Sementara orang menganggap bahwa pendidikan Islam adalah sebatas proses belajar mengajar terkait dengan ilmu tertentu. Seringkali pendidikan Islam dirumuskan dalam pengertian yang sangat sempit. Pendidikan hanya dimaknai sebatas kegiatan mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara ibadah dalam pengertian sederhana. Oleh karena itu, ayat-ayat al Qur’an maupun hadits nabi yang terkait dengan pendidikan dianggap berjumlah sedikit saja. Seolah-olah al Qur’an tidak banyak memperhatikan pendidikan. Saya sangat berbeda dengan pemikiran itu. Saya berpandangan bahwa sesungguhnya al Qur’an dan hadits nabi secara keseluruhan adalah pendidikan. Tidak ada sepotong ayat al Qur’an pun yang tidak memiliki kaitan atau nuansa pendidikan. Oleh karena itu memilah-milah adanya ayat pendidikan dan ayat-ayat al Qur’an yang bukan pendidikan adalah kurang tepat. Dan sungguh, adalah keliru yang mendasar. Al Qur’an diturunkan ke muka bumi agar dibaca dan dipahami oleh manusia, agar manusia menempuh jalan yang benar, tidak sesat dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat. Al Qur’an ditegaskan sebagai al-huda, at-tibyan, al-furqon, al-rakhmah, al-syifa’, dan lain-lain, yang semua itu arahnya adalah untuk menjadikan manusia berkualitas, ialah memiliki akal yang cerdas, hati yang lembut, akhlak mulia, dan memiliki ketrampilan sebagai bekal hidupnya. Sehingga al Qur’an itu sendiri secara keseluruhan adalah berisi tentang pendidikan. Kitab suci yang diturunkan oleh Allah berupa al Qur’an agar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Al Qur’an menjadi sebuah jalan hidup yang benar dan lurus, dan menyelamatkan. Jika al Qur’an dijadikan pegangan maka kebahagiaan itu akan diraih, mulai hari ini di dunia hingga nanti di akherat. Sebagai contoh implementasi al Qur’an adalah kehidupan Rusulullah, yang disebut sebagai hadits Nabi. Oleh karena itu, ditegaskan bahwa sepanjang manusia berpegang pada al Qur’an dan hadits Nabi maka akan selamat hidupnya, dan sebaliknya tidak tersesat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam dipahami sebagai upaya membentuk manusia unggul melalui al Qur’an dan hadits Nabi. Pemahaman seperti ini, membawa kita pada pengertian yang luas. Pendidikan Islam tidak sebatas berupa kegiatan belajar mengajar di kelas, atau kuliah di kampus. Kalau pun tokh itu semua disebut pendidikan, sesungguhnya adalah bagian kecil dari lingkup pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan Islam, guru seharusnya benar-benar menjadi uswah, bukan hanya sebatas sebagai penyampai informasi atau pengetahuan. Pendidikan menurut Islam bukan hanya sebatas kegiatan menstransfer informasi atau ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu ialah meliputi kegiatan menstransfer kepribadian. Terkait dengan ini, guru sesungguhnya bukan sembarang pekerjaan. Melainkan, adalah pekerjaan yang palakunya memerlukan persyaratan, baik terkait dengan akhlak, pengetahuan dan ketrampilan. Guru yang tugasnya menstrasfer kepribadian akhlak, spiritual, ilmu dan ketrampilan, tidak akan bisa dibentuk secara mendadak, dengan bekal seadanya. Guru atau ulama’ adalah pewaris Nabi. Maka guru adalah manusia yang terpilih, yang memiliki kelebihan dari yang lain. Tugas sebagai guru tidak sederhana. Posisi mulia ini semestinya memang dipersiapkan secara matang. Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan diambil yang memenuhi syarat. Inilah guru yang mulia, sebagai pewartis Nabi itu. Tugas guru bukan sebatas penyampai mata pelajaran ke sana kemari, dari satu kampus ke kampus berikutnya. Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang saat ini belum bangkit, dan bahkan justru bebannya bertambah adalah sebagai akibat dari mempercayakan guru kepada orang-orang yang bukan semstinya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru. Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami bahwa jika kita tidak pintar silat, bukan kemudian hanya menyalahkan para muridnya sulit diajari silat, lapangan latihan yang kurang lengkap, tetapi hal itu disebabkan, selama itu ia salah tatkala memilih guru silat. Guru yang lembek akan menghasilkan lulusan yang lembek pula. Oleh karena itu memperbaiki bangsa ini tidak akan mungkin bisa ditempuh hanya dengan waktu lima tahunan sebagaimana yang dituntut banyak orang. Memperbaiki bangsa harus ditempuh melalui pendidikan. Sedangkan meningkatkan pendidikan harus dimulai dari upaya-upaya meningkatkan kualitas guru. Para guru atau pendidik bukan sebatas sebagai pekerja, melainkan sebagaimana seorang Nabi adalah sebagai penyampai wahyu dan sekaligus tauladan kehidupan dalam lingkup yang luas dan menyeluruh. Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang