Sebagai sebuah upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen masyarakat agar memiliki kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya kelestarian lingkungan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup memerlukan metode atau pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok sasaran yang dihadapi. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan atau metode yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar :
1. Pendekatan Tatap Muka
Instruktur/pengajar/nara sumber bertemu secara langsung dengan para peserta (kelompok sasaran) pada waktu dan tempat tertentu. Pendekatan ini umumnya diselenggarakan dalam bentuk penyuluhan, kelas, kursus/pelatihan, seminar, dan lokakarya. Penerapan pendekatan tatap muka ini seringkali dilakukan dengan cara mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran. Adapun metode yang umum digunakan adalah:
a. Metode Ceramah, umumnya dicirikan oleh situasi pembelajaran di mana instruktur/pengajar/nara sumber aktif menyampaikan materi sedangkan peserta hanya mendengarkan (pasif)
b. Metode Diskusi, yaitu suatu metode pembelajaran yang dicirikan oleh adanya interaksi yang intensif antara instruktur/pengajar/nara sumber dan peserta yang mana antara keduanya saling memberikan pertanyaan dan tanggapan.
c. Metode studi kasus, yaitu suatu metode pembelajaran yang mana para peserta diarahkan untuk mendalami suatu kasus yang spesifik agar dapat melakukan diagnosa guna menemukan cara penyelesaiannya. Metode ini seringkali didukung dengan kunjungan/observasi lapang
d. Metode eksursi, yaitu metode pembelajaran yang menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap kondisi real di lapangan baik untuk keperluan orientasi, pengambilan data, maupun eksplorasi.
2. Pendekatan Non Tatap Muka
Instruktur/pengajar/nara sumber tidak bertemu dengan para peserta (kelompok sasaran). Materi pendidikan atau isu lingkungan yang diangkat umumnya disampaikan secara tertulis atau visual melalui tulisan populer, artikel, majalah, buku, iklan layanan masyarakat, lagu, film, dan sejenisnya yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat umum.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada perkembangan belajar berdasarkan Kelompok Umur.
a. Umur 7/8 โ 11/12 tahun (sekolah dasar)
- ยท Baru memulai menggunakan logika dalam memecahkan masalah sederhana, mengelompokkan dan mengklarifikasikan sesuatu.
- ยท Mengerti bagaimana panjang, lebar, dan perbandingan ukuran lainnya, dan kemampuan untuk saling menghubungkan hal tersebut satu sama lain.
- ยท Pada tahap ini anak-anak mulai untuk berpendapat dengan berdasarkan alasan, dapat mengerti sebuah perbuatan yang berlawanan atau sebuah prosedur (jika 2 + 3 = 5, maka 5 โ 3 = 2) dan dapat mulai mengklarifikasikan obyek dan mengerti bahwa kelompok-kelompok obyek memiliki lebih dari satu sifat (seperti warna, berat dan ukuran).
- ยท Berpikiran secara hitam dan putih dan percaya pada kenyataan untuk memecahkan masalah.
Metode yang disarankan:
Aktivitas dan permainan untuk mengajarkan konsep, eksplorasi dan penemuan, berbagi dan berempati, cerita, boneka, drama pendek dan lucu, dan bermain peran, strategi tanya-jawab, peralatan yang dapat dimanipulasi, pelibatan fisik dan alat indera, metafora.
b. Usia 11/12 โ 14/15 tahun (sekolah menengah pertama)
- Mulai berpikir secara abstrak dan mulai untuk membuat hipotesis serta menggunakan alasan deduktif.
- Cara berpikir orang dewasa sudah mulai terlihat, peserta dapat menganalisis peristiwa dan mengerti kemungkinan, hubungan, kombinasi, alasan yang proporsional, dan ketrampilan berpikir yang lebih tinggi lagi.
- Mulai dapat berspekulasi pada alternatif yang sudah diketahui, yang memungkinkan sebagian besar anak-anak melewati tahap analisis hitam dan putih dan berpikir tentang perilaku kompleks.
- Banyak anak menjadi idealis dan membayangkan apa yang bisa terjadi dengan bergantung pada kenyataan dan keadaan yang tetap.
- Pada tahap ini anak-anak juga dapat memutuskan secara aktif untuk diri mereka sendiri apa yang benar dan apa yang salah.
Metode yang disarankan:
Bermain peran, simulasi, studi kasus, kuisioner, menulis kreatif, debat, dll.
c. 14/15 tahun โ ke atas (sekolah menengah atas sampai dewasa)
Dapat mendesain eksperimen, membuat hipotesis dengan melibatkan variabel yang berbeda dan kegiatan lain yang menunjukkan tingkat berpikir tinggi, seperti berpikir kreatif dan kritis, termasuk pemecahan masalah, analisis, dan menulis persuasif.
Leave a Reply