Tulisan ini kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang perjalanan kami ke Russia beberapa waktu lalu. Tetapi jika tulisan sebelumnya lebih banyak bercerita tentang gambaran kota Moskow, Kazan dan St. Petersberg, maka tulisan ini lebih banyak bercerita tentang perkembangan Islam di Russia. Sebagaimana dimuat pada tulisan sebelumnya, yang didasari dari buku saku yang dikeluarkan oleh KBRI Moskow, diperoleh informasi bahwa saat ini di Russia terdapat kurang lebih 23 juta muslim dari 141,9 juta penduduk. Jika diprosentase, maka jumlah muslim Russia mencapai 5,5%, selebihnya Kristen Ortodoks 79,8%, Katolik 1,8%, Protestan 0,7 %, Yahudi 0,9%, Budha 0,3%, dan sisanya 18,9% penduduk Russia tidak beragama. Dengan demikian, posisi umat Islam di Russia berada pada urutan kedua di kalangan penduduk yang  beragama.
Saat ini terdapat tujuh Universitas islam di seluruh Russia. Semuanya berstatus swasta. Karena berstatus swasta, pemerintah tidak memberikan dukungan secara finansial, tetapi tidak melarang pendirian univesitas tersebut dan sekolah-sekolah berbasis agama Islam. Namun demikian, keberadaanya cukup mengagetkan. Disebut demikian, karena Russia yang merupakan bagian inti dari mantan salah satu negara super power dunia adalah negara komunis yang ajaran  dasarnya tidak mengenal Tuhan, alias ateis. Tampaknya, pasca-runtuhnya Uni Soviet, agama, termasuk Islam, bisa hidup dan tumbuh. Agama  bukan lagi barang haram sebagaimana di jaman kejayaan komunisme Uni Soviet dulu. Menurut ceritera di saat itu, sarana-sarana peribadatan dihancurkan. Agama dianggap musuh utama komunisme. Jadi orang menjalankan syariat agama dengan cara sembunyi-sembunyi. Sekarang keadaan seperti itu tidak lagi ada dan berubah seratus delapan puluh derajat. Masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan leluasa sesuai agama yang dipeluknya. Saya sendiri menyaksikan umat Kristen Ortodoks menjalankan acara kebaktian hari minggu di gereja tepat di bagian depan Lapangan Merah Kremlin, Moskow. Lapangan Merah merupakan lapangan paling terkenal di Moskow. Lapangan ini berukuran 695 x 130 m dikelilingi oleh tembok dan objek bersejarah berwarna merah. Di lapangan ini ada Moseleum tempat di mana jenazah pendiri komunis, Lenin, disimpan. Di luar lapangan, saya juga melihat banyak perempuan berjilbab. Kata teman dari KBRI pemandangan semacam itu tidak pernah terlihat di jaman kejayaan Uni Soviet. Bagiamana keadaan Islam di Russia pasca-runtuhnya Uni Soviet? Memahami keberadaan Islam di Russia tidak bisa dilepaskan dari pemahaman mengenai Islam di benua Eropa pada umumnya. Jika dicermati, abad ke-20 merupakan abad kebangkitan Islam di benua Eropa. Sebab, sudah sejak 50-60 tahun terakhir kaum muslim Eropa telah meraih kemajuan cukup meyakinkan baik dalam organisasi-organisasi sosial, interaksinya dengan pemerintah dan organisasi-organisasi sosial milik pemerintah dan masyarakat pribumi, maupun dalam aktivitas-aktivitas pendidikan dan sosial. Angka statistik kasar menunjukkan saat ini terdapat kurang lebih 50 juta kaum muslim di Eropa. Di banyak negara Eropa, masyarakat muslim sudah terwakili di parlemen. Bahkan di beberapa negara bagian Russia sudah ada pejabat tinggi setingkat menteri yang beragama Islam. Dengan kecenderungan demikian, maka diperkirakan jumlah umat Islam dalam waktu 25 tahun yang akan datang akan mencapai angka 50% dari seluruh populasi Russia saat ini. Jumlah muslim terus bertambah karena angka kelahirannya tinggi, sementara angka kematian pada masyarakat non-muslim tinggi akibat narkoba dan kecenderungan single parents bagi pasangan subur. Jika ini terjadi, maka kebangkitan Islam Eropa akan dimulai dari Russia. Muslim Russia banyak berasal dari daerah atau wilayah Caucasus dan Volga, dan wilayah sepanjang Andalusia, asal mula peradaban Islam. Pengalaman masyarakat muslim Russia berinteraksi dengan masyarakat non-muslim Eropa menjadikan kekayaan tersendiri secara historis, kultural, dan sosial dalam konteks Russia kontemporer. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang dihadapi oleh masyarakat muslim Russia dan Eropa pada umumnya saat ini. Misalnya, munculnya reaksi yang tidak wajar di kalangan masyarakat Eropa terhadap kenaikan jumlah masyarakat muslim, larangan-larangan yang dikenakan pada masyarakat muslim terkait dengan budaya dan syariah Islam seperti berjilbab, membuat menara masjid, dan kesulitan masyarakat muslim baru memperoleh pendidikan dan pekerjaan, serta keikutsertaan dalam aktivitas-aktivitas sosial. Selain itu, secara umum masyarakat muslim Russia menghadapi masalah karena belum memiliki platform untuk mencari solusi bersama dalam menghadapi tantangan yang muncul di dalam struktur sosial masyarakat Eropa pada umumnya, dan juga bagaimana menciptakan kesan positif bagi warga muslim Russia. Karena itu, di tengah-tengah meningkatnya jumlah pupulasinya, masyarakat muslim di Russia dan Eropa pada umumnya masih harus menghadapi persoalan yang tidak ringan dan memerlukan dukungan dari masyarakat muslim di luar Eropa dan Russia. Dilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya Islam bukan barang baru bagi masyarakat Russia. Russia yang kita kenal saat ini pernah bernama kekaisaraan Russia, Republik Sosialis Uni Soviet, dan saat ini bernama Republik Federasi Russia. Di Russia ada kepala pemerintahan atau Perdana Menteri dan kepala negara, yaitu Presiden. Meskipun negara ini mayoritas penduduknya beragama Kristen Ortodoks yang mencapai 79,8%, sebagaimana Indonesia yang 87% penduduknya beragama Islam, sebenarnya Russia telah lama berhubungan erat dengan dunia Islam. Menurut Dimitri Mikouleski (Azim Nanji, ed., 2003: 133), Russia mengenal Islam sejak sejak awal keberadaannya bersamaan dengan kejayaan kerajaan Bulghar, yang terletak di lembah sungai Volga. Kerajaan ini mengadopsi Islam pada abad ke-19 di bawah pengaruh langsung dari kekhalifahan Baghdad, Irak. Di bawah kerajaan Bulghar ini banyak warga memeluk agama agama Islam dan menjadi nenek moyang penduduk negara Tatarstan, dengan ibu kota Kazan. Tatarstan saat ini merupakan negara bagian Russia dengan penduduk muslim terbesar di Russia. Di Tatarstan ini sekarang berdiri Universitas Islam Russia. Kepada kami, Rektornya menjelaskan ke depan Universitas ini akan menjadi pusat studi Islam di Eropa. Selain itu, di Tatarstan ada mufti, sebagaimana di Saudi Arabia, tokoh agama islam yang sangat disegani karena kedalaman ilmu agamanya. Seiring dengan perkembangan Islam di Russia, dari pelacakan ilmiah diketahui ternyata sudah sangat banyak ahli yang mengkaji islam Russia sebagai bidang keahlian, seperti Vitaly Naumkin, Alexey Maleshenko, Olga Bibikova, Sergei Poliakov dst. Karena itu, tampaknya ke depan seiring dengan keterbukaan sistem politik Russia saat ini tidak saja umat Islam di Russia akan terus bertambah jumlahnya, tetapi juga kajian-kajian Islam dan muslim di Russia secara ilmiah akan juga terus meningkat. Atas dasar studi terdahulu yang sudah cukup banyak tersebut, maka para pengkaji Islam tidak hanya berkonsentrasi pada wilayah kajian tertentu seperti selama ini, seperti Timur Tengah, tetapi juga memperluas wilayah kajiannya hingga wilayah Eropa Timur. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi para sarjana muslim, terutama dari perguruan-perguruan tinggi berbasis agama, seperti IAIN, STAIN dan UIN, dan perguruan tinggi lain di tanah air. Para peneliti bisa memanfaatkan 220 museum, 2000 perpusatakaan, 80 gedung teater, 100 organisasi konser yang tersebar di kota St. Petersburg. St. Petersburg merupakan kota terbesar kedua di Russia setelah Moskow dan kota megapolis keempat di Eropa dengan penduduk 4. 661. 219 jiwa. Di kota ini terdapat museum seni terbesar di dunia yang diberi nama ‘The Hermitage ‘ dan bisa dijadikan tempat penelitian. Kami sempat melihat museum tersebut dan sungguh mengagumkan. Ketika kami keliling melihat peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya, Sekjen Kementerian Agama RI, Bahrul Hayat, Ph.D., sempat berucap ‘jika ingin besar maka injakkanlah kaki di mana peradaban dimulai’. Dalam batin, peradaban Eropa telah dimulai di kota St. Petersburg ini dan kami telah menginjaknya. Mengelilingi kota St. Petersburg dengan melihat bangunan-bangunan lama yang masih berdiri kokoh dan melihat museum The Hermitage yang menyimpan peninggalan sejarah dari seluruh dunia sulit untuk tidak terkesan bahwa kota ini merupakan pusat peradaban dan kebudayaan Eropa. Peninggalan dan sejarah peradaban Islam dari kawasan Timur Tengah pun juga tersimpan rapi di museum The Hermitage. Di kota ini juga ada masjid yang diberi nama Kul Sharif yang legendaris. Masjid ini di jaman pemerintahan Uni Soviet dijadikan museum dan gudang dan tidak boleh dipakai untuk beribadah. Atas jasa mantan Presiden Soekarno yang berkunjung ke Uni Soviet tahun 1950 masjid itu dibuka hingga kini dan menjadi pusat pengembangan Islam di St. Petersburg. Saya yakin kajian Islam pada masyarakat yang lama terbelenggu dalam sistem politik yang anti-agama (baca: komunisme) dan kini telah berubah menjadi masyarakat terbuka yang lebih demokratis merupakan fenomena tersendiri yang sangat menarik. Sebab, perkembangan sebuah agama tidak bisa dilepaskan dengan sistem politik penguasa. Karena itu, terbuka lebar bagi para cerdik dendekia muslim untuk melihat dan mengkaji Islam secara lebih luas dengan menjadikan muslim Russia sebagai fokus kajian !
Penulis : Prof DR. H. Mudjia Rahardjo
Pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
