuai untuk guru yakni Peneletian tindakan Kelas (Classroom Action Research).

PTK sangat bermanfaat dan penting bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas serta mengangkat masalah-masalah actual. Ada beberapa alasan mengapa PTK penting untuk meningkatkan profesional seorang guru :

  1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan muridnya lakukan.
  2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru.  Guru tidak lagi praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
  3. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran, karena guru tidak perlu meninggalkan kelas sehingga tidak mengganggu tugas pokok guru.
  4. PTK menjadikan guru kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori, teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Supaya penelitian memperoleh informasi yang lebih baik dan benar tentang penelitian tindakan, maka perlu memahami prinsip-prinsip dalam penelitian. Pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip PTK akan membantu penelitian menjadi bermutu dan mudah dalam melakukan PTK. Prinsip-prinsip PTK adalah :

  1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin tanpa ada kesan mengganggu kegiatan yang selama ini telah dilakukan.

Artinya PTK tidak perlu membutuhkan waktu khusus, karena hal itu akan mengganggu proses pembelajaran yang dilakukan secara rutin.

  1. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.

PTK hendaknya didasari keinginan untuk sesuatu yang lebih baik. PTK hendaknya dilakukan mempunyai arah dan tujuan yang pasti tanpa ada unsure paksaan atau terpaksa melakukan penelitian tersebut.

  1. Upaya empiris sitematis.

Prinsip ini adalah aplikasi dari prinsip SWOT, jika seorang guru telah melakukan PTK, hendaknya mengikuti prinsip-prinsip dan sistemik, empiric.

Adapun prosedur pelaksanaan PTK, terdapat lima tahapan : (1) pengembangan focus masalah penelitian, (2) Perencanaan tindakan perbaikan, (3) Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) Analisis dan refleksi (5) Perencanaan tindak lanjut.

Secara lebih rinci, prosedur PTK dalam pelaksanaannya diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga berdampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar peserta didik, atau implementasi sesuatu program sekolah. Kemudian menetapkan focus permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan melakukan kajian pustaka yang relevan.

Setelah merumuskan masalah, melakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif mengatasi permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diadakan tindakan perbaikan yang akan dicobakan. Hasil percobaan tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada criteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penetapan focus/masalah penelitian meliputi : 1) Merasakan adanya masalah yakni identifikasi masalah PTK, analisis masalah, perumusan masalah. 2) Perencanaan Tindakan, meliputi : Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan, analisis kelalaian hipotesis tindakan, persiapan tindakan. 3) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi dan diskusi balikan, 4). Analisis data dan refleksi, 5). Perencanaan tindak lanjut.

Demikianlah, secara keseluruhan tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral. Bagaimana kalau siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.

About The Author

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *