PENGANTAR
Perencanaan dan penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dan memainkan peranan yang sangat besar dalam mengidentifikasi keberhasilan suatu program pendidikan. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka guru harus mampu menerapkan perancanaan dan penggunaan media sebagai sarana dalam pelaksanaan pembelajaran, oleh karena itu guru/ fasilitator perlu mempelajari bagaimana menerapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifitaskan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu menjelaskan perencanaan dan penggunaan media pembelajaran
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami perencanaan dan penggunaan media pembelajaran
MATERI PEMBELAJARAN
Media dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai: alat bantu mengajar (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Sebagai alat bantu mengajar (instructional aids), media berfungsi untuk menyampaikan informasi atau menyajikan pesan dalam pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.
Dalam hal ini media berfungsi untuk membantu guru dalam mengajar baik dalam bentuk audio, visual, audio visual aids maupun dalam bentuk lainnya, sebagai contoh antara lain: OHP/OHT, film bingkai, foto, poster, peta, grafik, flip chart, dsbnya. Jadi dalam hal ini media disebut dengan istilah teaching aids karena peranannya sebagai alat bantu pelengkap dalam proses belajar mengajar.
Sebagai media pembelajaran (instructional media), media mempunyai fungsi yang memungkinkan terjadinya interaksi dalam proses belajar dari diri siswa pada waktu menggunakan media tersebut. Dalarn hal ini pada umumnya digunakan media yang dirancang (media by design), dalam hal merancangnya, Heinich, Molenda, dan Russell mengemukakan suatu model yang disebut ASSURE yang terdiri dari langkah langkah sebagai berikut :
A : Analyze Learner Characteristics (menganalisis karakteristik orang yang belajar)
S : State Objective (menentukan tujuan)
S : Select, modify, or design materials (memilih, memodifikasi, atau merancang bahan)
U : Utilize materials (menggunakan bahan)
R : Require Learner Response (mengetahui respons pembelajar) E : Evaluate (mengevaluasi).
Dalam langkah-langkah perencanaan penggunaan media pembelajaran model ASSURE tersebut diatas secara eksplisit telah termaktub tentang pemilihan media pembelajaran. Pemilihan media yang paling baik haruslah didasarkan pada pertimbangan sumbangan apa yang dapat diberikan oleh media itu dalam proses pembelajaran Gagne (1975). Mc. Connel (dalam Sadiman, 1986) mengatakan, bila media itu sesuai, pakailah (if the medium fits, use it).
Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa
dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara penggunaannya harus dipertimbangkan dan ditentukan dengan seksama. Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pendidik. Kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran.
Dalam memilih media pembelajaran diperlukan adanya faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu: (1) obyektivitas berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pembelajaran menunjukkan keefektifan dan efisien yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya; (2) program pembelajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya; (3) sasaran program adalah anak didik yang akan menerima informasi pembelajaran melalui media pengajaran; (4) situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan pilihan media pembelajaran yang akan digunakan; (5) kualitas teknik, media pembelajaran yang digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat; (6) keefektifan dan efisiensi penggunaan media pembelajaran.
Sedangkan prinsip – prinsip pemilihan media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :
- Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang ditetapkan
- Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
- Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar
- Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. 5. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermafaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
- Situasi dan kondisi, misalnya tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, cahayanya, dan sebagainya. Atau kesesuaian dengan keadaan siswanya seperti jumlahnya, minat, dan motivasi belajarnya.
- Objektivitas, maksudnya saudara harus terhindar dari pemilihan media yang didasari oleh kesenangan pribadi semata (subjektif). Unsur subjektivitas ini agak sulit dihindari. Untuk menghindarinya sebaiknya saudara selalu meminta pandangan, pendapat, saran, atau koreksi dari teman sejawat (guru lain) atau dari anak.
- Sesuai dengan minat dan kemampuan berpikir siswa, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Adapun pemilihan media pembelajaran berdasarkan berbagai karakteristik perkembangan anak, maka guru harus mendesain program belajar bermedia yang sesuai untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak. Program pembelajaran bermedia tersebut tersebut dirancang dengan memperhatikan beragam kriteria sebagai berikut :
- Konkret: berbagai stimulasi dalam pembelajaran yang digunakan bersifat konkret sesuai dengan fase perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini akan mempermudah mereka memahami intisari pengalaman-pengalaman baru yang dijumpai dalam lingkungannya dan mengintegrasikannya ke dalam struktur pemahaman yang sudah dipunyai sebelumnya. Anakpun harus difasilitasi untuk secara konkret berada di tengah-tengah narasumber professional yang ahli di bidangnya masing-masing, agar anak mendapatkan gambaran nyata dalam proses pengenalan sebuah kehidupan dan lebih khusus lagi kehidupan profesi.
- Menyenangkan: belajar haruslah menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak dan memberinya kebebasan untuk bereksplorasi dengan ide-ide baru sesuai minat maupun jenis kecerdasan yang dimilikinya tanpa mengabaikan stimulan untuk jenis kecerdasan lainnya. Proses belajar sebagian besar akan dilalui anak dengan cara bermain dan bereksplorasi tanpa banyak kekangan
atau formalitas dan tanpa harus disalahkan atau dibatasi oleh keinginan keinginan orang dewasa. Hal ini menjadi sangat vital karena anak perlu membentuk sebuah nilai moral yang positif mengenai belajar, agar ada
keriangan dan minat yang makin besar terhadap sebuah proses belajar. 3. Komunikatif : berkomunikasi dengan anak usia dini membutuhkan strategi tersendiri, karena penting bagi mereka untuk juga mendengarkan orang lain, dan bukan hanya minta didengarkan saja. Untuk mencapai tujuan tadi maka guru yang terlibat dalam program ini perlu memahami hal-hal apa saja yang berpengaruh pada proses komunikasi dengan anak. Mereka juga perlu menempatkan diri pada posisi anak dan menyesuaikan diri dengan karakteristik anak usia dini secara empatis.
- Integratif : aspek yang dikembangkan dalam proses belajar tidak terfokus pada salah satu aspek saja. Dalam segala aktivitas yang dilakukannya, anak harus dapat mengoptimalkan berbagai aspek sekaligus, baik aspek-aspek kognitif, fisik, science dan aspek-aspek lainnya. Aspek moral dan emosi juga amat penting untuk diperhatikan secara khusus mengingat bahwa kemampuan seorang anak untuk mengatur dan menyesuaikan emosinya dengan situasi yang dijumpai akan menjadi landasan sukses anak di kemudian hari.
- Media dan Sumber belajar: media dan sumber belajar yang digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria-kriteria :
- Aman: Media harus aman dan sesuai dengan kematangan usia. Misalnya, pada anak usia sekitar 4 tahun yang masih cenderung bereksplorasi melalui alat inderanya, materi permainan yang digunakan seyogyanya tidak dibuat dari bahan kimia berbahaya dan berukuran terlalu kecil, karena beresiko tertelan atau dimasukkan ke dalam lubang hidung dan lubang telinga.
- Tepat usia: media dan sumber belajar diharapkan menjadi stimulan yang sesuai dengan usia anak, karenanya disusun dengan mempertimbangkan fase perkembangan yang tengah dilalui anak. Sebagai contoh, pada anak yang mulai belajar mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda dan warna, perlu
disediakan materi yang berwarna warni atau terdiri dari bentuk-bentuk tertentu yang mudah dikenali. Atau dapat pula dikemas dalam kegiatan field trip yang memberikan pemuasan pada rasa ingin tahu anak.
- Menarik: mampu menarik anak untuk terlibat secara aktif. media dan sumber belajar yang digunakan tidak boleh terlalu monoton, statis atau terstruktur ketat. Diupayakan agar media dan sumber belajar justru dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut. Misalnya pada anak diperkenalkan lingkungan sosial budaya desa tertentu secara terbatas sebelum memulai field trip, kemudian mereka ditugasi untuk mengeksplorasi lebih lanjut dan menyusun suatu cerita yang lebih lengkap tentang desa tersebut sesudahnya, lengkap dengan data data pendukung, hasil kerajinan atau data apapun yang dapat dikumpulkan sesuai kreativitas dan minat mereka.
- Variatif: mampu mengakomodasi berbagai minat dan jenis kecerdasan anak. Mengingat teori tentang kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda yang telah disinggung sebelumnya, perlu kiranya menyediakan sebanyak mungkin variasi media dan sumber belajar yang dapat mengakomodasi tiap jenis kecerdasan. Bahan ajar tentang jenis-jenis mahluk hidup misalnya, dapat saja disusun dengan bentuk penyajian grafis atau berbentuk peta pikiran yang berwarna warni, untuk menarik dan mempermudah proses belajar mereka yang berciri visual. Sementara itu, bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan bahasa menonjol dapat dipergunakan bahan ajar serupa yang penyajiannya dalam bentuk bacaan atau rekaman naratif. Sebaliknya, field trip atau belajar langsung di alam bebas dan di Kebun Binatang mungkin akan menarik bagi anak-anak dengan jenis kecerdasan naturalis yang dominan.
- Menantang: media dan sumber belajar haruslah menantang, artinya dirancang dengan taraf kesulitan sedikit di atas kemampuan dasar anak. Hal ini diperlukan agar tidak membosankan dan mendorong anak untuk terus mengalami kemajuan. Meskipun demikian bahan ajar tersebut haruslah realistis dan dapat dicerna oleh anak pada usianya, supaya anak tidak mengalami keputusasaan karena terlalu
sulit dan akhirnya merasa gagal. Misalnya, bahan ajar/tema yang mengharuskan anak melakukan perkalian dan pembagian sementara kemampuan matematis yang dikuasainya baru sampai pada konsep penjumlahan satuan.
- Integratif: media dan sumber belajar dirancang untuk sekaligus memberikan stimulasi pada berbagai aspek yang akan dikembangkan pada diri anak. Field trip misalnya, diselenggarakan sesuai tema tiap kesempatan untuk sekaligus melatih segi motorik dan fisik anak saat ia diajak berjalan-jalan, segi kognitif ketika ia diajak menghitung berapa banyak rumah bata yang ia lihat sepanjang perjalanan, bahkan juga kemampuan berbahasa ketika anak diajak mendiskusikan hal-hal yang dialaminya sepanjang perjalanan. Tidak ketinggalan juga aspek moral dan sosial seperti tidak membuang bungkus permen secara sembarangan dan menyapa orang-orang yang ditemui bila anak mengenalnya.
Dalam pemilihan media, juga dapat didasarkan dari berbagai pertimbangan, yaitu digolongkan atas:
Pilihan Media Tradisional
- Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang, proyeksi overhead, slide, (filmstrips).
- Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu/flanel)
- Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)
- Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara, dan multi image) f. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).
- Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah berkala, lembaran lepas atau hand-out).
- Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan).
- Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe, boneka).
Pilihan Media Teknologi Mutakhir
- Media berbasis telekomunikasi (teleconference dan telelecture)
- Media berbasis mikroprosesor ( pembelajaran berbantuan komputer, permainan komputer, pembelajaran interaktif, hypermedia, dan compact video disc).
Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam penggunaannya. Seorang guru seharusnya dapat mengkaji kelebihan dan keterbatasan itu, kemudian menjadikan kajiannya itu sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis. Para guru biasanya memilih jenis media pembelajaran yang paling disukainya walaupun tidak begitu relevan dengan kemampuan yang harus dicapai anak.
Kegiatan perencanaan dan pemilihan media pembelajaran merupakan bagian integral dari penggunaan media pembelajaran, sebab jika saudara salah memilih, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai anak. Perencanaan dan pemilihan media sangat terkait dengan tujuan atau kemampuan yang akan dicapai anak, sifat-sifat isi tema yang akan dipelajari anak, strategi
pembelajaran yang akan digunakan guru, dan sistem penilaian yang telah direncanakan guru. Jenis media pembelajaran ini sangat banyak ragamnya dan masing- masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun perlu diingat bahwa tidak ada media pembelajaran yang paling baik dan dapat digunakan untuk segala tujuan.
Dalam memilih dan merencanakan penggunaan media pembelajaran, perlu dipertimbangkan apa yang menjadi tujuan pemilihan media pembelajaran tersebut. Merencanakan dan memilih media pembelajaran harus didasarkan pada maksud dan tujuan yang jelas, misalnya apakah tujuannya untuk pembelajaran individual atau
klasikal? Tujuan pemilihan ini juga berkaitan dengan kemampuan guru menguasai berbagai jenis media pembelajaran.
Pertimbangan lainnya yang perlu di perhatikan, adalah karakteristik dari masing masing media pembelajaran tersebut. Maksudnya adalah setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kehandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang perlu di miliki dalam kaitannya dengan pemilihan media. Selain itu, kemampuan ini memberikan kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media secara bervariasi. Jika guru kurang memahami karakteristik masing-masing media, ini akan mengalami berbagai kesulitan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
RANGKUMAN
Perencanaan penggunaan media pembelajaran yang digunakan adalah model ASSURE, sedangkan penggunaan media yang tepat harus berdasarkan pada pemilihannya yaitu media harus konkret, menyenangkan, komunikatif , integratif. Perlu diperhatikan bahwa memilih media yang tepat untuk pembelajaran yang akan di lakukan pada dasarnya merupakan proses pengambilan
keputusan dari berbagai alternatif (pilihan) yang ada. guru bisa menentukan media yang akan digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan, sedangkan apabila hanya tersedia satu jenis media pembelajaran atau jumlahnya sangat terbatas maka saudara tidak bisa memilih, atau dengan kata lain hanya dapat menggunakan media apa adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sadiman, 1990 Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta : Pustekom Dikbud dan CV Rajawali.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Muhammad Nuriksan Maulana
200231609208
apakah Media berbasis mikroprosesor ini mempermudah peserta didik SD dalam pembelajaran? seperti yang kita tau perkembangan teknologi di zaman sekarang makin canggih, dan bagaimana pengaplikasian nya terhadap anak anak sekolah dasar agar mereka dapat menggunakan technology positively?
Nama : Mgs A Dachlan Ramadhan
NIM : 200231609298
Pertanyaan:
Apabila zaman sekarang sudah canggih dengan teknologi untuk media pembelajaran, apakah mungkin buku akan terlupakan?
mengingat segala hal sudah bisa diakses dengan akses tanpa harus pergi ke perpustakaan. Apakah yang terjadi apabila buku jarang dilirik lagi oleh penuntut ilmu, sedangkan buku sebagai sumber yang sangat kaya akan wawasan dan pengetahuan nya.
Izin menanggapi memang di era serba digital saat ini buku akan terlupakan. Banyak orang yang beralih untuk melihat informasi dari internet dengan aalsan lebih instan dalam mendapatkan informasi.Membaca di internet memang nikmat rasanya. Kita bisa berjam-jam memelototi tulisan di depan laptop atau gadget lainnya. Apalagi dengan kecanggihan teknologi sekarang ini.Namun, membaca di internet tidak sama dengan membaca buku. Buku jauh lebih nikmat dibaca, dimana saja, dan kapan saja. Dia tak perlu baterai dan akses internet seperti halnya iphone atau ipad, dan ukuran buku bermacam-macam. Tergantung dari desain yang sengaja dibuat oleh penerbit dan dengan persetujuan penulisnya. Sering kita temui buku kecil atau buku saku berukuran ponsel saat ini yang menarik untuk dibaca. Selain itu, tidak ada efek samping dari membaca buku dibandingkan dengan membaca internet di hp yang memilki sinar radiasi tajam yang merusak mata.
Selain dampak diatas juga, ketika kita membaca buku terdapat keberkahan tersendiri dan ilmu lebih masuk ke hati dibandingkan dari HP karena di buku jelas dari siapa yang mengarang ibarat pisau supaya tajam harus diasah terlebih dahulu
Silahkan berdiskusi disini ya, biar buat komentar dibagian bawah tidak harus mengomentari dari komen saya ini
Nama lengkap : Salsabila Salma Safa
NIM : 200231609269
Pertanyaan :
Tadi dijelaskan bahwa Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar
pertanyaan saya bagaimana jika suatu media itu mudah diperoleh atau dibuat oleh guru namun tidak mudah diterima peserta didik atau membuat peserta didik tidak minat bagaimana solusi untuk masalah tersebut?
Terima kasih
Nama: Alvin Niko S
NIM: 200231609270
Izin memberikan tanggapan:
Mungkin seorang pendidik (guru) itu bisa sedikit menyesuaikan kemampuan peserta didiknya dalam penggunaan media.
dan adakalanya juga guru menampilkan sebuah inovasi penggunaan media baru di dalam kelas, dan mungkin siswa belum terbiasa akan media baru itu, maka perlu adanya pembiasaan.
solusi lain yang mungkin dapat digunakan yaitu guru mengadakan sedikit jam tambahan untuk mengenalkan media pada siswa agar tidak terjadi kebingungan akan penggunaan media.
mohon maaf jika ada yg kurang berkenan, terimakasih 🙏🏻
Nama: Nadila Surya Cantika
NIM:200231609242
Izin berpendapat, seharusnya sebagai guru bisa menyesuaikan dengan siswanya, bahkan sebenarnya yang membutuhkan media tersebut adalah siswanya bukan pendidik. Pendidik wajib memilihkan media yang tepat untuk para anak didiknya dengan melihat dan mengamati satu persatu karakternya agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif tidak hanya melihat mudah atau tidaknya media tersebut didapatkan. Terima kasih.
Tsania Khoirunnisa
200231609222
Zaman sekarang sudah era zaman digital, kira-kira media apa saja yang cocok untuk diterapkan pada siswa siswi di sekolah, namun juga sesuai dengan usianya? Apakah cocok media aplikasi pembelajaran diterapkan untuk anak SD? padahal mereka punya batas waktu tertentu agar tidak terlalu terpengaruh dampak negatif dari gadget? Terimakasih
Nama : Liestalitha Fauziah
NIM: 200231609257
Izin berpendapat, akibat dari pembelajaran daring selama ini saya manyimpulkan bahwa media belajar yg memadai malah lebih urgent daripada guru itu sendiri. Media yang tidak menarik bisa membuat murid jadi tidak fokus dengan belajar, sehingga mencari hal lain (game, video selain pembelajaran, sosial media dsb). Bagaimana pe dapat pemakalah dgn masalah ini?
Nama: Ummi Robihah Aimaniar
NIM: 200231609216
Izin memberi tanggapan, penggunaan media pembelajaran untuk siswa siswi di sekolah dapat disesuaikan sesuai dengan usia dan tingkat lembaga pendidikannya, maksudnya apakah TK, SD, SMP, atau SMA. Jika SD mungkin kita bisa terapkan media yang basic atau sederhana tapi mudah dipahami dan dapat menarik minat siswa untuk memahami materi, seperti poster gambar, film pendek, video visual, teka teki, dll.
Lalu apakah cocok media aplikasi pembelajaran diterapkan untuk anak SD? Mungkin sebenarnya cocok-cocok saja, karena jaman sekarang anak SD pun pasti sudah mengenal gadget dan aplikasi” didalamnya. Namun, mungkin jika media tsb digunakan secara penuh dan seterusnya sepertinya kurang efektif, mengingat tidak semua siswa sudah dipegangi gadget oleh orang tua mereka, bahkan mungkin untuk memakai gadget orang tua juga agak susah dan kurang memungkinkan.
Terima kasih.
Dewi Andriyani
200231609233
pada penjelasan di atas bahwa pembelajaran bisa dikemas dengan cara yang dapat membuat soswa tertantang, contoh yang sering dijumpai pada mata pelajaran MTK yang mana contoh, ulangan, dan ujiannya sangat bervariatif yaitu tingkatannya semakin sulit, kalau contoh pada bahasa arab bisa ditemui pada i’rob. Nah tujuan adanya soal yang menantang agar tidak membosankan dan mendorong anak untuk terus mengalami kemajuan. Meskipun demikian bahan ajar tersebut haruslah realistis dan dapat dicerna oleh anak pada usianya, supaya anak tidak mengalami keputusasaan. Akan tetapi ada beberapa siswa justru semakin bingung, semakin kesulitan dalam menghadapi soal tersebut, sehingga mereka kurang menyukai mapel tersebut dan malas berhadapan. bagaimana solusinya agar siswa tidak merasa terbebani dan tidak kesulitan menghadapi soal2 tersebut meskipun soalnya sulit secara bertingkatan?
Terimakasih
Izin menanggapi cara mengatasi kesulitan yang dialami akibat soal yang sulit sebaiknya pendidik membuat pembelajaran menyenangkan seperti halnya ruang guru, pendidik berinovasi menciptakan video pemeblajaran disertai animasi supaya peserta didik memahami soal yang begitu sulit, selain itu, diselingi juga dengan game pembelajaran dan ketika dia menjawab salah langsung terdapat penjelasan mungkin ini tanggapan dari saya , jika ada sangghan dipersilahkan
Mengacu pada pendapat Gagne (1975). Mc. Connel (dalam Sadiman, 1986, Pemilihan media yang paling baik haruslah didasarkan pada pertimbangan sumbangan apa yang dapat diberikan oleh media itu dalam proses pembelajaran. Bila media itu sesuai, pakailah (if the medium fits, use it). Saya setuju dengan pernyataan ini, bahwa dalam melangsungkan proses pembelajaran, dibutuhkan kehati-hatian dan juga ketepatan dalam memilih media pembelajaran, yang akan membantu guru menyampaikan materi.
Memang sebaiknya seorang guru dalam menyampaikan materi haruslah step by step. Artinya diawali dengan hal yang mudah, kemudian tingkat sedang dan terakhir tingkat sulit. Nah biasanya siswa-siswa yang masih dalam jenjang pendidikan dasar juga diberikan materi-materi dasar yang bersifat global. Jadi yg pertama kali ditekankan adalah kepahaman siswa akan materi secara umum terlebih dahulu. Terkadang kesalahan seorang guru adalah terlalu menjelaskan detail terhadap suatu istilah tertentu, padahal mereka masih tahap awal yang mana masih belum terlalu memahami konsep dasar dari materi yang disampaikan. Sebagai contoh, ketika guru menjelaskan pertama kali materi tentang i’rob, maka yang terpenting untuk disampaikan pertama kali adalah pengertiannya, kemudian macam-macamnya yang berjumlah 4 itu, lalu tanda asalnya, dan berikan contoh sebanyak-banyaknya sampai mereka faham konsep dasarnya. Baru pertemuan berikutnya, menambah lagi materi seperti tanda-tanda i’rob untuk masing-masing i’rob rafa’, nasab, jar dan jazm. Sehingga siswa tidak terlalu terbebani materi yang terlalu banyak. Begitu juga dalam memberikan soal-soal, meskipun menantang akan tetapi harus sesuai dengan materi yang sudah disampaikan, artinya soal tersebut harus bersifat penalaran dari materi sebelumnya. Boleh memberikan soal yang menantang yang sebelumnya belum dipelajari yang tujuannya untuk memancing siswa menuju materi yang akan disampaikan nanti. Adapun penggunaan media apa saja saya rasa sama saja asalkan sesuai dengan kebutuhannya.