Keindahan Islam di Pagi Hari

Di Bulan Puasa ini  terasa sekali Islam sedemikian terasa indah. Banyak orang rupanya setelah makan sahur tidak segera tidur, tetapi menunggu sholat subuh.  Mendengar adzan, mereka segera berangkat ke masjid untuk shalat berjamaáh. Menyaksikan ibu-ibu, tua maupun muda, dengan  mengenakan mukena, mereka memenuhi panggilan adzan dari masjid atau mushala. Demikian pula bapak-bapak, dan diikuti oleh putra-putrimya  menuju tujuan yang sama, mereka ingin shalat berjamaáh.

  Sebelum berangkat, mereka sudah mengambil air wudhu terlebih dahulu. Artinya, mereka sudah dalam keadaan bersuci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil. Siapapun yang menjalankan shalat harus dalam keadaan suci. Kesucian  lahir maupun batin, —-dalam Islam, diajarkan kepada kaum muslimin.        Keindahan di pagi buta itu juga bisa dinikmati dari  suara adzan yang datang dari  segenap penjuru. Masjid dan atau mushalla, di mana-mana rupanya dianggap kurang  sempurna jika belum dilengkapi dengan pengeras suara. Tempat ibadah kaum muslimin itu,  selalu dilengkapi dengan menara. Akan tetapi, masih dianggap kurang sempurna,   sebelum dilengkapi  pengeras suara.   Memang  ada saja pihak-pihak tertentu,   dengan adanya  pengeras suara,   merasa ternganggu. Mungkin dirasakan suara dari masjid itu terlalu keras, sehingga menjadikan mereka  tidak bisa beristirahat lebih nyaman. Akan tetapi,  bagi orang-orang yang terbiasa dengan suara itu, justru terasa nikmat. Di pedesaan, di waktu pagi buta,  selain  suara adzan, juga  dihiasi dengan suara ayam jantan yang saling bersautan dari segala penjuru, yang tidak seorang pun bisa melarangnya.   Di pagi itu, kaum muslimin, baik secara bersama ataupun secara sendiri-sendiri,  terbiasa berdzikir, mengucapkan tasbih, tahlil dan tahmid.  Kalimat-kalimat  indah, diucapkan untuk mengingat  Allah. Sejak pagi,  mereka mulai menghidupkan suasana dengan kalimat-kalimat mulia. Yaitu kalimat untuk  mengungkapkan tentang rasa syukur, kesucian,  dan ke-Maha Besaran Allah.   Melalui shalat berjamaáh, kaum muslimin antar tetangga   di sekitar masjid atau mushalla sudah saling bertemu.  Dengan demikian, di pagi itu, tanpa disengaja, mereka sudah saling mengetahui  atas kesehatan dan keadaan keluarganya. Inilah persatuan kaum muslimin,  yag selalu dijalin dan dipererat dengan kegiatan ritual, yaitu mengingat dan menyembah Dzat Yang Maha Kuasa.   Kata-kata salam, atau selamat terucap dari masing-masing anggota jamaáh. Tatkala mereka bertemu, siapapun  yang terlebih dahulu mengucapkan salam, dan kemudian dijawab dengan doa yang sama. Di antara sesama  muslim berhak mengucapkan salam, yaitu mudah-mudah kesalamatan atas engkau semua. Demikian pula doa itu dijawab dengan jawaban serupa. Semoga, engkau juga mendapatkan keselamatan itu.   Itulah hubungan antar sesama  kaum muslimin dan muslimat, terasa  sedemikian indah,  dimulai sejak pagi hari. Oleh karena itu, kehidupan kaum muslimin, menurut hadts nabi,  bagaikan satu tubuh. Manakala bagian tertentu sakit, maka bagian  lain ikut merasakannya. Sehingga, Islam benar-benar mengajarkan suatu bentuk kehidupan kebersamaan yang sedemikian kokoh dan sekaligus indah.   Suasana seperti itu juga yang menjadikan antar kaum muslimin terjalin saling menyayangi dan mencintai. Sehingga, menurut sebuah hadits nabi pula dikatakan bahwa,  tidak sempurna iman seseorang sebelum yang bersangkutan sanggup mencintai orang lain, sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Demikian pula ukuran keimanan itu juga digunakan untuk menggambarkan tentang  keharusan dalam  bertetangga di antara sesama kaum muslimin dan bahkan juga dengan lainnya.   Maka,  Islam memang sebuah keindahan. Boleh antar tetangga atau saudara berkompetisi, tetapi kompetisi itu dalam kerangka menjalankan kebaikan.Fastabiqul khoiraat. Dalam Islam, tidak dibenarkan saling mengembangkan rasa dendam, permusuhan, mendengki atau iri hati. Islam menganjurkan kebersamaan, atau berjamaáh, saling mencintai antar sesama.  Sebaliknya, bukan saling berebut, apalagi saling menjatuhkan dan mencelakakan  di antara  sesama.  Islam  mengajarkan keindahan dalam hidup,  dan itu dimulai dari pagi buta saat bangun,  sebelum  subuh berjamaáh. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share