SELAMAT DATANG MUSIM KETAATAN
Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A
Segala sesuatu itu ada musimnya, kita tidak bisa menikmati rambutan kecuali pada musimnya, seorang petani tradisional tidak akan bisa menanam padi kecuali pada musim hujan, demikian pula binatang-binatang tertentu tidak akan muncul kecuali pada musim-musim tertentu. Salah satu ciri sesuatu jika sudah datang musimnya adalah bahwa sesuatu itu dengan mudah bisa kita dapatkan. Ketika musim hujan tiba, maka dengan mudah kita dapat menyaksikan hujan setiap hari bahkan kadang-kadang tanpa jeda. Demikian pula kaitannya dengan bulan Ramadhan.
Menurut perhitungan hisab hakiki organisasi Muhammadiyah di Indonesia menunjukkan bahwa awal Ramadhan tahun 1437H ini jatuh pada hari Senin, 6 Juni 2016. Berarti hari ini adalah hari terakhir bulan Sya’ban. Dengan berakhirnya bulan Sya’ban, maka secara otomatis bulan Ramadhan akan segera tiba. Kemunculan bulan Ramadhan ini telah dinanti-nantikan oleh kaum muslimin khususnya, karena itu ketika sudah datang, maka seluruh kaum muslimin menyambutnya dengan suka cita.
Sudah sewajarnya kaum muslimin menyambut kedatangan bulan Ramadhan ini dengan penuh suka cita, karena merekalah yang diundang oleh Allah untuk menyambutnya dengan firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman…”. Justru jika ada orang yang mengaku beriman, namun tidak gembira dengan hadirnya bulan suci ini, maka perlu dipertanyakan keimanannya. Dan hampir bisa dipastikan bahwa ada masalah dalam keimanannya.
Kita harus menyambut bulan Ramadhan dengan gembira dan penuh suka cita karena banyak alasannya, diantaranya adalah karena bulan itu adalah musim ketaatan. Mengerjakan aktifitas ketaatan di bulan Ramadhan memang berbeda dengan bulan-bulan lainnya, terasa sekali kemudahan melakukan aktifitas ketaatan pada bulan itu. Membaca al Quran misalnya, di bulan Ramadhan mungkin banyak diantara kaum muslimin yang mampu kengkhatamkan lebih dari 3 kali dalam satu bulan, sementara di luar bulan tersebut, satu kali sebulan saja kemungkinan belum tentu bisa melaksanakan.
Sungguh menakjubkan bulan Ramadhan itu, seluruh umat Islam Indonesia rela meninggalkan makan dan minum selama minimal 13 jam. Mereka melakukan itu dengan kesadaran penuh bahwa puasa itu adalah perintah Tuhan yang wajib dijalankan. Kesadaran yang dahsyat untuk melaksanakan perintah puasa itu ternyata tidak terjadi pada perintah-perintah Tuhan yang lain. Semua orang Islam tau bahwa shalat lima waktu sehari semalam itu wajib hukumnya bagi setiap orang yang sudah mukallaf, namun kesadaran kaum muslimin untuk mengerjakan shalat tidak sedahsyat untuk melaksanakan puasa.
Dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, puasa ini memiliki kekhususan tersendiri, yaitu bahwa puasa itu hanya untuk Allah dan akan dibalas oleh-Nya sendiri. Begitulah dalam pidato yang disampaikan oleh rasulullah saw. dalam rangka menyambut kedatangan Ramadhan disebutkan bahwa: “Sesungguhnya puasa itu untuk Aku (Allah), dan Aku-lah yang akan membalasnya secara langsung”.
Kawan…
Musim ketaatan itu sudah di depan mata, gembira karena kedatangan tamu agung bulan Ramadhan bukan hanya sekedar mengucapkan selamat datang bulan Ramadhan atau marhaban ya Ramadhan, namun lebih dari itu setiap kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk dapat memanfaatkan musim ketaatan itu dengan sebaik-baiknya. Apabila pada musim ketaatan ini seorang muslim tidak dapat menikmatinya dengan baik, maka sebagaimana seseorang yang mendapati musim rambutan, namun sampai musim itu berakhir ia tidak dapat merasakan nikmatnya rambutan. Musim durian tetapi tidak merasakan lezatnya durian.
Marilah kita awali persiapan menghadapi musim ketaatan ini dengan memaafkan seluruh kesalahan yang pernah dilakukan oleh kawan-kawan kita, baik sengaja maupun tidak. Kamipun melalui tulisan ini telah memaafkannya dan mohon maaf kepada kawan-kawan pembaca budiman, jika ada tutur kata yang tidak berkenan dan menyinggung perasaan. Semoga kita dapat melampaui musim ketaatan tahun ini dengan sukses. Wallahu a’lam.
==============
cak.uril@gmail.com