Undang-undang untuk mengatur perdagangan sperma dan ovum (sel telur) manusia via internet sedianya akan siap diberlakukan minggu ini di Inggris. Pasalnya selama ini situs terkait berada di luar prosedur klinik.
Rencana tersebut merupakan bagian kecil dari kebijakan undang-undang Human Fertilisation and Embryology Act (HFEA) yang dibentuk tahun 1990. Situs terkait saat ini berada di luar peraturan yang ada, sehingga dinilai tidak perlu mengikuti prosedur keamanan dan kualitas seperti yang diberlakukan di klinik.
Klinik yang menawarkan pelayanan in vitro fertilisation (IVF) selalu berada di bawah pengawasan HFEA. Lain halnya dengan situs yang mengirimkan sperma dan peralatan inseminasi untuk digunakan di rumah, atau yang melakukan pencocokkan donor telur serta ibu wali (surrogate mother).
Hal ini bisa terjadi, karena bisnis situs semacam ini menggunakan operasi database, ketimbang klinik yang sebenarnya. Sehingga mereka berada di luar pengawasan HFEA. Berbeda dengan klinik.
Artinya, mereka tidak diwajibkan untuk memeriksa pendonor. Apakah para pendonor ini memiliki masalah genetik, atau infeksi virus yang ditularkan lewat hubungan seksual seperti HIV. Di mana hal-hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam masalah keamanan.
Departemen Kesehatan Inggris mengatakan, masih banyak hal yang harus dipertimbangan tentang operasional situs tersebut. Termasuk soal pendonor yang tidak akan mendapatkan perlindungan legal yang sama seperti yang didapatkan jika mereka melakukannya di klinik.
Badan penasihat kebijakan HFEA meminta agar ada hukum yang mengatur hal terkait sehingga perusahaan internet memiliki standar yang sama dengan klinik pembuahan (fertility clinic). Atau, pilihan lain praktik semacam ini harus segera dihentikan sama sekali.
“Undang-undang HFEA telah berjalan dengan baik selama ini. Namun, pemerintah ingin memastikan bahwa undang-undang terkait terus ditingkatkan performanya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini,” papar Menteri Kesehatan Inggris, Caroline Flint seperti dilansir BBC NewsÂ
Sementara itu, John Gonzalez, Chief Executive situs Man Not Included mengatakan, dalam bisnis ini pihaknya juga melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi lain pada pendonor. “Hal-hal semacam ini tentunya mempermudah bagi seseorang yang ingin hamil,” imbuhnya.
Professor Ian Craft dari London Fertility Centre, sebuah klinik yang menawarkan IVF mengatakan, dengan adanya keterlibatan medis, usaha semacam situs ‘Man Not Included’ akan berjalan lebih baik.
(ien/)