Teologi Keberhasilan

Kitab suci al Qurán disebut sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani  kehidupannya. Petunjuk itu sekalipun bersifat umum, tetapi menyeluruh, termasuk bagaimana tatkala manusia sedang mendapatkan  kemenangan atau keberuntungan. Seseorang  dalam mengekspresikan   kegembiraan tatkala mendapatkan keberhasilan atau keberuntungan seharusnya mengikuti    petunjuk  kitab suci tersebut.

Baru saja para siswa mengikuti ujian nasional, dan rupanya angka kelulusannya cukup bagus. Tidak sebagaimana tahun-tahun  lalu, banyak orang khawatir dan gelisah terhadap hasil ujian nasional. Pada tahun ini, oleh karena  tuntutan masyarakat  sudah  diakomodasi oleh pemerintah,  dengan cara mempertimbangkan hasil ujian sekolah, maka kegelisahan itu berkurang.  Selain itu pelaksanaan  ujian nasional tidak terlalu banyak diwacanakan oleh banyak orang. Kebijakan baru tersebut menjadikan siswa  yang tidak lulus, di mana-mana  sangat sedikit, bahkan banyak sekolah yang siswanya lulus seratus persen.  Hal itu terjadi oleh karena nilai ujian nasional yang jeblok bisa dikatrol oleh nilai mata pelajaran dari sekolah yang bersangkutan.  Akhirnya berapapun nilai ujian nasional yang diperoleh  oleh  siswa, —-asalkan tidak keterlaluan, yang bersangkutan  dinyatakan lulus.Hasil ujian  seperti itu  menjadikan ekpresi kegembiraan  para siswa yang lulus  kurang dirasakan sebagai sesuatu yang  berlebih-lebihan.  Kelulusan  dianggap sebagai hal biasa, oleh karena semua peserta ujian di mana-mana lulus.   Ekspresi Yang agaknya masih tampak  berlebih-lebihan adalah  adanya di antara mereka yang masih  saling membuat corat-coret di baju  teman-temannya dan bahkan pawai keliling kota. Terkait dengan ujian nasional itu, hal yang tampak menarik di beberapa tempat, adalah adanya kegiatan ritual bersama menjelang pelaksanaan ujian. Untuk mempersiapkan   kegiatan itu, banyak siswa yang tidak saja menambah  jumlah jam belajarnya,  atau juga mengikuti kursus di luar sekolah, melainkan juga mengikuti doa bersama.  Dengan dipimpin oleh guru agama, kepala sekolah,  dan guru-guru lainnya para siswa secara bersama-sama diajak  memohon kepada Allah,  agar diberikan pertolongan dan kemudahan dalam mengikuti ujian dan  berhasil lulus.Kegiatan doa bersama seperti itu kiranya sangat penting dilakukan, untuk membangun kesadaran tentang  kekuatan di luar diri yang bersangkutan,   yang hal itu  berpengaruh dalam  menentukan  keberhasilan usaha seseorang. Pada saat anak-anak menghadapi kesulitan, sehingga menjadi cemas, khawatir, dan bahkan merasa takut, maka dengan   menghadirkan kekuatan yang diyakini sebagai penolong terakhir, adalah sangat penting. Dalam pendidikan karakter, —–sebagaimana yang digagas oleh Menteri Pendidikan Nasional, para siswa ditumbuhkan kesadaran  ber-Ketuhanan. Orang yang memiliki kesadaran tentang itu, maka pada jiwanya akan tumbuh suasana keberagamaan,  rasa hormat kepada orang lain  dan bahkan akan terjadi saling tolong menolong,  dan mencintai antar sesama.Umpama saja setelah  akhirnya dinyatakan lulus, segera  kemudian  guru agama, kepala sekolah,  dan para guru lainnya  mengajak para siswa untuk melakukan sujud syukur bersama, maka para siswa akan mendapatkan lagi pelajaran  yang amat berharga dan mulia. Memang sementara kyai pengasuh  pesantren yang membuka madrasah atau jenis sekolah formal lainnya, telah membimbing para santri  melakukan hal itu. Segera setelah mendengar pengumuman hasil ujian dan dinyatakan lulus, maka kyai mengajak santrinya  bersujud syukur. Sebagai seorang mukmin,  tatkala mendapatkian keberhasilan, maka al Qurán memberikan tuntunan agar bertasbih dengan memuji asma Allah dan beristigfar.  Dalam surat pendek —–an Nashr, disebutkan bahwa : “apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan; Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong; Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan memohon ampunlah kepada-Nya.  Beberapa  ayat al Qurán  tersebut   menjadi petunjuk, bagaimana seharusnya seseorang mukmin  bersikap dan berbuat tatakala mendapatkan kemenangan. Demikian juga para siswa sekolah atau madrasah tatkala mendapatkan kemengan, lulus dalam ujian,  maka seharusnya  bertasbih dengan memuji Tuhan,  dan beristighfar.  Dan sebaliknya,  bukan saling membuat corat-coret  di baju,  dan apalagi harus kebut-kebutan hingga mengganggu banyak orang.   Cara  mensyukuri nikmat atas kemenangan sebagaimana disebutkan di muka,   selanjutnya  saya sebut sebagai teologi keberhasilan. Wallahu a’lam.               

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share