Selama sepuluh tahun terakhir saya pun beruntung karena dapat bertemu dan berteman baik dengan orang-orang, yang menurut ukuran saya, mereka terhitung sebagai orang-orang sukses. Memang betul, bahwa tidak ada definisi universal tentang “sukses.” Sukses adalah tentang banyak hal. Setiap orang memiliki definisi dan ukuran suksesnya masing-masing. Definisi saya mungkin tidak sama dengan definisi Anda, begitu juga definisi Anda tidak sepenuhnya sama dengan definisi orang lain yang Anda kenal. Tetapi saya perhatikan satu hal, semakin hari semakin banyak orang yang mendefenisikan kesuksesan berdasarkan tiga hal saja, yakni: Kekuasaan, Uang dan Kemasyuran. Salah satu saja dari unsur ini Anda miliki, Anda sudah masuk kualifikasi. Tentu saja ketiga unsur itu pada dasarnya baik, dan tidak salah bila kita semua berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Bahkan ketika saya diundang oleh suatu perusahaan untuk memotivasi karyawannya, tugas saya adalah memacu para peserta untuk lebih berhasil, termasuk dalam ketiga unsur tersebut.
Tetapi sekali-kali kita semua perlu diingatkan, khususnya pada waktu ketiga unsur tersebut membutakan mata hati kita sehingga unsur penting lainnya menjadi terlupakan. Banyak orang berjuang sekuat tenaga untuk meraih kekuasaan, uang dan kemasyuran. Tidak sedikit dari mereka yang berhasil mendapatkannya. Kita harus akui, mereka adalah orang-orang yang sangat pandai, rajin dan ulet. Tetapi sayang, ketika mereka baru saja menggengam sebuah “kesuksesan” baru, di saat yang sama mereka kehilangan “Kesuksesan” lainnya, yang mungkin saja jauh lebih berharga. Tidak jarang kita menyaksikan orang-orang yang sukses dalam karir dan bisnis tetapi keluarganya hancur berantakan. Dua orang yang dulu pernah saling berbagi dan mencintai, sekarang saling benci dan kemudian memutuskan untuk bercerai. Setelah berdoa dan menunggu selama delapan tahun, akhirnya sepasang suami istri dianugerahi seorang anak oleh Sang Pencipta. Oh, betapa bahagianya mereka saat itu. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, kedua orang tua bekerja keras untuk mendapatkan lebih banyak uang. Karena pekerjaan yang menumpuk, mereka sering pulang malam. Sang anak kehilangan figur dan kekurangan perhatian orang tua. Ia pun salah bergaul dan kemudian berakhir sebagai pecundang. Tidak sedikit orang-orang yang meraih kekuasaan, uang dan kemasyuran tetapi kemudian berakhir di dalam penjara. Bahkan, tidak sedikit orang yang kesuksesannya diliput oleh banyak media tetapi akhirnya mereka putus asa dan mengakhiri hidupnya sendiri. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah kisah nyata. Kisah ini telah membuat saya lebih banyak merenung. Saya juga berharap, setelah membacanya Anda akan lebih banyak merenung. Dengan demikian, mudah- mudahan perjalanan kita di tengah dunia yang sementara ini tidak sia- sia. Benar kata seorang bijak, “Musuh dari yang terbaik bukan hal- hal buruk, melainkan hal-hal yang baik. Musuh dari yang terpenting bukan hal-hal sepele, melainkan hal-hal yang penting.” Tinggal sekarang, bagaimana kita memilih yang terbaik dan yang terpenting itu, diantara puluhan atau ratusan hal-hal baik dan penting, yang kita hadapi setiap hari? Jelas, ini bukan perkara mudah. Hal ini menuntut awareness (kesadaran) dan wisdom (kebijaksanaan) tingkat tinggi. Kita dituntut untuk sekali lagi menentukan prioritas hidup kita. Sebagai tip sederhana, pada saat bangun di pagi hari, mari kita berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan keluar dari kamar sebelum kita bertanya pada diri sendiri pertanyaan ajaib ini: “Hari ini, apa yang paling bernilai/berharga dalam hidupku?” Pastikan jawaban Anda benar dan jujur.
Bacalah kisah berikut ini…
Pada tahun 1923, sekelompok orang paling sukses bertemu di Hotel Edgewater Beach di Chicago, Amerika Serikat. Secara keseluruhan, kelompok ini menguasai kekayaan lebih banyak dari total perbendaharaan Amerika saat itu. Tahun demi tahun mereka mengukir sukses. Surat kabar dan majalah meliput kisah-kisah keberhasilan mereka. Orang tua dan para guru mendorong kaum muda untuk meniru teladan mereka.
Delapan orang dari mereka adalah: 1. “Beruang” terbesar di Wall Street 2. Presiden dari Bank of International Settlements 3. Kepala dari monopoli terbesar dunia 4. Presiden dari perusahaan baja terbesar dunia 5. Spekulan gandum terbesar dunia 6. Presiden dari Bursa Saham New York 7. Anggota kabinet presiden Amerika 8. Presiden dari perusahaan gas terbesar dunia
Dari sudut pandang apapun, pria-pria ini telah menanjak ke puncak sukses. Mereka telah menemukan rahasia untuk mendapatkan uang. Bila saat ini mereka menulis buku tentang Rahasia Kesuksesan, pastilah buku itu menjadi International Best Seller. Bila mereka mengadakan seminar Motivasi, ribuan orang pasti bersedia membayar mahal asalkan dapat mendengarkan mereka. Tetapi, dua puluh tujuh tahun setelah pertemuan di Edgewater Beach itu…
1. Jesse Livermore, investor terbesar di Wall Street mati bunuh diri 2. Leon Fraser, presiden the Bank of International Settlements, juga mati bunuh diri 3. Ivan Kruegar, kepala dari monopoli dunia terbesar, mati bunuh diri 4. Charles Schwab, presiden dari perusahaan baja terbesar mati dalam keadaan bangkrut, setelah hidup dengan hutang selama lima tahun terakhir sebelum kematiannya 5. Arthur Cutten, spekulator gandum terbesar, mati di luar negeri dalam keadaan bangkrut 6. Richard Whitney, presiden The New York Stock Exhange, masuk penjara Sing-Sing 7. Alber Fall, seorang anggota kabinet presiden, dibebaskan dari penjara agar ia bisa mati di rumah 8. Presiden dari perusahaan gas terbesar, Howard Hopson menjadi gila
Seorang bijak pernah menulis:
“Uang dapat memberi Anda sebuah istana yang sangat megah, penuh dengan karya-karya seni bernilai tinggi. Uang juga dapat memenuhi rumah Anda dengan perabot terbaik dan garasi Anda dipenuhi dengan mobil-mobil mewah…namun uang tidak dapat memberi Anda rumah yang penuh dengan kasih dan penghargaan tulus dari orang-orang yang tinggal di dalamnya…. Uang dapat dipakai untuk membeli ranjang emas murni, namun uang tidak dapat membeli istirahat satu menit yang disertai dengan damai di hati.”
Apa definisi “Sukses” bagi Anda? Selamat merenung!
|