Kelebihan yang diraih oleh banyak orang biasanya diraih melewatiย pelatihan. Tidak akan mungkin seseorang menjadi ahli, trampil, atau memiliki professional tinggi, tanpa melewati pelatihan.ย Sekalipun seseorang memiliki bakat yang tinggi, akan tetapi jika tidak dikembangkan lewat latihan,ย maka bakat itu tidak akan berkembang.ย Sebaliknya, orang yang tidak berbakat, tetapi selalu berlatih, akan bisa mengalahkan orang yang berbakat tetapi kurang berlatih.
Oleh karena itu, pemain professional apa saja, apakah olah raga, seni, atau lainnya selalu menunjuk pelatih yang dianggap ahli. Bahkan kualitas seseorang dalam banyak halย ituย tergantung dari pelatihnya. Latihan dan pelatih menjadi sangat penting.ย Para pelatihlah yang bertugas mendisiplinkan, mengatur staregi bermain, memberikanย petunjuk yang harus dijalankan oleh seseorang yang sedang berlatih.ย ย ย Tidak saja olah raga dan seni, tetapi bahkan menulis, berpidato, termasuk berwirausaha pun bisa dilatih. Orang menjadi pintar dan trampilย menulis karena selalu latihan menulis. Sebaliknya, orang tidak mampu menulis, bukan karena tidak kapabel menulis, melainkan karena malas berlatih dan juga membiasakan diri untuk menulis. Seseorang dipandang pintar berpidato atau menjadi MC., hanya karena mereka banyak berlatih dalam waktu yang cukup memadai.Demikian pula, seseorang agar menjadi wirausahawan, maka harus berlatih. Sudah barang tentu, latihan itu memerlukan waktu yang lama. Sebagaimana berlatih dalam bidang olah raga, seni, berpidato, menari dan lain-lain, maka berlatih berwirausaha pun membutuhkan waktu, ketekunan, ulet dan sabar. Pada saat berlatih selalu melakukan kesalahan. Atas kesalahan-kesalahan itulah, mereka belajar, yaitu belajar dari kesalahannya. Tidak akan mungkin, seseorang tatkala belajar, sekaligus menjadi hebat, apalagi tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali.Betapa pentingnya pelatihan, dalam olah raga misalnya, seseorang mengalami nasip sial, ia kalah dalam pertandingan.ย Kekalahan itu setelah dianalisa, ternyata disimpulkan bahwa kekalahannya itu disebabkan olehย pelatihnya kurang cakap, atau latihannya dianggap kurang sempurna. Pelatihan tidak saja dituntut terhadap orang yang baru pertama kaliย memasuki pertandingan. Seorang juara, dan bahkan juara dunia sekalipun, jika akan bertanding ——pertandingan tinju misalnya, harus banyak latihan. Jika tidak dilakukan, maka dapat dipastikan akan menderita kekalahan.Namun demikian ternyata,ย tidak setiap orang sadar akan betapa pentingnya pelatihan itu. Banyak orang bercita-cita menjadi penulis, tetapi tidak pernah belajar dan berlatihย menulis. Mereka ingin agar dirinya secara tiba-tiba menjadi penulis hebat. Padahal syarat sebagai penulis,ย selain tekun, ulet, juga harus rajib berlatih menulis. Seorang yang mungkin kemampuannya hanya pas-pasan, tetapi karena setiap hari berlatih, dan mencoba untuk menulis, maka lama kelamaan, ia akan menjadi terbiasa, dan akhirnya merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya, jikaย di suatu saat ia tidak sempat menulis.Atas dasar pandangan seperti itu, maka saya menganggap bahwa sebenarnya siapapun, atau setiap orangย bisa menentukan masa depannya sendiri, yaitu dengan cara berlatih. Seseorang yang bercita-cita menjadi pengusaha sukses misalnya, ia harus banyak berlatih menjadi pengusaha. Jika bercita-cita menjadi peternak, atau pedagang, atau pembicara ulung,ย presenter, atau apa saja, maka haruslahย tepat mencari pelatih dan selalu latihan dengan disiplin dan sempurna.ย Namun aneh, banyak orang bercita-cita sukses hidupnya di masa depan, tetapi tidak pernah mau berlatih. Sehari-hari waktunya dihabiskan untuk memenuhi kesenangan yang tidak ada kaitannya dengan cita-cita masa depannya itu. Apa yang ia lakukanย justru kontra produktif dengan masa depannya. Mereka membiasakan diri menganggur, tidak pernah berlatih mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga lama kelamaan, benar-benar menjadi pengangguran. Orang seperti ini, jika kebetulan berstatus mahasiswa yang berasal dari desa, maka kelak sepulang dari kota,ย akan menjadi beban orang tuanya dan bahkan masyarakatnya.ย Wallahu aโlam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektorย Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Leave a Reply