penulis: farijs
Barangkali Tuhan cemburu kepadamu.
Pagi buta / setelah selesai memanjatkan doa syukur bangun tidur kepada-Nya, aku segera menelepon membangunkanmu. Pagi hari di kantor, bukannya berduha / aku malah asyik berkirim pesan singkat kepadamu, memamerkan sarapan apa yang disajikan ibu kantin untukku.
Menjelang siang ketika hujan deras turun / setelah bertasbih memuja nama-Nya, aku meneleponmu / menanyakan apakah engkau tidak lupa membawa payung. Ketika azan zuhur berkumandang, aku tidak bergegas memenuhi panggilan-Nya karena aku sedang menjawab teleponmu / mendengarmu bercerita bahwa engkau baru saja mengalami sebuah kejadian lucu. Satu langkah kakiku keluar dari masjid / kuketik pesan agar jangan lupa makan kemudian kukirim kepadamu.
Ketika baru selesai santap siang / aku sibuk menjawab pesan singkatmu tentang menu apa yang baru saja kumakan. Sesudah itu baru kuberucap syukur atas karunia-Nya aku bisa bersantap siang dengan layak.
Aku sedang sibuk mengkhawatirkanmu pulang di tengah derasnya hujan ketika sore datang. Maka aku pun tidak mendengar azan berkumandang hingga seorang rekan mengingatkan. Dalam salat / aku mendoakanmu agar diberi keselamatan.
Tibalah waktu absen pulang. Aku masih terus memikirkanmu hingga magrib datang membawa serta sang senja. Zikir-zikir senja urung kulafazkan demi mendengarkanmu menceritakan hari-harimu yang penuh dengan pengalaman menyenangkan. Hingga datang larut malam, nyaris aku alpa bersujud kepada-Nya karena asyik bersenda gurau denganmu di dunia maya. Maka doa untuk keselamatanmulah yang aku ucapkan di peraduan.
Mungkinkah Ia cemburu,
Leave a Reply