Oleh Yusuf Hanafi
الحمدُ لله الذى خَلَقَ الموجوداتِ من العدم بنور الإيجاد, وجعَلَها دليلا على وَحدانيته لِذوي البصائر إلى يوم المعاد. أشهد أن لآ إلهَ إلا الله الباقي بلا نَفاد, وأشهد أنّ محمدا رسولُ الله سيّدُ العباد, وصلى الله على سيدنا محمّدٍ وعلى آله وصحبه والتابعين فى جميع البلاد.
أما بعد: فيآ أيها الحاضرون الكرام اتقوا اللهَ ما استطعتم بفعلِ المأموراتِ واجتنابِ المنهياتِ إن الله لا يُخْلِفُ الميعاد. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ, وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًاْ}.
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Keseharian kita hampir tidak bisa dipisahkan dari media-media sosial (seperti: Whats App, Facebook, Instagram, dan semacamnya) yang secara sangat mudah kita akses melalui smartphone, gadget dan perangkat telepon pintar lain sejenis. Tentunya, banyak fasilitas kemudahan yang kita dapat saat berkomunikasi dan berinteraksi lewat media-media sosial itu. Namun, tidak dipungkiri bahwa media-media sosial itu mempunyai sisi-sisi gelap dan negatif yang mesti diwaspadai. Antara lain, menjadi media penyebaran informasi yang tidak jelas dan diragukan kebenarannya (atau yang lazim disebut sebagai berita Hoax).
Kondisi memprihatinkan di atas semakin diperparah oleh media massa, baik cetak maupun elektronik (seperti: koran, tabloid, majalah, dan televisi), yang tidak berkomitmen pada kode etik jurnalistik, yang tidak segan mempublikasikan informasi gosip yang tidak jelas kebenarannya tanpa didukung oleh investigasi yang mendalam. Akibatnya, informasi yang diberitakannya itu seringkali mengarah kepada fitnah, ujaran kebencian bahkan pencemaran nama baik.
Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali ini, khatib ingin mengajak para jamaah untuk menelaah kembali tuntunan agama dalam menyikapi informasi dan berita Hoax yang tidak berdasar dan diragukan kebenarannya itu.
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Hal pertama yang perlu kita catat, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berhati-hati saat menerima informasi, dengan mengecek kebenaran berita tersebut terlebih dahulu. Dalam bahasa agama, perintah tersebut diistilahkan dengan Tabayyun, yakni melakukan validasi dan pemeriksaan (check and recheck) secara ketat dan teliti. Janganlah kita gegabah untuk menyebarnya sampai kita punya bukti yang kuat bahwa informasi tersebut valid dan sahih. Terkait dengan hal ini, Allah SWT mengajarkan kepada kita:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai kaum beriman, jika datang kepadamu orang fasik dengan membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (sebelum menyebar-luaskannya), agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum sebab ketidaktahuanmu itu. (Jika kamu mengabaikannya), hal itu akan menyebabkanmu menyesali perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat: 6).
Ibnu Katsir Rahimahu Allah dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan, “Allah SWT memerintahkan kita untuk melakukan telaah kritis terhadap info dan berita dari orang fasik. Karena bisa jadi berita yang disebarkan itu adalah dusta dan keliru.”
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Penting untuk dipahami bahwa informasi dan berita Hoax itu sesungguhnya hanya didasarkan pada asumsi dan spekulasi semata. Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menghindari prasangka buruk (su’uddzhon) terhadap orang lain, seperti dinyatakan secara tegas dalam ayat berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Wahai kaum beriman, jauhilah prasangka (dan kecurigaan), karena sebagian besar dari prasangka itu menyebabkan dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian mencari-cari keburukan orang lain” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
Dalam ayat di atas, ma’asyiral hadirin, kita dilarang untuk berlaku tajassus. Tajassus adalah “mencari-cari keburukan dan kejelekan pihak lain”. Selain tajassus, ada juga istilah tahassus yang bermakna “menguping kabar perihal aib dan cacat orang lain.” Terkait dengan hal ini, Rasul SAW mengingatkan:
مَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ ، صُبَّ فِى أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menguping omongan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan oleh pihak lain), atau mereka cenderung menutupinya, maka akan dituangkan cairan tembaga panas pada telinga orang yang menguping tadi di hari kiamat nanti” (HR. Bukhari, No. 7042).
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Mengapa kita harus menjaga diri sekaligus menjauhi informasi dan berita Hoax? Jawabannya adalah karena kehormatan sesama, khususnya saudara seiman kita itu, harus benar-benar dihormati dan dipelihara. Saat Haji Wada’ di Padang Arafah, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita semua:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِى شَهْرِكُمْ هَذَا ، فِى بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan saudara kalian itu dijamin dan haram (untuk dinodai), sebagaimana kemuliaan hari ini, kemuliaan bulan ini, dan kemuliaan negeri kalian ini” (HR. Bukhari, No. 67 dan Muslim, No. 1679)
Terlebih lagi, jika informasi dan berita Hoax itu mengarah kepada tuduhan dan dakwaan keji yang berpotensi mencemarkan nama baik seorang Muslim, seperti gosip perselingkuhan, perzinahan, dan semacamnya. Kita harus menyikapinya dengan sangat hati-hati. Sebab, menuduh sesama Muslim berselingkuh dan berzina (atau dalam istilah Fikih disebut dengan Qadzaf) memiliki konsekuensi hukum yang sangat serius dan berat, baik di dunia maupun di akhirat. Terkait dengan ini, Allah SWT mengingatkan:
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Mereka yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zina), dan tidak dapat menghadirkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali cambukan! Janganlah kamu terima kesaksian mereka itu untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (Q.S. An-Nur: 4)
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Mari kita simak dengan seksama, menuduh tanpa bukti dihukum qazaf dengan 80 kali cambukan. Tentunya, hal ini juga berlaku untuk siapapun yang menyebarkan tuduhan dan dakwaan zina tanpa bukti lewat media sosial. Dinyatakan juga dalam lanjutan QS. An-Nur:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya mereka yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nur: 19).
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Oleh karena itu, dalam kesempatan yang mulia ini, khatib menyarankan agar para jamaah tidak ceroboh dan gegabah dalam men-share (atau menyebarkan) berita gosip lewat pesan singkat, WhatsApp, Facebook, atau media-media sosial lainnya. Sebab, jika yang kita share itu berisi berita palsu dan fitnah, dipastikan kita akan mendapatkan dosa. Terkait dengan hal ini, Rasulullah SAW mengingatkan:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukup seseorang dikatakan dusta jika ia menceritakan dan menyebarkan segala yang ia dengar” (HR. Muslim, No. 5).
Berpijak dari hadis di atas, seseorang dapat dikatakan berdusta jika ia men-share setiap info gosip yang ia peroleh, meski ia bukanlah produsen berita Hoax tersebut.
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Jika kita cermati secara seksama, informasi dan berita Hoax yang marak beredar lewat media-media sosial itu tidak hanya berisi gosip dan fitnah semata, tetapi juga mengarah pada merendahkan, mencela, dan menghina pihak lain. Celaan dan hinaan yang ditujukan kepada pihak lain itu sesungguhnya mencerminkan level dan derajat kepribadian si penyebar berita Hoax itu sendiri yang rendah. Karena itu, tepat kiranya jika kita merenungkan pernyataan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahu Allah berikut ini:
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا
“Setiap celaan yang ditujukan kepada saudaramu, maka itu akan kembali kepadamu. Artinya, Engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Belum tentu kita lebih baik dari pihak yang kita jelek-jelekkan itu! Karena itu, kita harus menghindarikan diri dari menghina dan mencela pihak manapun, meski lewat medsos. Dalam QS. Al-Hujurat: 11, Allah SWT mengingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
“Wahai kaum beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.” (QS. Al-Hujurat: 11)
معاشر المسلمين رحمكم الله!
Sebagai penutup, kita harus ingat bersama bahwa individu atau kelompok yang jadi korban informasi dan berita Hoax itu sesungguhnya adalah pihak yang terzalimi. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasul SAW, doa orang yang terzalimi itu mustajab dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Karena itulah, kita harus waspada agar tidak menzalimi pihak lain. Justru, jika ada saudara kita yang jadi korban kezaliman berita Hoax, kita harus mendoakannya agar senantiasa dilindungi oleh Allah SWT, dan mendapat keberkahan hidup. Sebagai catatan, pahala mendoakan saudara kita yang terzalimi itu juga akan kembali kepada kita sendiri, sebagaimana dinyatakan dalam hadis Nabi berikut:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ, عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ , كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang Muslim untuk saudaranya (saat dalam kesunyian) itu merupakan doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya, ada malaikat (yang bertugas mengamini doa tersebut). Saat ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat berseru: Amin, Engkau akan mendapat kebaikan yang semisal dengannya” (HR. Muslim, No. 2733).
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم, ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أقول قولى هذا وأستغفر الله لى ولكم ولسائر المسلمين, فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
* * *
الحمد لله الذى خَلَقَ الإنسانَ فى أحسن تقويم, وأمَرَهم بالإعتصام بالدين القويم, دينِ الإسلام وصراطِهم المستقيم. أشهد أن لآ إلهَ إلا اللهُ المَلِكُ الدائِمُ, وأشهد أنّ محمدا رسولُ الله الداعى الى سبيل السلامة من العذاب الجحيم, اللهمّ فَصَلِّ وسلَّمْ على سيدِنا محمّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد: فيآ أيها الناسُ اتّقوا اللهَ حقَّ تُقاتِه لتكونوا مِن زُمرةِ الفائزين, ولا تتّبِعوا خطواتِ الشيطانِ الرجيمِ اللّعين. اللهمّ صَلِّ وسلِّمْ على هذا النبيّ الكريم محمّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين, آمين يا رب العالمين.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين, وأهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين, ودمر أعداء الدين. اللهم آمنا فى ديارنا وأصلح ولاة أمورنا. واجعل اللهم ولايتنا فيمن خافك واتقاك. اللهم ادفع عنا الغلاء والوباء, والربا والزنا, والزلازل والمحن وسوء الفتن, ماظهر منها وما بطن, عن بلدنا هذا خاصة وعن سائر بلدان المسلمين عامة يارب العالمبن. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات, ربنا إنك مجيب الدعوات, يا قاضى الحاجات, ويا كافى المهمات برحمتك يآ أرحم الراحمين. ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله, إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتآئ ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى, يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم, واشكروه على نِعَمِه يزدكم, ولَذِكْرُ الله أعز وأجل وأكبر.