Kemarin, saya menjadi instruktur pada acara leadership basic training PII. Kebetulan saya yang sebagai instruktur lokal saat itu, membawakan materi ekspektasi. Materi ini isinya semacam kontrak belajar. Jadi seluruh peserta diarahkan untuk menyatukan semua harapan-harapan yang ingin dicapai. Setiap mereka mengajukan satu harapan dan cara yang dilakukan untuk terwujud harapan tersebut.
Mulailah mereka menyebutkan satu persatu. Hingga terhimpunlah harapan-harapan sejumlah mereka yang hadir. Tujuh harapan pun kemudian terpampang di hadapan beserta cara yang bisa dilakukan untuk mencapai harapan tersebut.
Setelah tujuh harapan dan cara itu diseleksi, ada tiga harapan yang memiliki muatan maksud dan tujuan yang sama. Lalu tiga harapan itu beserta caranya digabungkan pada harapan lain yang semisal. Jadi tinggal empat harapan beserta cara yang akan ditempuh.
Kemudian saya meminta salah satu di antara mereka membuat kesimpulan. Dari ke empat harapan dan caranya tersebut, kira-kira target utama apa yang hendak mereka peroleh dalam masa lima hari ke depan. Lalu disimpulkanlah, target utama training tersebut adalah membentuk kepribadian mereka menjadi pribadi yang bukan saja bisa memenej diri melainkan juga bisa memenej orang lain. Dengan kata lain, keluar dari training tersebut mereka menjadi agen perubahan (agent of change).
Sepakatlah mereka untuk menjadi agen perubahan itu. Lalu dibuat beberapa peraturan lokal dan luar lokal guna mendukung suasana belajar. Kemudian lahirlah sepuluh peraturan yang meliputi komitmen keseriusan mengikuti training, etika dan keaktifan.
Ada satu poin dalam peraturan itu yang saya kira sebenarnya itu bukanlah peraturan. Lebih tepatnya saya menilai, itu adalah sebuah paradigma. Mereka mencantumkan kata “we are big family”. Ini adalah sebuah cara pandang mereka untuk menyatukan emosional mereka. Dengan menanamkan perasaan saudara satu sama lain, membuat mereka selalu saling mengingati manakala ada yang tidak mematuhi peraturan. Sebab mereka yakini, keberadaan mereka adalah sebuah tim. Dan tidak akan sempurna misi yang dijalankan oleh satu tim jika salah satu personilnya tidak efektif.
Setengah masa telah berlalu. Training sudah berjalan selama dua hari tiga malam. Namun, saya perhatikan ada kesalahan yang tidak disadari oleh mereka. Sehingga mereka sering melanggar peraturan yang mereka buat sendiri. Dan akhirnya, target yang diharapkan mereka terancam tidak tercapai. Itu artinya kelelehan mereka sepanjang lima hari menerima materi hanya akan berlalu sia-sia.
Dengan sigap, saya yang diamanahkan agar menjaga stabilitas semangat belajar mereka selama training, segera mengevaluasi. Disela-sela pergantian materi, ada satu jam bagi saya untuk evaluasi bersama mereka. Lalu saya kumpulkan kesalahan-kesalahan mereka dengan meminta tiap-tiap mereka mengakui kesalahan yang pernah dibuat. Setelah terkumpul, saya buatkan grafik dan neraca perbandingan antara usaha yang telah dijalankan dan target yang akan dicapai.
Terlihat persentase usaha dan target yang telah mereka peroleh. Ternyata berbanding jauh sebagaimana yang diharapkan. Seringnya melanggar peraturan, membuat mereka lupa terhadap target utama. Dan yang lebih sayangnya lagi, diantara pengakuan kesalahan mereka melanggar peraturan, pada point “we are big family” hanya diakui dua orang saja. Padahal realitanya point itulah yang banyak mereka lupakan. Sehingga paradigma mereka tidak lagi memandang kalau mereka adalah kesatuan tim. Dan dengan mudahnya mereka berpisah keluar lokal, tidak mengikuti materi dan lain sebagainya.
Lalu saya kembalikan lagi mereka untuk berfikir sejenak harapan dan cara-cara apa saja sebelumnya yang pernah mereka buat, serta target utama apa yang ingin mereka capai. Dan sampailah pada kesimpulan akhir bahwa mereka lupa tujuan awal mengikuti training tersebut. Sehingga langkahnya pun tidak beraturan lagi.
Tujuan/ target/orintasi semuanya adalah bentuk-bentuk niat. Untuk setiap kesuksesan seseorang tidak bisa dilepaskan dari yang namanya target. Oleh karenanya orientasi yang ada dibuat hendaknya sejalan dengan target yang ingin dicapai. Selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk visi dan misi. Oleh karena itu, kuseksan apapun yang ingin dicapai seseorang, haruslah sesuai dengan niat.
Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung dengan niat”