ANALISIS HASIL/ANALISIS BUTIR SOAL

ANALISIS HASIL/ANALISIS BUTIR SOAL

Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308).

Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.

Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.

ย 

1. Teknik Analisis Secara Kualitatif

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan.

Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel.

Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari/ memperbaiki berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Setiap komentar/masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.

Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.

ย 

Prosedur Analisis Secara Kualitatif

Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes.

Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya adalah seperti berikut ini.

  1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!

  2. Berilah tanda cek (V) pada kolom “Ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria!

  3. Berilah tanda cek (V) pada kolom “Tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.

ย 

a. Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian

ย 

FORMAT PENELAAHAN BUTIR SOAL BENTUK URAIAN

ย 

Mata Pelajaran : ……………………………

Kelas/semester : ……………………………

Penelaah : ……………………………

ย 

No.

Aspek yang ditelaah

Nomor Soal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

โ€ฆ

A.

1

ย 

2

ย 

3

ย 

ย 

ย 

4

Materi

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk Uraian)

Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai

Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

B

5

ย 

6

ย 

7

8

Konstruksi

Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

Ada pedoman penskorannya

Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

C.

9

10

ย 

11

ย 

ย 

12

ย 

13

Bahasa/Budaya

Rumusan kalimat coal komunikatif

Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku

Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

Rumusan soal tidak mengandung

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

ย 

b. Format Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda

ย 

FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

ย 

Mata Pelajaran : ……………………………

Kelas/semester : ……………………………

Penelaah : ……………………………

ย 

No.

Aspek yang ditelaah

Nomor Soal

1

2

3

4

5

โ€ฆ

A.

1

Materi

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

2.

Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

3.

Pilihan jawaban homogen dan logis

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

4.

Hanya ada satu kunci jawaban

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

B.

5.

ย 

Konstruksi

Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

6.

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

7.

Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

8

Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

9.

Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

10.

Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

11.

Panjang pilihan jawaban relatif sama

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

12.

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

13.

Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

14.

Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

C.

15.

Bahasa/Budaya

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

16.

Menggunakan bahasa yang komunikatif

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

17.

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

18.

Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

c. Format Penelaahan untuk Instrumen Perbuatan

ย 

FORMAT PENELAAHAN SOAL TES PERBUATAN

ย 

Mata Pelajaran : ……………………………

Kelas/semester : ……………………………

Penelaah : ……………………………

ย 

No.

Aspek yang ditelaah

Nomor Soal

1

2

3

A.

1.

ย 

2.

3.

ย 

4.

ย 

Materi

Soal sudah sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan)

Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai

Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah taua tingkat kelas

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

B.

5.

Konstruksi

Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik

ย 

ย 

ย 

ย 

6.

7.

8.

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengejakan soal

Ada pedoman penskorannya

Tabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajkian dengan jelas dan terbaca

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

C.

9.

10.

11.

ย 

12.

13.

ย 

Bahasa/Budaya

Rumussan soal komunikatif

Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku

Tidak menggunakan kata /ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkatpan yang dapat menyinggung perasaan siswa

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

ย 

ย 

d. Format Penelaahan untuk Instrumen Non-Tes

ย 

FORMAT PENELAAHAN SOAL NON-TES

ย 

Nama Tes : ……………………………

Kelas/semester : ……………………………

Penelaah : ……………………………

ย 

No.

Aspek yang ditelaah

Nomor Soal

1

2

3

A.

1.

ย 

2.

ย 

ย 

ย 

ย 

Materi

Pernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek koginisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

B.

3.

ย 

4.

ย 

ย 

5.

ย 

6.

ย 

7.

ย 

8.

ย 

ย 

ย 

9.

ย 

10.

ย 

ย 

11.

ย 

12.

Konstruksi

Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.

Kalimatnya bebas dari pernyaatn yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.

Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.

Kalimatnya bebas dari pernyataan dapat diinterpretasikan lebih d Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden.

Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.

Kalimatnya bebas dari pernyaan yang tidak pasti pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.

Jangan banyak menggunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.

Gunakan seperlunya.

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

C.

13.

ย 

14.

15.

ย 

ย 

Bahasa/Budaya

Bahsa soa harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa atau responden.

Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

ย 

ย 

2. Teknik analisis secara kuantitatif

Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern.

  1. Klasik

Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.

Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene, 1993: 358).

Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah seperti beberapa contoh di bawah ini.

a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang: (1) menjawab benar pada setiap soal, (2) menjawab salah (option pengecoh), (3) tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.

b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada kelompok bawah. (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6) Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319).

Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.

ย 

  1. Modern

Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu scal dengan kemampuan siswa. Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT), atau characteristics curve theory (ICC).

Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phi-gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait Theory), kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal (Item Response Theory) (McDonald, 1999: 8).

Dalam subbab ini akan disajikan kelebihan analisis secara IRT

Untuk mengetahui kelebihan analisis IRT, maka para guru perlu mengetahui keterbatasan analisis secara klasik. Keterbatasan model pengukuran secara klasik bila dibandingkan dengan teori jawaban butir soal adalah seperti berikut (Hambleton, Swaminathan, dan Rogers, 1991: 2-5). (1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi. (2) Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan. (3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup peserta didik. Adapun kelebihan IRT adalah bahwa: (1) IRT tidak berdasarkan grup dependent, (2) skor siswa dideskripsikan bukan test dependent, (3) model ini menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) IRT tidak memerlukan paralel tes untuk menentukan relilabilitas tes, (5) IRT suatu model yang memerlukan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat kemampuan.

Kelemahan teori tes klasik di atas diperkuat Hambleton dan Swaminathan (1985: 1-3) yaitu: (1) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung pada sampel; (2) penggunaan metode dan teknik untuk desain dan analisis tes dengan memperbandingkan kemampuan siswa pada pernbagian kelompok atas, tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari tingkat kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap siswa; (3) konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes paralel; (4) tidak ada dasar teori untuk menentukan bagaimana siswa memperoleh tes yang sesuai dengan kemampuan siswa; (5) Standar error of measurement (SEM) hanya berlaku untuk seluruh peserta didik.

Selanjutnya Hambleton dan Swaminathan (1985: 13) menyatakan bahwa tujuan utama IRT adalah memberikan kesamaan antara statistik soal dan estimasi kemampuan. Ada tiga keuntungan IRT adalah: (1) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen; (2) asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal; (3) statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana, (Hableton dan Swaminathan, 1985: 11). Jadi IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa. Namun kelemahan bekerja dengan model IRT adalah bekerja melalui suatu proses yang sulit karena kelebihan IRT adalah: (1) tanpa varian pada parameter butir soal, (2) tanpa varian pada parameter abilitas, (3) adanya ketepatan pada pengukuran lokal, (Bejar, 1983: 3-4).

Ada empat macam model 1RT (Hambleton, 1993: 154-157; Hambleton dan Swaminathan, 1985: 34-50). (1) Model satu parameter (Model Rasch), yaitu untuk menganalisis data yang hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran coal. (2) Model dua paremeter, yaitu untuk menganalisis data yang hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. (3) Model tiga parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan menebak (guessing). (4) Model empat parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran soal, daya beda soal, menebak, dan penyebab lain.

Hambleton dan Swaminathan (1985: 48) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak selalu menjawab soal dengan betel. Kadang-kadang mereka sembrono (mengerjakan dengan serampangan), memiliki informasi yang berlebihan, sehingga mereka menjawab salah pada suatu soal. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan model 4 parameter.

Dari keempat model itu tidak sama penekanannya dan sudah barang tentu tiap-tiap model itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu dapat diklasifkasikan sesuai dengan jumlah parameter yang ditentukan pada masing-masing model dan tujuan menggunakan model yang bersangkutan.

Adapun contoh kurva ciri soal model satu parameter atau Rasch terlihat seperti pada grafik di bawah ini.

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

B. REMEDIAL

1. Hakikat Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

ย 

2. Prinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

  1. Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

  1. Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

  1. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

  1. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

  1. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

ย 

3. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:

1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.

2. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.

ย 

ย 

ย 

3. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.

Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

4. Pemanfaatan tutor sebaya.

Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.

Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti.

ย 

4. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial.

ย 

5. Tes Ulang

Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.

ย 

6. Nilai Hasil Remedial

Nilai hasil remedial tidak melebihi nilai KKM.

C. KRITERIA PENYUSUNAN TUGAS

Kriteria Tugas Kinerja yang Valid

Komponen pertama asesmen kinerja adalah tersedianya tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa. Tugas ini menuntut siswa untuk menerapkan pengetahuan dan proses yang telah mereka pelajari.

Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki kriteria berikut (Hibbard, 1995:5)

  • Memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting.

  • Sesuai dengan isi kurikulum yang diacu.

  • Mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan siswa.

  • Melibatkan siswa.

  • Mengaktifkan kemampuan siswa untuk bekerja.

  • Layak dan pantas untuk seluruh siswa.

  • Ada keseimbangan antara kerja kelompok dan kerja individu.

  • Terstruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman.

  • Memiliki produk yang autentik (dunia nyata).

  • Memiliki proses yang autentik.

  • Memasukkan penilaian diri.

  • Memungkinkan umpan balik dari orang lain.

ย 

D. DAFTAR ASESMEN TUGAS KINERJA (PERFORMANCE TASK ASSESSMENT LIST)

Daftar asesmen tugas kinerja pada dasarnya merupakan definisi operasional suatu variabel hasil belajar yang dinilai, merupakan daftar fakta atau bukti bahwa variabel itu ada atau terjadi. Berikut ini diberikan contoh daftar asesmen tugas kinerja dari beberapa variabel antara lain: Melakukan Pengamatan dan Inferensi, Merumuskan Hipotesis, Strategi Pelaksanaan dan Pengumpulan Data, Analisis Data, Merancang Eksperimen, Tabel Data.

Melakukan Pengamatan dan Inferensi
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

Pengamatan dilakukan dengan aman menggunakan seluruh indera yang sesuai

ย 

ย 

ย 

Pengamatan akurat secara kuantitatif dan menggunakan satuan yang sesuai

ย 

ย 

ย 

Pengamatan akurat secara kualitatif

ย 

ย 

ย 

Apabila perlu dibuat gambar ilmiah

ย 

ย 

ย 

Alat dan bahan yang sesuai digunakan untuk melakukan pengamatan

ย 

ย 

ย 

Pendapat pribadi, kesimpulan atau inferensi dihindari pada saat melakukan pengamatan

ย 

ย 

ย 

Data direkam dan diorganisasikan dengan tepat dan rapi

ย 

ย 

ย 

Melakukan inferensi

ย 

ย 

ย 

Inferensi yang masuk akal dirumuskan berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan latar belakang pengetahuan pengamat

ย 

ย 

ย 

Inferensi dijelaskan dan diberikan alasan sesuai latar belakang peng-amat

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

Membuat Pertanyaan
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Pertanyaan yang dirumuskan telah dipikirkan secara seksama dan ada relevensinya

  2. Pertanyaan dibuat dengan baik

  3. Pertanyaan muncul secara logis dari hasil pengamatan

  4. Pertanyaan merupakan paparan pengamatan

  5. Pertanyaan merupakan tafsiran hasil pengamatan

  6. Pertanyaan merupakan analisis dari hasil pengamatan

  7. Pertanyaan menuntun ke arah pengamatan selanjutnya

  8. Pertanyaan menuntun ke prediksi yang masuk akal

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

Merumuskan Hipotesis
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Hipotesis dirumuskan dalam kalimat sederhana yang mencerminkan pengamatan

  2. Prediksi dapat dihasilkan dari hipotesis

  3. Hipotesis tersebut dapat digunakan untuk merancang eksperimen

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

Strategi Pelaksanaan dan Pengumpulan Data
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Alat dan bahan yang cocok telah dipilih untuk mengumpulkan data

  2. Keterampilan menggunakan peralatan dan bahan dalam men-gumpulkan data yang didemons-trasikan

  3. Ulangan pengukuran dilakukan dan direkam

  4. Peralatan digunakan secara benar dan aman

  5. Peralatan dan bahan dikembalikan dengan baik dan tempat kerja bersih

  6. Strategi untuk meminimalkan kesalahan telah dilakukan

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

ย 

Analisis Data
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Analisis dilakukan untuk seluruh data

  2. Analisis menggunakan prosedur statistik yang cocok

  3. Analisis yang dilakukan akurat dan seksama

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

ย 

Tabel Data

Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Tabel data mengandung data yang cocok

  2. Tabel data dilengkapi dengan judul yang cocok

  3. Informasi yang terdapat di dalam kolom tabel telah diorganisasi dan diberi judul yang sesuai

  4. Unit pengukuran untuk semua variabel ditunjukkan dengan jelas

  5. Data untuk variabel terikat dan variabel bebas ditunjukkan dengan jelas

  6. Data telah memiliki sejumlah fitur yang berarti

  7. Keakuratan data sesuai dengan alat ukur dan instrumen yang digunakan

  8. Data dari pengulangan pada setiap tingkat variabel bebas ditunjukkan dengan jelas

  9. Tabel data teratur dan dapat disajikan

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

ย 

Merancang Eksperimen
Elemen yang dinilai
Skor Penilaian
Skor Maksimum
Skor yang diberikan

Sendiri

Guru

  1. Rancangan percobaan yang dibuat dapat menguji prediksi

  2. Rumusan masalah menjelaskan kebutuhan untuk eksperimen

  3. Metode dan prosedur yang digunakan di dalam eksperimen mengikuti urutan tertentu

  4. Prosedur eksperimen jelas dan cukup jelas sehingga orang lain dapat melaksanakannya

  5. Variabel manipulasi telah diidentifikasikan secara jelas

  6. Rancangan tersebut memungkinkan variabel manipulasi dapat dikontrol dan diukur secara tepat

  7. Variabel respons yang benar teridentifikasi secara tepat

  8. Rancangan eksperimen menggunakan sistem metrik jika mungkin

  9. Rancangan tersebut memungkinkan variabel respons dapat diukur secara tepat

  10. Rancangan tersebut memasukkan pengontrolan variabel

  11. Dijelaskan strategi yang digunakan untuk pengulangan dan pengukuran

  12. Sebuah daftar lengkap tentang bahan-bahan yang diperlukan

  13. Batas toleransi kesalahan diberikan, dan diskusi yang seksama diberikan untuk mengurangi kesalahan

  14. Kosa kata, bahasa, dan kalimat lengkap digunakan

  15. Disertai dengan aturan kebersihan dan menangani sampah-sampah siswa

ย 

ย 

ย 

Total

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

ย 

DAFTAR PUSTAKA

ย 

ย 

Anonimous. 2008. Panduan Analisis butir soal. Depertemin pendididkan Nasional. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas. Jakarta

ย 

Anonimous. 2009. Sistem Penilaian KTSP Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Remedial. Depertemin pendididkan Nasional. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas. Jakarta

ย 

Koswara. D. 2009. Identifikasi Dan Asesmen Anak Autis. Di akses tgl 07 oktober 2009.

ย 

Susilo. H. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTS. Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan nasional. Jakarta.

ย 

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *