Pejabat Dan Pemimpin

Dua istilah, yakni pejabat dan pemimpin seolah-olah sama, tetapi sesungguhnya ada bedanya. Seorang pejabat biasanya diangkat berdasarkan Surat Keputusan dari pihak yang berwenang. Dalam surat keputusan pengangkatan tersebut semua hal terkait dengan itu diungkap secara jelas, mulai dari dasar pengangkatan, pertimbangan yang digunakan, jenis jabatan yang dimaksud, masa jabatan, termasuk juga imbalan atau gaji yang diterimakan sebagai pemangku jabatan itu. Surat Keputusan Pengangkatan itu dianggap belum cukup, jika yang bersangkutan belum dilantik oleh pejabat setingkat lebih tinggi dari jabatan itu. Oleh karena itu, setelah surat keputusan dikeluarkan, segera pejabat yang bersangkutan dilantik dan kemudian juga disumpah. Pelantikan itu sendiri biasanya dilakukan dengan upacara resmi, dan secara resmi pula harus ada pihak-pihak yang ditunjuk menjadi saksi. Sejak pelantikan inilah seseorang dinyatakan syah sebagai pejabat yang dimaksud. Selain diangkat secara resmi, seorang pejabat juga harus menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tugas, wewenang, dan ketetapan yang ada. Berbagai jenis tugas, wewenang, dan tanggung-jawabnya sudah ditetapkan melalui peraturan yang ada. Begitu juga anggaran yang boleh dikeluarkan sebagai konsekuensi dalam menjalankan tugas-tugas dan wewenangnya sudah ditentukan. Oleh karena itu, seorang pejabat dalam menunaikan tugas-tugasnya tampak formal dan kelihatan kaku. Bahkan, wajah formalnya juga tampak dari pakaian seragamnya, yaitu baju safari. Dengan demikian, secara gampang pejabat itu dikenali, yaitu dari seragam bajunya. Jabatan juga telah diatur dalam berbagai tingkatan, yang selanjutnya masing-masing tingkatan itu disebut eselon. Setiap eselon memiliki kewenangan dan hak-hak yang berbeda. Semua yang terkait dengan eselon itu diatur secara jelas dan rinci. Bahkan, fasilitas masing-masing eselon pun telah ditetapkan. Misalnya, meja kursi seorang eselon satu, berbeda dengan kursi dan meja kepala biro. Oleh karena itu, kalau kita pergi ke toko meubel, di sana ada istilah meja biro yang tentu berbeda dengan meja staf atau orang biasa. Seorang pejabat ternyata diatur sedemikian rupa, sehingga menjadi formal dan kaku. Oleh karena itu, seorang seniman, filosof termasuk kyai yang lebih suka bergerak dan berpikir bebas tidak menyukai posisi itu. Tetapi juga aneh, ada saja orang yang sekalipun tidak pernah diangkat sebagai pejabat, mungkin karena mengagumi saja, ia mematut-matutkan dirinya sebagai seorang pejabat. Misalnya, kemana-mana mengenakan baju safari, yang sebenarnya hanya cocok bagi seorang pejabat. Hal itu berbeda dengan pemimpin. Ada macam atau jenis pemimpin. Misalnya, pemimpin sepak bola, pemimpin seni kerawitan, pemimpin doa, pemimpin sholat, pemimpin umat, pemimpin paduan suara, pemimpin rombongan, pemimpin pondok pesantren, pemimpin pramuka, pemimpin perang, dan lain-lain. Kata pemimpin tidak saja diperuntukkan bagi manusia, melainkan juga terhadap sekelompok binatang. Misalnya, ada pemimpin rayap, pemimpin semut, pemimpin lebah, dan lain-lain. Tidak sebagaimana pejabat, yang selalu tampak formal dan kaku, ——–karena harus menjaga aturan-aturan yang mesti ditegakkan, pemimpin dalam menunaikan tugasnya lebih fleksibel atau luwes. Pemimpin, dalam menggerakkan anak buahnya, sekalipun memiliki aturan-aturan, kode etik, dan sejenisnya, tidak dipegangi secara terlalu ketat. Pemimpin memiliki target-target, strategi, dan bahkan siasat, agar apa yang diinginkan dapat diraih. Seorang pemimpin, yang agaknya berbeda dengan pejabat, untuk meraih tujuan yang diinginkan, bisa jadi, harus dicapai melalui pengorbanan. Seorang pemimpin biasanya berani rugi dan bahkan sampai mati pun dijalani, demi meraih tujuan dan membela anak buahnya. Umpama antara pejabat dan pemimpin dikombinasikan, maka akan melahirkan sosok pemuka yang indah. Seorang pejabat sekaligus pemimpin, dan atau pemimpin yang pejabat. Pejabat itu tetap berpakaian sapari dan bahkan juga jas, tetapi masih mau, ——sekalipun tidak ada aturannya, berkorban dan mencarikan langkah-langkah strategis, di luar aturan, untuk mensejahterakan rakyat. Namun agaknya hal itu tidak mudah dilakukan. Pejabat ya pejabat dan begitu pula, pemimpin ya pemimpin. Banyak orang terlalu berharap, seorang pejabat dituntut sekaligus sebagai pemimpin. Tuntutan itu benar, karena sebuah kemajuan hanya bisa diraih, manakala pejabatnya sekaligus juga berjiwa pemimpin. Namun tampaknya selalu sulit ditemukan, sehingga sebagai akibatnya, ya kita sulit maju. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share