Saya sangat berbahagia, ternyata tulisan saya kemarin, tentang cita-cita UIN Maliki Malang ke depan, mendapat respon yang cukup tinggi. Semua menyambut positif dan percaya, bahwa cita-cita itu akan dapat diraih. Padahal mereka tahu, bahwa terkait dengan umur dan juga peraturan yang ada, saya sudah tidak akan mungkin lagi bisa memimpin kampus ini ke depan. Dengan pandangan itu artinya, mereka sudah percaya bahwa siapapun yang memimpin kampus ini masih tetap akan berjalan dinamis, inovatif, dan maju. Di sinilah letak kebahagiaan saya, bahwa ternyata sudah banyak orang yang menyaksikan, bahwa kampus ini sudah benar-benar berdiri kokoh, setidak-tidaknya terkait dengan aspek organisasinya. Kepercayaan seperti itu saya rasa sangat penting dimiliki oleh warga kampus, baik unsur pimpinan, dosen, dan juga mahasiswanya. Melalui tulisan di pagi ini, saya akan mengemukakan beberapa kunci yang seharusnya dipegang, agar cita-cita mulia tersebut berhasil diraih. Sementara ini, banyak kalangan menilai bahwa UIN Maliki Malang telah berhasil membangun fondasi untuk menjadikan kampus ini besar dan maju dari berbagai aspeknya. Atas dasar keyakinan itulah mereka percaya bahwa perguruan tinggi Islam ini akan menjadi kebanggaan umat Islam ke depan. Harapan yang seringkali disampaikan, baik melalui forum-forum yang bersifat formal maupun non formal tersebut sedemikian besarnya, mereka hanya ingin melihat kebesaran UIN Maliki Malang ke depan. Saya juga merasakan, betapa banyak orang yang berharap besar terhadap kemajuan UIN Maliki Malang ini. Mereka merasakan seolah-olah kampus ini sudah menjadi milik dan bagian hidupnya. Oleh sementara orang, kampus ini sudah dijadikan sebagai lambing dan dibanggakan. Mungkin ini terjadi, karena mereka sudah sekian lama memimpikan adanya lembaga yang beridentitas Islam, sesuai dengan kemuliaan dan keindahan ajarannya, —— al Qur’an dan hadits, maju dan besar, sehingga bisa dijadikan contoh sekaligus kebanggaannya. Oleh karena itu, saya juga tidak bisa membayangkan, alangkah kecewanya masyarakat, jika ternyata UIN Maliki Malang yang pada saat ini dianggap telah menyandang tanda-tanda maju itu, ternyata gambaran indah itu ternyata gagal berhasil diwujudkan. Saya yakin banyak orang akan kecewa, jika UIN Maliki Malang, sebagaimana kebanyakan lembaga yang menggunakan identitas Islam lainnya, berjalan di tempat, apalagi terbebani oleh banyak masalah. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka rumusan yang mengatakan bahwa lembaga pendidikan Islam selalu bercirikan :Â tahan hidup, tetapi sukar maju, dan kaya masalah, ternyata cirri itu juga melakat pada diri UIN Maliki Malang. Tentu siapapun tidak menghendaki keadaan seperti itu. Oleh karena itu, bagi siapapun, apalagi para pimpinannya mengenal kunci-kunci kemajuan, dan memeganginya erat-erat di masa depan, adalah mutlak harus dilakukan. Di antara kunci penting itu adalah adanya upaya menjaga kesatuan dan persatuan. Betapa pentingnya persatuan ini, maka saya selalu letakkan sebagai kunci utama untuk meraih cita-cita. Selama ini saya belum pernah melihat ada sekelompok orang, atau organisasi yang bercerai berai, namun berhasil meraih prestasi. Kelompok atau organisasi yang orang-orang di dalamnya tidak saling bersatu, selalu bertikai, berebut dan bercerai berai, selalu berakhir dengan kehancuran. Perselisihan itu biasanya dipicu oleh perebutan posisi pengurus, fasilitas, keinginan untuk menonjol dan menang, tidak menyukai orang lain sukses kecuali dirinya sendiri dan lain sebagainya. Sekelompok orang atau lembaga yang sudah terjangkit oleh penyakit seperti itu, dan tidak berhasil meredamnya, maka akan tinggal menunggu kehancurannya. Penyakit itu sebenarnya selalu hinggap pada setiap orang. Hanya persoalannya adalah seberapa jauh masing-masing orang sanggup meredam dan menjinakkannya. Betapa pentingnya persatuan ini, kita semua dapat melihat pada perjuangan Rasulullah yang sukses gemilang itu. Mengawali perjuangannya, Rasulullah baik secara nyata maupun simbolik membangun pilar-pilar persatuan. Utusan Allah ini memberikan tauladan, bahwa membangun masyarakat ideal, harus menempuh cara dengan menyatukan umat. Rasulullah menyatukan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Dengan ikatan tali silatturahiem, berhasil melahirkan suasana batin saling mencintai di antara mereka, ternyata kemudian membuahkan kekuatan yang luar biasa. Kita bisa bayangkan, dua kelompok yang semula menempati tempat berbeda, ——-Makkah dan Yatsrib, disatukan sebagai modal perjuangan membangun masyarakat Islam. Sebagai symbol persatuan lainnya, segera Nabi ketika itu membangun masjid. Di tempat itu, umat dari manapun asalnya disatukan melalui tempat ibadah ini. Silatturrahmi dan saling bertemu di setiap saat dikembangkan dan dibiasakan secara terus menerus. Masjid ketika itu, selain dijadikan tempat bersujud atau beribadah kepada Allah pada setiap waktu, juga digunakan sebagai tali pengikat bagi umat Islam yang secara bertahap jumlahnya semakin meningkat. Masjid dijadikan instrument untuk membina dan mengembangkan persatuan ini. Di sinilah letak pentingnya persatuan sebagai kunci keberhasilan kemajuan di manapun dan kapanpun. Kita lihat, baik dalam skala kecil maupun besar, ternyata memang tidak mudah menyatukan orang itu. Sebaliknya, yang selalu kita saksikan di mana-mana adalah kasus-kasus perpecahan, pertikaian, dan akhirnya terjadi kehancuran. Negeri kita ini saja, tidak beranjak maju, ——setidak-tidaknya tidak secepat yang dialami oleh negara lainnya, sesungguhnya hanya disebabkan oleh beratnya menjaga persatuan itu. Maka, persatuan itulah sesungguhnya kunci utama kemajuan itu. Siapapun yang ingin maju, berkembang, dan meraih kebesaran,——-tidak terkecuali UIN Maliki Malang, maka semua pihak harus bersedia berjuang dan berkorban, untuk mewujudkan persatuan itu. Persatuan harus menjadi kekayaan dan cita-cita yang dirindukan. Hanya berawal dari sanalah sesungguhnya kemajuan itu berhasil diraih. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang