Di sekolah-sekolah Jepang umumnya (yaitu di sekolah yang belum melakukan reformasi) terdapat fenomena-fenomena sebagai berikut:
- Guru mendominasi kelas;
- Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah;
- Guru ada yang bekerja di tempat lain di luar bidang pendidikan;
- Hubungan guru dengan guru lain sebatas hubungan kedinasan;
- Guru menginginkan agar siswa berprestasi dengan jalan melakukan kompetisi dan karenanya guru selalu menuntut siswa supaya belajar lebih baik;
Menurut Maori, Kepala Sekolah, SD Hamanogo, Chigasaki, untuk mengatasi permasalahan sekolah, mulailah dilaksanakan Learning Community. Ada 3 (tiga) slogan yang diterapkan di SD Hamanago yaitu: 1) menjamin hak semua untuk belajar; 2) guru dan staf saling mendukung untuk berkembang; 3) masyarakat dan orang tua bersama-sama belajar mengatasi permasalahan sekolah.
Bagaimanakah permasalahan pembelajaran di sekolah kita? Agaknya, apa yang dialami Jepang sangat mirip dengan kita. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa para guru masih mendominasi kelas, banyak menggunakan ceramah, ada yang bekerja di luar bidang pendidikan, belum ada kerjasama antar guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, dan fokus belajar ada pada siswa. Di samping itu, beberapa permasalahan yang sering dilontarkan adalah sebagai berikut:
- Kurikulum terlalu luas, kurang dalam
- Hasil penataran sulit/tidak diterapkan di sekolah
- Metode pembelajaran kebanyakan masih ceramah
- Kekurangan waktu karena materi terlalu banyak
- Kuantitas dan kualitas guru kurang
- Media belajar, sumber belajar kurang
- Evaluasi masih kognitif
- Hasil belajar siswa rendah
- Guru disibukkan oleh urusan non akademik
- Sekolah tidak memiliki perpustakaan
- Sekolah tidak memiliki lab/bahan/ media cukup
- Mutu masukan/siswa rendah
- Administrasi belum rapi
- Manajemen sekolah/kelas kurang
- Lingkungan kurang mendukung
Leave a Reply