Memelihara Kepercayaan

Seseorang menganggap sedemikian penting kepercayaan atau trust orang lain terhadapnya, sehingga ia mengatakan bahwa, andaikan seluruh harta kekayaannya hilang, karena terbakar atau dicuri maupun dirampok orang, sedangkan yang tertinggal hanya pakaian yang melilit di badannya, ia berani dan tegar hidup asal masih dipercaya oleh orang lain. Demikian pula sebaliknya, sekalipun ia masih memiliki harta kekayaan, —-mobil, rumah mewah, tabungan dan apa saja masih utuh, tetapi karena sudah tidak dipercaya atau memiliki trust lagi, maka ia tidak akan berani hidup di tempat itu. Sikap seperti itu diambil, karena betapa susahnya orang yang tidak dipercayai lagi oleh masyarakat lingkungannya. Pandangan orang sebagaimana digambarkan tersebut menunjukkan betapa tinggi arti kepercayaan atau trust dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan hidup seseorang memang banyak ditentukan oleh kepercayaan yang disandangnya. Seorang pengusaha berhasil memajukan usahanya, pimpinan di bidang apapun menjadi sukses, staf atau pegawai menjadi disenangi pimpinan dan seterusnya, semua itu adalah karena mampu menjaga kepercayaan. Bahkan suami isteri dalam kehidupan rumah tangga menjadi rukun dan damai, karena di antara masing-masing mampu memelihara kepercayaan yang diamahkan kepadanya. Kebenaran akan pandangan tersebut tidak sulit dibuktikan. Terlalu banyak bukti untuk membenarkannya. Seorang penjual makanan di suatu kampung, semula sangat laris, selalu didatangi para penggemarnya dari berbagai arah. Tetapi mendadak sepi, ditinggalkan para pelanggannya, karena ada berita bahwa sebagian bumbu masaknya dianggap tidak halal, atau cara memotong ayam yang disajikan tidak benar, —-tidak membaca basmallah, misalnya. Seorang kyai semula memiliki santri yang sedemikian banyak, tetapi dalam waktu singkat mereka pergi meninggalkannya, karena tahu bahwa orang yang menjadi anutannya itu tidak lagi berpegang pada ajaran yang diberikannya. Contoh yang lebih sederhana lagi, sebatas hanya mencari pembantu rumah tangga, tukang potong rambut, penjaga rumah dan sejenisnya, akan selalu memilih di antara yang bisa dipercaya. Jika seseorang sudah dikenal tidak memiliki trust atau kepercayaan, maka akan sulit mendapatkan order atau pekerjaan. Demikian pula, pada saat sekarang ini, sekalipun sudah banyak dokter praktek di mana-mana, masyarakat yang lagi membutuhkan layanan kesehatan, akan memilih atau mencari dokter yang bisa dipercaya, kapabel atau mampu menyembuhkannya. Orang biasanya mencari pelayanan yang bisa dipercayai. Selanjutnya, membangun kepercayaan ternyata sangat sulit, dan tidak sebagaimana sebaliknya, meruntuhkan sangat mudah. Sebatas membangun kepercayaan memerlukan waktu lama dan kadang juga biaya yang mahal. Kita sehari-hari menyaksikan banyak orang memburu gelar, dengan mengambil kuliah seadanya sekalipun, hingga akhirnya mendapatkannya. Dibubuhkan gelar itu, baik di depan dan atau di belakang namanya, dengan maksud agar mereka dipercaya. Seorang pembicara dalam sebuah seminar, sebelum mempresentasikan makalahnya, selalu dibacakan riwayat hidup atau pengalamannya, agar peserta seminar mempercayainya. Seorang calon anggota legislative atau pimpinan politik harus datang ke berbagai pondok pesantren agar dipercayai dan akhirnya mendapatkan dukungan. Sedemikian sulit membangun kepercayaan itu, tetapi juga sebaliknya, sedemikian mudah meruntuhkannya. Jika seseorang diketahui tidak amanah atau tidak pantas dipercaya lagi, maka segeralah masyarakat meninggalkannya. Para pejabat di bidang apa saja, ——eksekutif, legislative, atau yudikatif, yang kemudian diketahui melakukan tindak korupsi, sehingga diadili dan akhirnya masuk penjara, maka setelah keluar dari hukuman oknum tersebut tidak akan dipercaya lagi. Jikalaupun dengan caranya sendiri berhasil masuk wilayah kekuasaan lagi, sesungguhnya kepercayaan masyarakat itu tidak akan diberikan secara tulus. Penghormatan kepadanya hanya akan diberikan secara semu. Namun pada kenyataannya, banyak orang dan bahkan lembaga berskala besar sekalipun ternyata tidak semua mampu menjaga trust atau kepercayaan itu dengan baik. Contoh-contoh tentang hal itu juga sedemikian banyak. Beberapa tahun yang lalu, banyak perguruan tingi swasta di mana-mana sangat diminati oleh calon mahasiswa. Masyarakat percaya bahwa dengan layanan akademik yang diberikan, akan mendapatkan ijazah dan ilmu pengetahuan, sehingga bisa dijadikan bekal hidup kelak di tengah masyarakat. Namun setelah banyak lulusan perguruan tinggi swasta yang ternyata menganggur atau setidak-tidaknya sulit mendapatkan lapangan pekerjaan, maka peminat ke sementara perguruan tinggi tersebut di mana-mana merosot, bahkan terpaksa harus tutup dengan sendirinya. Fenomena seperti itu rupanya belum terbaca oleh perguruan tinggi negeri. Akhir-akhir ini, perguruan tinggi negeri di hampir seluruh wilayah, bersemangat menerima mahasiswa baru dalam jumlah sebanyak-banyaknya. Kebijakan itu kiranya boleh-boleh saja, asalkan masih tetap berhasil memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Artinya dengan cara itu, tidak mengganggu upaya-upaya peningkatan kualitas hasil lulusannya. Sebaliknya, jika banyaknya mahasiswa itu kemudian tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelayanan, sehingga kualitas lulusannya pada suatu waktu dianggap merosot, yang kemudian mengakibatkan kepercayaan masyarakat berkurang, maka sangat mungkin, perguruan tinggi dimaksud akan ditinggalkan oleh peminatnya. Persoalan ini sesungguhnya sangat sederhana, tetapi dampaknya sedemikian luas. Orang mungkin boleh saja, suatu saat tidak percaya pada berbagai institusi yang ada, tetapi yang tidak boleh terjadi adalah hilangnya kepercayaan pada institusi pendidikan. Orang suatu saat boleh tidak percaya pada lembaga hukum, lembaga politik, lembaga ekonomi, dan seterusnya, tetapi jangan sampai terjadi, munculnya gejala tidak mempercayai lagi pada perguruan tinggi secara keseluruhan. Mengembalikan kepercayaan terhadap lembaga hukum, politik, ekonomi, dan seterusnya tidak terlalu sulit dilakukan. Tetapi sebaliknya, hampir-hampir tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat mengembalikan kepercayaan kepada para ilmuwan yang sudah tidak dipercayai lagi. Bagaimana memelihara kepercayaan itu, ——sesungguhnya asalkan mau, tidak terlalu sulit dilakukan. Ialah dengan cara, setidak-tidaknya : (1) menjaga idealisme secara istiqomah, (2) memelihara dan menjaga mutu atau kualitas dari semua proses yang harus dilalui, (3) tidak melakukan disorientasi, yaitu misalnya lembaga itu hanya mengejar keuntungan material yang tidak ada kaitannya dengan upaya-upaya peningkatan kualitas yang akan diraihnya, dan (4) berhasil memenuhi tuntutan masyarakat yang selalu mengedepankan relevansi, mutu atau kualitas layanan dan hasilnya sekaligus. Jika saja hal-hal seperti itu dapat dipenuhi, maka insya Allah, akan berhasil dalam memelihara kepercayaan, yang menurut berbagai pengalaman selama ini, memang sulit dilakukan. Wallahu aโ€™lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektorย  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *