Seringkali saya mendapatkan pertanyaan dari banyak kalangan, dan tentu terutama dari mahasiswa, tentang bagaimana sesungguhnya melakukan kepemimpinan agar berhasil. Saya tidak begitu mengerti, mengapa pertanyaan seperti itu ditanyakan kepada saya. Mungkin mereka selama ini menilai bahwa saya memiliki pengalaman tentang itu, khususnya dalam kepemimpinan pendidikan. Saya menangkap bahwa jawaban yang diharapkan dari pertanyaan itu, bukan yang bersifat teoritik, yakni dari hasil penelitian atau bersumber dari buku-buku teks tentang kepemimpinan, melainkan dari pengalaman yang saya dapatkan selama ini. Karena itu jawaban yang saya berikan adalah apa yang saya alami selama saya menjalankan kepemimpinan itu. Untuk memimpin sekelompok orang, pada ukura n apapun kelopok itu, dari pengalaman saya selama ini, setidak-tidaknya harus mendasarkan pada lima hal, yaitu : (1) pemimpi itu harus mengetahui apa yang dimaui, (2) harus tahu siapa yang seharusnya mengerjakan apa, (3) harus tahu di mana, dan kapan pekerjaan itu dilaksanakan, (4) pemimpin juga harus mengetahui bagaimana agar tugas-tugas bisa dikerjakan secara cepat, murah dan berkualitas, dan yang (5) seorang pemimpin harus pintar atau cerdas, tetapi tidak boleh kecerdasannya itu sekali pun saja digunakan untuk memperdayai siapapun yang dipimpinnya. Kecakapan atau kemampuan terkait dengan hal tersebut sesungguhnya adalah sesuatu yang tampat sederhana dan dimungkinkan setiap orang mampu melakukannya. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Hal pertama misalnya, bahwa seorang pemimpin harus mengetahui apa yang maui. Sebatas menyangkut kemauan diri sebagai seorang pemimpin, tidak semua orang berhasil merumuskannya. Tidak sedikit orang yang berkeinginan menjadi pemimpin, ternyata setelah duduk di kursi kepemimpinan, tidak melakukan apa-apa yang berarti. Orang lain kemudian menyebutnya, sebagai oemimpin yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Seringkali pemimpin juga gagal dalam menempatkan orang. Masing-masing orang memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan. Pemimpin yang berhasil adalah jika ia mampu menempatkian orang pada posisi yang tepat. Sesuatu pekerjaan jika diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tinggal menunggu kehancurannya. Oleh karena itu kemampuan menangkap kelebihan masing-masing orang yang berada di bawah kewenangannya, dan kemudian menempatkannya secara tepat adalah merupakan pintu keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin juga harus mampu menjalankan tugas-tugas managerial lainnya, yaitu mengelola organisasinya secara efektif dan efisien. Karena itu pemimpin harus bisa menghasilkan produk yang murah, cepat, dan baik kualitasnya. Mengkompromikan ketiga hal tersebut secara padu, bukan pekerjaan mudah. Sesuatu yang baik biasanya harganya mahal, dan memerlukan waktu lama menyelesaikannya. Namun pemimpin yang cakap harus bisa menyelesaikan tugas tersebut secara cepat dan murah, tetapi tetap berkualitas. Hal ini tidak semua pemimpin dapat melakukannya. Pemimpin harus cerdas atau pintar, namun jangan sekali-kali menggunakan kepintarannya untuk memperdaya membohongi, mereka yang dipimpinnya. Semua orang akan merasa sakit hati jika mengetahui bahwa dirinya diperdayai atau dibohongi orang, apalagi pembohong itu adalah pimpinannya sendiri. Kebohongan yang dilakukan oleh pemimpin akan menghilangkan segala-galanya yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang bohong akan tidak lagi mendapatkan kepercayaan, loyalitas, ketaatan, penghormatan, dan segala hal lainnya. Jika mereka masih kelihatan loyal, taat, dan hormat, maka hal itu hanya sebatas semu. Sikap-sikap seperti itu sudah tidak ada artinya apa-apa bagi sebuah kepemimpinan. Siapapun pemimpin itu, jika setidak-tidaknya berhasil mengembangkan kelima hal tersebut, maka kepemimpinannya akan berhasil diikuti oleh mereka yang dipimpinnya. Kelima hal kepemimpinan tersebut terasa ringan, akan tetapi pada kenyataannya tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu tidak sedikit pemimpin yang gagal menjalankan amanahnya. Pemimpin yang bisa menjalankan prinsip-prinsip itu adalah mereka yang menyandang jiwa kepemimpinan yang baik. Terkait dengan ini, Rasulullah telah memberikan tauladan dengan sifat-sifatnya yang mulia, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Siapapun pemimpin yang selalu mengikuti sifat-sifat Rasulullah ini, insya Allah akan berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang