Untuk Mengembangkan Institusi, Uang atau Orang yang Dipilih ?

Suatu ketika, seorang pimpinan pesantren datang menemui saya, dengan maksud bertanya, bagaimana cara mencari dana. Dia berkeinginan mengembangkan lembaga pendidikan yang selama ini dikelola agar lebih maju. Pertanyaan itu sesungguhnya tidak gampang dijawab oleh siapapun, termasuk saya. Pengasuh pesantren tersebut sementara ini mengira, bahwa kemajuan institusi atau pesantrennya hanya ditentukan oleh uang. Ketika itu saya tidak menjawab secara langsung atas peranyaan itu. Dia saya ajak berdiskusi panjang tentang pengembangan lembaga pendidikan. Saya katakan bahwa, mendapatkan uang itu mudah, asal institusi itu sudah dipercaya orang. Apalagi, yang mempercayai itu adalah orang-orang yang punya uang. Mereka akan dengan suka rela membantu, asalkan kita mampu meyakinkannya, bahwa yang kita lakukan adalah benar dan uang yang akan diberikan membawa kemajuan. Atas dasar pandangan itu, maka saya katakan, bahwa kunci kemajuan itu adalah kepercayaan. Pimpinan pesantren tersebut saya ajak melihat gambaran yang selama ini terjadi, bahwa banyak sekali lembaga pendidikan swasta, didatangi oleh banyak calon siswa atau mahasiswa, sementara lainnya sepi. Institusi pendidikan yang didatangi banyak orang itu, karena mereka telah dipercaya, begitu juga sebaliknya yang sepi itu, belum mendapatkan kepercayaan. Untuk membangun kepercayaan, ——–lebih-lebih pada taraf awal pengembangan, kuncinya adalah orang, terutama lagi lagi adalah pimpinannya. Pimpinan yang diangggap cakap, memiliki banyak pengalaman, hubungan yang luas, banyak ide, berani menanggung resiko, berkemampuan menggerakkan dan mengarahkan bawahannya, maka biasanya akan dipercaya orang. Oleh karenanya, modal itu adalah orang, ialah orang yang berkualitas unggul dan dipercaya. Memang ketersediaan uang itu penting untuk mengembangkaan institusi pendidikan. Tetapi uang ternyata tidak segala-galanya. Bisa jadi, lembaga itu memiliki uang cukup banyak, akan tetapi jika tidak meiliki orang yang cakap, jujur, dan memiliki ide yang bagus, maka uang itu tidak akan ada artinya apa-apa. Sebaliknya, jika institusi itu memiliki orang yang hebat, maka sekalipun tidak tersedia uang, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, uang itu bisa didatangkan. Ternyata, orang yang hebat bisa mendatangkan uang, sementara uang belum tentu berhasil melahirkan orang hebat. Hanya sayangnya, hal sederhana ini belum tentu dipahami banyak orang, termasuk juga oleh para pemimpin di negeri ini. Kita lihat misalnya, amanah yang sedemikian penting dan berat, ternyata diberikan kepada orang-orang, yang hanya didasarkan atas pertimbangan kedekatan hubungan, pertimbangan politik, kelompok, dan sejenisnya. Hal itu menggambarkan, betapa nilai strategis orang atau SDM, ternyata belum dipahami oleh banyak pemimpin negeri ini. Celakanya lagi pada akhir-akhir ini orang bangga bisa berhasil menunjukkan kesalahan orang lain, lalu memasukan mereka ke penjara. Mereka menganggap bahwa kerugiaan dan ketidak-majuan negeri ini hanya disebabkan oleh kebocoran keuangan. Padahal tidak selalu demikian keadaannya. Ketersediaan dana besar, jika diserahkan kepada orang-orang yang berkemampuan rendah, maka juga tidak akan membawa hasil apa-apa. Oleh karena itu, kesalahan dalam membangun institusi dan bahkan juga negara, tidak hanya berbentuk korupsi, melainkan juga tatkala menunjuk orang yang tidak tepat, misalnya tidak cakap. Kesalahan itu akan mengakibatkan pemborosan yang luar biasa. Apa yang menimpa bangsa akhir-akhir ini, bukannya semata-mata karena tidak tersedia uang, melainkan disebabkan oleh kenyataan bahwa, orang yang terpilih menjadi pemimpin tidak seluruhnya berkualitas tinggi. Akibatnya, yang dirasakan selama ini hanya melahirkan kebisingan politik dan sebaliknya, sepi karya yang diharapkan oleh rakyat. Membaca pandangan dan keadaan tersebut, maka jika harus memilih salah satu, —-antara orang yang berkualitas atau uang, maka rasanya orang yang berkualitas seharusnya lebih dipilih terlebih dahulu. Namun, jika tidak harus memilih, maka keduanya tentu penting. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektorย  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *