Shalat Tarweh Di Masjid Tertua Berau

Dua tahun yang lalu, saya diundang oleh Pemerintah Daerah Berau, Kalimantan Timur untukย  berceramah dalam rangka peringatan Nuzul al Qurโ€™an. Acara itu dilaksanakan di Masjid Agung ย Berau, dan dihadiri oleh para pejabat, ulamaโ€™, tokoh masyarakat, dan umat Islam setempat.

ย  Berau adalah merupakan daerah kota kabupaten yang berada di Kalimantan Timur. Untuk menuju ke kota yang berpenduduk sekitar 180.000 jiwa tidak terlalu sulit. Sebab dari Balikpapan ke kota ini sudah tersedia fasilitas pesawat terbang, yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 50 menit. Hanya saja frekuensi penerbangan tidak terlalu banyak, ย hanya ada empat penerbanganย  ย saja sehari. ย  Mungkin orang luar tidak banyak mengenal kota Berau ini, terutama bagi yang tidak berkepentingan. Akan tetapi bagi banyak pengusaha dan penggiat ekonomi melihat Berau sebagai daerah yang amat potensian dalam pengembangan ekonomi. Di daerah ini dilalui sungai besar, sehingga banyak kapal-kapal yang cukup besar-besar masuk di kota ini. Daerah ini kaya akan tambang, seperti batu bara dan juga tambang mulia, seperti emas dan lain-lain. Di bidang pertanian, Berau juga kayaย  tanaman sawit. ย  Jika dua tahun lalu, saya diajak untuk shalat tarweh di Masjid Raya, maka pada kedatangan yang kedua ini, saya diajak shalat tarweh di masjid tertua, bernama Rayyatul Ikhlas ย di kota Berau.ย  Sekalipun masjid tersebutย ย  dikenal sebagai yangย  tertua, tetapi tampak baru, karena baru saja dipugar. Tempat ibadah yang cukup besar tersebut bisa menampung kira-kira 2500-an jamaโ€™ah. Pada saat itu, jamaโ€™ah tarweh juga cukup banyak, tidak kurang dari 1/3 masjid terisi, baik kaum laki-laki maupun perempuan. ย  Rupanya keberagamaan masyarakat di kota kecil yang berada di Kalimantan Timur ini, cukup kuat. Di berbagai sudut kota terdapat masjid yang besar-besar dan bangunannya selalu kokoh dan permanen. Saya tidak lihat masjid yang kecil, dan apalagi tidak terurus. Masjid oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai perhatian utama. Jamaโ€™ah di masing-masing masjid juga banyak, termasuk di masjid yang disebut sebagai tertua di kota itu. ย  Pada saat itu, setelah shalat isyaโ€™ dan sebelum dimulai shalat tarweh saya diminta untuk memberikan ceramah. Permintaan itu, tentu saya penuhi. Dalam ceramah itu saya memberikan apresiasi terhadap kehidupan keberagamaan daerah Berau yang cukup bagus. Masjidnya banyak, dan keadaannya bagus-bagus, dan lagiย ย  tidak ada yang sepi jamaโ€™ah. ย  Shalat terweh sekalipun dilaksanakan sejumlah 20 rakaโ€™at terasa nikmat dan tidak melelahkan. Bacaan imam cukup bagus dan dilaksanakan tidak ada kesan tergesa-gesa. Pada setiap selesai salam, —-dua rakaโ€™at, diselingi dengan bacaan shalawat yang sedemikian indah. Saya tidak pernah menemui bacaan shalawat dalam shalat tarweh yang sedemikian teratur dan indah, kecuali di Berau ini. Cara bershalawat seperti itu, juga dilakukan di masjid-masjid lainnya. Dengan bacaan shalawat tersebut, maka menjadikan suasana shalat tarweh terasa sejuk dan indah.ย ย  ย  Selain itu, anak-anak kecil menambah semaraknya suasana masjid. Mereka mengikuti shalat tarweh sebagai kewajiban dari sekolah masing-masing. Bakda shalat mereka meminta tanda-tangan dari imam shalat dan juga dari penceramah sebagai pertanda,ย  bahwasanya mereka mengikuti kegiatan ramadhan.ย  Memang kehadiran anak-anak di masjid terasa mengganggu kekhusuโ€™an shalat, tetapi hal itu bisa dopahami sebagai cara membiasakan para anak-anak untuk agar selalu dekat dengan tempat ibadah. ย  Sekali lagi, yang dapat saya tangkap dari kunjungan ke Berau, di kalimantan Timur ini,ย  di antaranya adalah kehidupan keagamaanย  yang cukup bagus. Para tokoh atau pemuka agama, masing-masing dijadwal untuk memberikan pembinaan dan sekaligus memimpin kehidupan keagamaan melalui masjid-masjid. Pemerintah daerah, lewat Majelis Ulamaโ€™, memberikan dukungan pendanaan terhadap pelaksanaan pembinaan keagamaan di masing-masing masjid, termasuk di wilayah-wilayah yang sulit terjangkau sekalipun. ย  Pemerintah daerah memandang bahwa kegiatann keagamaan sebagai bagian penting dari pembinaan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah dalam melakukan peran-peran pembinaan dan pengembangan masyarakat melalui pendekatan keagamaan ini. Dan hal itu dirasa tidak mungkin dilakukan tanpa melibatkan para pemuka agama. Dengan demikian antara agama dan birokrasi pemerintah terasa sinergi, sehingga kedua-duanya menjadi kekuatan untuk membina dan mengembangkan masyarakat. Pendekatan seperti ini, kiranya bisa dijadikan sebagai sebuah model dalam membina masyarakat di negeri ini. Wallahu aโ€™lam.ย 

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektorย  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *