Dalam perbincangan santai dengan beberapa dosen kemarin siang, saya sangat terhibur oleh pengakuan Dr.Sugeng Listyo,M.Pd. Dia bercerita sebagai berikut. Sebelum UIN Maliki Malang berkembang sebagaimana keadaannya sekarang, dia pernah berkunjung ke suatu perguruan tinggi yang dianggap telah maju. Kampus yang dikunjungi itu, menyediakan tempat yang digunakan untuk memamerkan buku-buku karangan para dosennya. Sebenarnya, buku-buku yang dipamerkan itu, katanya, tidak terlalu banyak. Sekalipun demikian, dia sudah merasa kagum. Dari buku-buku yang dipajang tersebutt menggambarkan bahwa para dosen di kampus itu telah berkarya yang sebenarnya. Selain mengajar, para dosen perguruan tinggi tersebut sudah melakukan penelitian dan juga berhasil menulis buku. Ia menggambarkan bahwa, begitulah semestinya perguruan tinggi, selalu ada karya ilmiah yang terbit pada setiap saat. Kata Mas Sugeng, ——begitu saya selalu memangil nama dosen ini, apakah kampus UIN Maliki Malang ke depan juga bisa seperti itu. Para dosennya rajin meneliti dan menulis buku, sehingga banyak terbitan yang dihasilkan oleh UIN Maliki Malang. Ternyata, kata Mas Sugeng Listyo pula, pada saat ini, apa yang dia irikan dari kampus yang pernah dikunjungi tersebut, telah berhasil dicapai oleh UIN Maliki Malang. Pada saat ini, setiap tahun tidak kurang dari 70 judul buku yang terbit dari tulisan para dosen UIN Maliki Malang. Selaku pimpinan kampus, mendengar ucapan itu, saya sangat bahagia sekali. Saya merasa telah memiliki dosen yang bermimpi secara benar. Dr.Sugeng Listyo, menurut pandangan saya, sudah bermimpi dan mimpinya benar. Dia bermimpi agar dari kampus ini muncul pikiran-pikiran besar yang kemudian dituangkan dalam bentuk buku. Memang demikian itulah seharusnya, sebagai seorang dosen selalu bermimpi tentang kemajuan kampusnya ke depan. Mimpi Dr.Sugeng Listyo tersebut, ternyata pada saat ini, sebagiannya sudah terwujud, sebagaimana dikemukakan di muka. Saya selalu berimajinasi, alangkah indahnya kampus UIN Maliki Malang ke depan, seandainya seluruh dosen bermimpi-mimpi secara benar seperti itu, dan selalu berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Mereka merasa tersiksa dan sangat menyesal jika setahun saja terlewat, tidak memiliki karya ilmiah yang diterbitkan. Semua dosen berlomba-lomba meneliti dan menulis karya ilmiah. Kebanggaan mereka yang utama, terletak pada keberhasilannya dalam menunaikan tugas-tugas akademik, misalnya ketika bukunya terbit, dan bukan selain itu. Kegembiraan dan kebanggaan sebagai dosen menjadi bertambah, ketika mendengar misalnya bahwa di mana-mana karya para dosen UIN Maliki Malang dijadikan bahan kajian dan rujukan oleh perguruan tinggi lainnya. Di beberapa kampus buku-buku hasil karya dosen UIN Maliki Malang, misalnya, dijadikan bahan referenensi atau rujukan dalam seminar, diskusi, penulisan karya ilmiah dan lain-lain. Jika mimpi seperti ini terwujud, maka artinya kampus UIN Maliki Malang benar-benar menjadi indah, karena telah dihisasi oleh berita atau informasi tentang hasil kerja keilmuannya yang berkualitas. Mengukur keberhasilan perguruan tinggi hanya sebatas dari jumlah wisudawan pada setiap tahunnya, sesungguhnya tidak tepat. Wisuda memang penting, tetapi peran perguruan tinggi bukan sebatas mewisuda itu. Peran strategis perguruan tinggi adalah riset, untuk menghasilkan dan mengembangkan temuan-temuan baru. Mestinya, jika misi strategis perguruan tinggi adalah menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, maka lahirnya karya-karya ilmiah harus dijadikan sebagai tolok ukur utama dan sekaligus kebanggaan dari kemajuan warga kampus. Mestinya logika sederhana berikut selalu dijadikan pegangan. Yaitu, jika kesuksesan petani selalu diukur dari jumlah dan kualitas panenannya, pedagang sukses diukur dari besar jumlah labanya, peternak suskses diukur dari jumlah perkembangan ternaknya, maka mestinya keberhasilan dosen diukur dengan ukuran tersendiri. Keberhasilan dosen harus diukur dari jumlah karya-karya akademiknya. Dosen yang berhasil adalah mereka yang hasil penelitian dan buku-bukunya selalu terbit pada setiap tahunnya. Dosen yang tidak pernah menulis, atau tidak memiliki karya ilmiah sama artinya dengan petani yang tidak pernah panen, atau peternak yang ternaknya tidak pernah berkembang. Mendengar pengakuan Dr.Sugeng Listyo M.Pd tersebut, saya benar-benar merasa terhibur. Kegembiraan saya ketika itu semakin bertambah, karena pada saat itu pula, saya mendapatkan laporan dari Ketua Penerbitan kampus, —-UIN Maliki Press, bahwa pada tahun 2009 yang lalu, buku yang berhasil diterbitkan melampaui target. Dia mentargetkan tahun 2009 menerbitkan 70 judul buku tulisan para dosen. Ternyata berhasil terbit sebanyak 71 judul buku. Artinya, tahun 2009 yang lalu, UIN Maliki Press berhasil melampaui target, sekalipun kelebihan itu hanya satu judul buku saja. Gambaran yang bagus untuk memperindah kampus dengan karya-karya akademik para dosen ini harus disyukuri dan selanjutnya selalu ditingkatkan. Dengan demikian, insya Allah, UIN Maliki Malang ke depan akan semakin indah dan menarik, karena selalu diperindah oleh hasil karya akademik para dosennya, dan lebih-lebih oleh prestasi, atau temuan-temuan baru para mahasiswanya. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang