Bekerjasama Dalam Kebaikan

Hari Rabu, tanggal 9 September kemarin Prof.Dr.IB Yudha Triguna, Dirjen Pembinaan Masyarakat Hindu Departemen Agama datang ke UIN Maulana Malik Ibrahim Malang didamping Rektor Institut Agama Hindu Negeri Bali, untuk menjalin kerjasama. Sebelumnya, telah beberapa kali Pimpinan Institut Agama Hindu Negeri Bali dan para dosen datang ke UIN Maliki Malang untuk melakukan studi banding, tidak terkecuali para mahasiswanya. Atas dasar itulah maka, Dirjen Bimas Hindu sendiri kemudian datang untuk memperkukuh kerjasama itu. Perbedaan agama di negeri ini semakin jelas tidak menjadi halangan orang saling mengenal, memahami, menghargai, dan selanjutnya saling bekerjasama. Perbedaan, tidak terkecuali perbedaan keyakinan agama semakin dipahami bukan sebagai competitor, bahkan juga bukan sebagai musuh, melainkan justru saling bekerjasama dalam kebaikan. Dirjen Bimas Hindu mengakui adanya perkembangan yang pesat yang dialami oleh UIN Maliki Malang. Lebih dari itu, Dirjen Bimas Hindu juga mendapatkan kesan yang mendalam bahwa UIN Maliki Malang berhasil membangun komunitas yang mengedepankan karakter atau perilaku yang sangat indah. Berkali-kali ia menyebutkan bahwa keindahan bangunan gedung bisa ditiru dengan mudah. Asalkan memiliki kemauan dan dana yang cukup, maka tidak akan lama meniru berbagai bangunan yang berhasil dimiliki oleh UIN Maliki Malang. Akan tetapi membangun semangat, karakter dan perilaku memerlukan waktu yang lama. Dirjen Bimas Hindu juga mengatakan bahwa karakter atau perilaku yang baik itu selalu lahir dari dzikir dan doa yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Dia mengatakan bahwa seseorang yang dipagi hari sembahyang kemudian diikuti oleh dzikir, maka sepanjang hari itu ia tidak akan melakukan sesuatu yang dipandang dan dirasakan menyusahkan orang. Inilah yang dipandang sebagai salah satu pentingnya kehidupan agama. Kehadiran Dirjen Hindu ke UIN Maliki Malang semakin memperkukuh keyakinannya bahwa kampus ini memiliki kekuatan untuk berkembang dan maju. Kekuatan itu bukan terletak pada hal yang bersifat fisik dan juga financial, melainkan dari etos atau semangat untuk maju. Dia mencontohkan, sekalipun seseorang berada di gubug yang reot, tetapi jika ia memiliki keyakinan dan semangat maju maka akan berkembang dan kokoh, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dia akan menugaskan seluruh pimpinan perguruan tinggi yang berada di bawah pembinaannya belajar ke UIN Maliki Malang. Kerjasama dalam kebaikan memang selalu menguntungkan. Hanya tidak semua bisa melakukan. Dalam sejarah umat manusia, kemajuan selalu diraih melalui kerjasama. Berbagai prestasi dunia, seperti pembangunan berbagai keajaiban dunia, seperti Borobudur, patung Liberty, beberapa piramide di Mesir yang dibanggakan, tower di Perancis dan lain-lain adalah merupakan buah kerjasama banyak orang. Dalam skala kecil, dulu sebelum ditemukan mesin, orang bekerjasama dengan gajah, unta, atau kuda untuk melakukan perjalanan jauh. Beberapa jenis hewan tersebut dijadikan tunggangan. Para petani di sawah atau kebunnya juga bekerjasama dengan ternaknya tatkala membajak, mengangkut barang, dan lain-lain. Selanjutnya agar kerjasama berjalan secara berkelanjutan, maka kedua belah pihak harus terjadi saling teruntungkan. Kerjasama yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu akan segera berhenti dengan sendirinya. Selain itu, kerjasama biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang justru berbeda. Banyak institusi, tidak terkecuali institusi perguruan tinggi menjalin kerjasama, tetapi tidak lama naskah kerjasama ditanda-tangani oleh kedua belah pihak ternyata tidak berlanjut. Saya menyaksikan fenomena kerjasama yang sedemikian indah, yaitu antara orang buta dan orang lumpuh. Orang lumpuh tetapi tidak buta, digendong oleh orang buta tetapi tidak lumpuh. Keduanya saling memiliki kekurangan dan menginginkan memenuhinya melalui kerjasama itu. Islam menganjurkan umatnya agar saling bekerjasama dalam kebaikan, dan sebaliknya melarang bekerjasama dalam keburukan dan apa saja yang merugikan. Bekerjasama dalam pengembangan perguruan tinggi kiranya niscaya dilakukan untuk mendapatkan kemajuan bersama. Apalagi bangsa yang majemuk seperti Indonesia ini, maka lembaga pendidikan tinggi yang berlabel agama yang berbeda seharusnya mempelopori kegiatan itu, agar umat yang berbeda keyakinannya bisa bersatu, sebagaimana yang dikehendaki oleh semangat Bhineka Tunggal Ika. Wallahu aโ€™lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektorย  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *