Pada hari Kamis, tanggal 26 Nopember 2010, bersama Prof. Mudji Rahardja dan Prof. Djunaidi Ghony dan staf,  diundang oleh Direktorat Jendral Pendidikan Hindu, Kementerian Agama dalam rangka melakukan evaluasi sertifikasi dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Hindu di Bali. UIN Maliki Malang diundang dalam pertemuan itu, karena selama ini,  diminta untuk bertindak sebagai lembaga penilai portofolio para dosen perguruan tinggi agama hindu.  Direktorat Agama Hindu Kementerian Agama mempercayakan pada UIN Malang untuk bertindak sebagai perguruan tinggi pembina dalam sertifikasi dosennya. Direktorat Pendidikan Agama hindu membina tiga pergururuan tinggi negeri, yaitu IHDN Bali, STAHN Palangkaraya dan STAHN Mataram, dan beberapa lainnya  yang berstatus swasta.Â
 Pada kesempatan itu hadir Direktur Pendidikan Agama Hindu Kementerian Agama, Rektor IHDN Bali, Ketua STAHN Palangkaraya, Ketua STAHN Mataram dan para pejabat lainnya. Melalui forum itu diharapkan berhasil dirumuskan langkah-langkah strategis dalam pengembangan akademik di kampus hindu tersebut. Mereka mempercayai UIN Maliki Malang bertindak sebagai perguruan tinggi pembina, setelah sekian lama menjalin komunikasi dan beberapa kali melakukan studi banding ke kampus yang sebelumnya hanya berstatus sebagai sekolah tinggi —–STAIN Malang, namun selama ini dipandang  oleh mereka mengalami pertumbuhan yang cepat.     Ada beberapa hal yang saya sampaikan pada forum itu,  bahwa dalam mengembangkan perguruan tinggi, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan , di antaranya,  adalah sebagai berikut : Pertama, perguruan tinggi agama mengemban misi dan nama besar, yaitu  mengembangkan nilai dan pesan-pesan keagamaan yang dipandang mulia dan tinggi. Saya ingatkan bahwa masyarakat luas selalu melihat agama, bukan saja dari ajaran yang tertuang dalam kitab suci, melainkan yang lebih penting dari itu adalah dari porfermance ummatnya, termasuk institusi yang diberi label agama yang bersangkutan. Sekalipun diyakini bahwa agama yang dianutnya adalah indah,suci dan mulia, maka orang akan melihat keadaan ummat dan institusinya itu.  Kedua, bahwa untuk memahami  tentang tenaga pengajar perguruan tinggi yang sebenarnya, tidak cukup melihat dokumen-dokumen yang tersedia. Lebih  dari itu juga harus dilihat secara keseluruhan berbagai aspek yang terkait dengan kehidupan  dosen itu secara mendalam . Bahkan catatan-catatan dalam hati para pimpinan yang tidak bisa diungkapkan jauh lebih sempurna dari sebatas dokumen. Sebab tidak jarang terjadi, dokumen tidak selalu menggambarkan keadaan riil dari apa yang terjadi sebenarnya.  Ketiga, untuk  mengembangkan para dosen, tidak cukup  ditempuh melalui pendekatan formal, peraturan, tata tertib,  dan atau ketentuan lainnya. Akan tetapi, yang  lebih penting dari itu semua adalah pendekatan kemanusiaan yang lebih mendalam dan menyeluruh. Manusia tidak cukup bisa dipahami dari sesuatu yang didiskripsikan melalui tulisan, catatan, atau sejenisnya. Manusia selalu memiliki dimensi yang banyak dan luas. Oleh karena itu, penilaian portofolio tidak bisa dijadikan satu-satunya ukuran untuk melihat kekuatan dan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan dosen yang sebenarnya.  Keempat, bahwa terkait dengan pengembangan dosen, tidak cukup dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik atau material. Pengembangan yang bersifat lebih manusiawi, seperti misalnya menumbuhkan rasa bangga terhadap kampusnya, suasana aman, gambaran masa depan bagi dirinya yang lebih cerah dan prospektif, pemberian peluang-peluang untuk maju, rasa diorangkan dan diperhatikan adalah merupakan kebutuhan manusiawi yang selalu ingin dicapai oleh siapapun, termasuk para dosen perguruan tinggi.  Kelima, bahwa tugas penting dari pimpinan perguruan tinggi, agar kampusnya menjadi maju, adalah menggembirakan, menyenangkan, melapangkan hati pada dosen dosennya. Suasana batin yang tidak sehat, selalu gelisah, merasa tidak mendapatkan perhatian dalam banyak hal dan lain-lain, akan berpengaruh terhadap kinerja para dosen. Bahwa tugas para dosen agama adalah menyampaikan sesuatu yang memiliki kadar atau bobot nilai yang mulia dan tinggi. Tugas itu hanya akan berhasil ditunaikan, manakala suasana batin dan pikiran mereka juga sehat dan selalu gembira dan bangga akan tugas-tugasnya itu.  Semua hal itu saya sampaikan kepada para Direktur Perguruan Tinggi Agama Hindu, para Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Hindu, —-IHDN, STAHN, dan Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta Agama Hindu dan para pejabat yang hadir lainnya, agar mereka memahami tentang konsep Islam terkait dengan kepemimpinan, manajemen, pendidikan dan sikap-sikap yang harus dibangun dalam meningkatkan kehidupan ini secara keseluruhan. Melalui forum ini, saya berharap agar Islam menjadi dikenal sebagai ajaran yang benar dan indah di mana dan kapan saja, tidak terkecuali,  di kalangan para pejabat dan pimpinan Agama Hindu sekalipun. Wallahu a’lam.Â
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang