Kala Istri Lebih Dari Suami

Fiqhislam.com – “Wah hebat istrimu To, aku lihat dia ada di majalah Swa, susah lho masuk ke majalah Swa,”

Ihsan kawan karib Anto memuji-muji dan menunjukkan majalah Swa pada Anto yang sebenarnya majalah tersebut sudah berkali-kali dibaca oleh Anto. Tak lama kemudian, majalah yang banyak mengangkat tokoh pengusaha sukses baik dari kelas teri sampai kelas kakap itupun menjadi lecek  karena semua karyawan di ruangan  kantor tersebut berebut melihat dan satu sama lain memberi komentar yang isinya bersifat kagum, memuji, serta heran.

Anto diam saja, dalam hati berkecamuk berbagai macam perasaan, perasaan bangga, kesal, benci, terkalahkan serta bercampur senang. Namun perasaan merasa terkalahkan lah yang akhirnya mendominasi hati Anto. Hal ini membuat Anto bertambah geram ketika pulang ke rumah lalu menjumpai lampu rumah masih gelap, meja makan juga kosong dan kelihatan seisi rumah belum hadir. Bahkan si mbok pun yang biasanya sudah sibuk menyiapkan teh hangat dan kue-kue kecil, hal yang sudah lama tidak dilakukan oleh istrinya sejak istrinya menggeluti usaha rumah makan yang semakin hari semakin laku pun tidak terlihat juga. Bisnis rumah makan istrinya Anto memang maju pesat, dalam 6 tahun ini sudah memiliki 11 cabang di berbagai kota besar dan hal ini membuat istrinya Anto semakin sibuk dengan urusan bisnisnya.

Jujur, sebagai seorang manusia biasa, siapa sih yang tidak senang punya rumah besar, naik mobil mewah dan membayangkan tabungan deposito yang banyak serta mau kemana-mana mudah, anak-anak juga sekolah ditempat yang mahal. Selain itu, kesulitan ekonomi yang dirasakan banyak orang sudah tidak dirasakan lagi. Bahkan Anto bebas menggunakan gajinya sendiri, tanpa harus memberi pada istrinya yang sudah lama tidak pernah minta uang kepada Anto. Untuk membeli kebutuhan rumah tangga serta membeli mobil pun, sang istri melakukan semuanya sendiri, hanya sesekali saja minta pertimbangan Anto yang menurutnya terserah saja mau beli apa, toh itu uangmu, pikir Anto kecut.

“Merasa dikalahkan,” demikianlah perasaan mendalam yang ada di hati Anto. Namun untuk mengalahkan istrinya dari segi pendapatan bukanlah hal yang mudah karena Anto hanyalah pegawai biasa. Rasa egonya Anto terlalu tinggi untuk keluar dari kantor dan membantu usaha istrinya. Hal ini membuat sang istri terlihat semakin sibuk dan semakin tenggelam dalam kesibukannya dikarenakan semua hal ditanganinya sendiri dengan berbagai karyawan yang cukup handal, sehingga kedatangan Anto untuk membantu pun pastinya tidak diharapkan lagi dan tidak diperlukan.

Perasaan tidak dibutuhkan, tidak diperlukan dan tidak diminta oleh istrinya membuat Anto akhirnya berpaling pada wanita lain yang dianggap memerlukan dirinya. Dengan berjalannya waktu akhirnya istrinya pun mengetahui hal itu. Namun ketika istrinya mengetahui hal itu, Anto menjadi menyesal karena sang istri yang telah bertindak ”tidak mau mengganggu suami dan berusaha menyelesaikan masalah sendiri” malah dikhianati oleh sang suami.

Bila seorang suami merasa dikalahkan oleh sang istri dalam hal mencari nafkah dimana pada jaman sekarang ini sudah sangat biasa wanita bekerja dan terkadang posisi maupun pendapatan sang istri lebih tinggi daripada suaminya, maka perasaan terkalahkan atau ego merasa disaingi atau dikalahkan harus dibuang oleh suami manapun didunia ini. Apalagi sampai mencari wanita lain yang dianggap bisa dikalahkan, karena akan menambah rungsing masalah dalam rumah tangga.

Biasanya para wanita bila bekerja, mereka tekun, fokus, telaten dalam pekerjaannya serta teliti. Jadi wajar saja bila bos merasa senang dan memberikan bonus. Wanita juga biasanya banyak berkomunikasi, banyak berkenalan sana sini sehingga relasinya pun semakin banyak. Sering juga dijumpai di kantor-kantor, selain bekerja menjadi staf, wanita juga suka membawa barang dagangannya untuk ditawarkan pada sesama rekan-rekan kerjanya yang wanita. Bahkan di sebuah kantor, ada seorang wanita yang membawa 15 kotak catering untuk dijual pada rekan sekerjanya ketika jam makan siang.

Yaa, wanita biasanya ulet dan rajin mencari tambahan dan telaten mengerjakan pekerjaan untuk menambah pendapatan. Disamping itu, keluwesannya dalam berkomunikasi sana sini membuat mereka memilki kenalan dimana-mana sehingga memudahkan mereka untuk mencari objek dagangan dan pelanggan untuk menawarkan dagangannya. Selain itu para wanita juga kurang rasa gengsinya, apalagi bila mengingat anak-anak, maka semangat untuk mencari tambahan pendapatan menjadi pendorong kuat sehingga seringkali lupa waktu dan yang bahaya lupa suami, lupa bahwa anak dan suami harus diperhatikan juga.

Namun tidak usah dipersalahkan dan dipermasalahkan, cukup diingatkan saja, karena pada dasarnya wanita yang sukses bahkan yang lebih tinggi pendapatannya dari suaminya, tidak pernah berpikir sedikitpun untuk menyaingi suaminya, sebab sikap rahim dalam diri sang wanita itulah yang membuat mereka bekerja sungguh-sungguh untuk anak-anak dan membantu suaminya serta merupakan kegembiraan tersendiri bila usahanya berhasil. Maka, bagi suami yang pendapatan istrinya lebih dari dirinya, nikmati saja dan bantulah pekerjaan sang istri, juga saling berkomunikasi dan mencoba memahami serta motivasi istri-istri juga untuk lebih tekun beribadah. Hal ini sangat baik agar jangan sampai sang istri menjadi sombong dan lupa bahwa suami walau pendapatannya lebih kecil dari sang istri, tetap adalah pemimpin keluarga dan pemimpin hidupnya.

Konsep dasar rumahtangga;

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri) (QS: An Nisa: 34)

harus tetap berlaku dalam rumahtangga siapapun, hatta rumah tangga seorang pengusaha wanita terkenal atau kepala dinas wanita dimanapun dia berada.

Share