CATATAN GEOLOGI YANG TIDAK SEMPURNA
Pertama, apa yang disebut sebagai ciri khas dari suatu makhluk hidup tertentu, di mana tidak terjadi percampuran dengan mata rantai transisi, ini jelas sangat sukar. Saya telah mencari alasan mengapa ada mata rantai yang tidak muncul pada saat ini padahal suasananya sangat mendukung di wilayah yang luas dan kondisi alaminya baik. Saya telah berupaya menunjukkan bahwa kehidupan bagi tiap spesies lebih tergantung pada makhluk tertentu yang sebf lumnya sudah ada daripada keadaan ikiim, dengan demikian kondisi yang menentukan bukanlah panas atau kelembaban. Saya juga berupaya untuk menunjukkan bahwa varietas-varietas antara โ yang bertahan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan makhluk-makhluk yang berhubungan dengannya โ secara urnum akan tersingkir dan punah selama dalam janga waktu modifikasi dan penyempurnaan. Meskipun demikian, penyebab utama tidak adanya mata rantai-mata rantai antara di penjuru alam ini tergantung pada proses seleksi alam, di mana varietas-varietas baru senantiasa menggantikan tempat makhluk pendahulunya. Namun, sebagaimana proses kepunahan ini terjadi pada skala yang sangat luas maka jumlah varietas-varietas antara inipun โ yang sebelumnya pernah ada โ tentunya juga sangat banyak. Lalu kenapa tidak setiap bentukan (endapan) dan setiap lapisan geologi tidak dipenuhi oleh mata rantai-mata rantai antara ini? Tentu saja geologi tidak mengungkapkan mata rantai organik yang berkelas-kelas, dan hal ini barangkali yang menjadi keberatan yang paling serius dan nyata yang dikemuka-kan terhadap teori ini. Penjelasannya terletak sebagaimana yang saya yakini, pada saat tidak lengkapnya catatan geologi.
Pertama-tama yang mesti senantiasa dipahami betul-betul adalah jenis makhluk-makhluk antara apakah yang secara teoritis harus ada lebih dulu. Saya merasa kesulitan ketika melihat pada dua spesies apa saja, untuk tidak membayangkan dalam benak saya makhluk-makhluk antara yang secara langsung menjembatani mereka. Namun ini sama sekali merupakan pandangan semu; kita seharusnya senantiasa mencari makhluk-makhluk antara yang mengantarai dua spesies serta nenek moyang asalnya yang sama namun tidak diketahui. Nenek moyang ini secara umum akan berbeda dalam beberapa segi dengan seluruh keturunannya yang telah termodifikasi. Sebuah contoh sederhana: burung merpati ekor kipas dengan merpati biasa memiliki nenek moyang yang sama yaitu merpati karang; seandainya saja kita memiliki semua varietas antara yang pernah ada, tentu kita akan memiliki rangkaian yang sangat dekat yang menghubungkan keduanya dengan merpati karang. Namun, kita tentu tidak menemukan varietas-varietas yang langsung mengยญantarai merpati ekor kipas dengan merpati biasa. Lebih jauh lagi, keturunan ini telah mengalami modifikasi sedemikian rupa sehingga seandainya kita tidak memiliki bukti historis atau yang tidak langsung tentang asal usulnya, maka tidaklah mungkin untuk menentukan dengan semata-mata membandingkan struktur mereka dengan merpati karang dan c.livia, apakah keduanya keturunan spesies ini ataukah dari kerabatnya yang lain, seperti c.oenas.
Demikian pula dengan spesies-spesies alami, jika kita perhatikan makhluk-makhluk ini dengan cermat, contohnya seperti antara kuda dan tapir. Kita tidak dapat menemukan adanya mata rantai yang langsung menghubungkan keduanya pernah ada, akan tetapi ada antara keduanya dengan nenek moyang yang sama namun tidak dikenal. Nenek moyang ini secara organik memiliki kemiripan dengan kuda dan tapir, tapi pada beberapa struktur tertentu memliki perbedaan yang cukup berarti dengan keduanya, barangkali perbedaan itu malah lebih jauh daripada antara kuda dengan tapir itu sendiri. Dengan demikian, dalam semua kasus seperti ini, kita tentu tidak dapat mengenali nenek moyang antara dua spesies atau lebih bahkan meskipun kita melakukan pembandingan dengan cermat terhadap struktur nenek moyang ini dengan keturunannya yang telah termodifikasi tanpa pada saat yang sama kita memiliki mata rantai-mata rantai yang mendekati secara lengkap.
Akan tetapi menurut teori bisa saja, yaitu bahwa satu dari makhluk hidup berasal dari yang lainnya. Contohnya, kuda berasal dari tapir. Dalam kasus ini, mata rantai antara yang langsung terdapat di antara keduanya. Namun dalam kasus seperti ini berarti suatu makhluk tetap bertahan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama, sementara keturunannya telah mengalami perubahan yang sangat banyak. Dalam prinsip kompetisi antar organisme, antara keturunan dengan induk, hal ini sangat jarang terjadi karena dalam kasus semua makhluk yang baru dan lebih sempurna cenderung untuk menggantikan tempat makhluk yang lebih tua.
Menurut teori seleksi alam, semua spesies yang hidup pada saat ini memiliki hubungan dengan spesies induk dari tiap genus dengan perbedaan yang tidak lebih besar dari yang kita lihat antara varietas-varietas alami dan domestik dari spesies yang sama pada saat ini. Dan spesies-spesies induk ini, yang umumnya sudah punah, juga memilikj hubungan dengan makhluk-makhluk yang lebih purba, dan demikianlah terus ke belakang, senantiasa mengerucut pada pada nenek moyang bersama dari tiap kelas yang besar. Demikianlah, jumlah mata rantai transisi dan antara dari seluruh spesies yang hidup pada saat ini dengan yang sudah punah tentulah tak terbayangkan banyaknya. Tapi lentu saja, andai teori ini benar, makhluk-makhluk itu pernah hidup di muka bumi ini.
Lamanya Jangka Waktu Berdasarkan Tingkat Gerusan dan Endapan
Terlepas dari apakah kita temukan adanya sisa-sisa fosil dari mata rantai-mata rantai yang sangat banyak tadi, tak dapat dipungkiri bahwa waktu telah memungkinkan terjadinya perubahan organik yang sangat besar. Semua perubahan ini menunjukkan dampaknya secara perlahan. Hampir tak mungkin bagi saya untuk mengingatkan para pembaca yang bukan ahli geologi, fakta-fakta yang membimbing pikiran kita untuk memahami lamanya jeda waktu. Siapa saja dapat membaca karya besar Sir Charles Lyell tentang Prinsip-Prinsip Geologi (di mana menurut para sejarawan masa depan merupakan sebuah revolusi dalam ilmu alam) yang masih tidak bisa menerima betapa panjangnya periode masa lalu, bisa jadi langsung menutup buku ini. Tidaklah cukup hanya mengkaji Prinsip-Prinsip Geologi, atau membaca risalah-risalah khusus dari berbagai pengamat tentang bentukan-bentukan geologi yang terpisah, dan menandai betapa setiap pengarang berupaya memberi suatu pemikiran yang tidak cukup mengenai durasi setiap bentukan, atau bahkan setiap lapisan. Cara terbaik untuk mendapatkan gambaran mengenai masa lalu adalah mengenali perantaraan-perantaraan, dan mempelajari dalamnya penggerusan atas permukaan tanah dan banyaknya endapan yang tertumpuk. Sebagaimana dinyatakan dengan baik oleh Lyell, bahwa tingkat dan ketebalan lapisan endapan pada zaman kita adalah hasil dari penggerusan kerak bumi. Dengan demikian seseorang hendaklah melakukan pengamatan untuk dirinya sendiri atas lapisan bebatuan yang sangat luas, dan memperhatikan anak-anak sungai yang membawa lumpur, serta gelombang laut yang senatiasa menggerus batu-batu karang agar ia dapat memahami sesuatu mengenai durasi masa lalu, monumen-monumen ini dapat kita lihat di sekeliling kita.
Berjalan menyusuri pantai yang tersusun dari bebatuan karang merupakan hal yang baik untuk mengamati terjadinya proses degradasi. Air pasang umumnya hanya mencapai karang hanya dua kali dalam sehari, itupun hanya untuk waktu yang singkat saja, dan gelombang hanya menyeret pasir dan kerikil dari karang-karang tadi. Ini adalah bukti yang kuat bahwa air semata-mata tidaklah berpengaruh apa-apa atas ratanya batu-batu karang. Pada akhirnya fondasi karang itu terbongkar, dan serpihan-serpihan raksasa runtuh. Serpihan-serpihan ini, sekalipun masih utuh, harus mengalami erosi atom demi atom, sampai akhirnya setelah cukup kecil dapat diseret oleh gelombang dan selanjutnya menjadi lebih cepat didamparkan ke daratan dalam bentuk kerikil, pasir, atau lumpur. Akan tetapi seberapa sering kita saksikan sepanjang dasaran karang-karang yang terkikis itu โyang diselimuti hayati laut โ menunjukkan bahwa sedikit sekali mereka terkikis! Lebih jauh lagi, jika kita menyusuri beberapa kilometer garis karang, yang sedang mengalami degradasi, akan kita dapati bahwa hanya di sana-sini saja di sekitar tanjung yang menjorok ke laut bahwa karang-karang itu sedang mengalami abrasi. Apa yang muncul di permukaan dan tumbuh-tumbuhan menunjukkan bahwa di mana pun telah mengalami waktu bertahun-tahun semenjak air membasuh dasarannya.
Meskipun demikian, kita telah mempelajari dari hasil pengamatan Ramsay serta pengamat-pengamat terkemuka lainnya seperti Jukes, Geikie, Croll, dan lain-lain, bahwa degradasi sub-aerial merupakan perantara yang lebih berperan dibanding-kan aktivitas pantai, atau kekuatan gelombang. Seluruh permuยญkaan tanah terkena pengaruh proses kimiawi air dan air hujan beserta larutan asam karbonnya, dan di negeri-negeri yang lebih dingin terkena pengaruh embun beku. Material yang terdisintegrasi ini ikut meluncur ke bawah ketika hujan lebat, dalam jumlah yang terduga, terutama di daerah-daerah yang kering karena angin. Bahkan pada hari hujan, di daerah yang berombak-ombak kecil, dampak dari degradasi sub-aerial ini dapat kita saksikan pada anak-anak sungai berlumpur yang mengalir menuruni setiap lereng. Ramsey dan Whitaker telah menunjukkan hasil pengamatan yang mencengangkan bahwa jajaran lereng terjal di distrik Wealden dan lainnya berjajar di sepanjang Inggris yang mulanya dianggap sebagai pantai-pantai purba, tidak mungkin berbentuk demikian karena setiap barisnya tersusun dan satu formasi yang sama, sedangkan bukit-bukit laut kita dimana pun terbentuk dari persimpangan berbagai formasi. Dalam kasus ini, kita harus menerima fakta bahwa asal usul dari lereng-lereng terjal tadi sebagian adalah batu-batu karang yang telah bertahan dari penggerusan sub-aerial lebih baik daripada permukaan sekitarnya. Permukaan ini akibatnya mengalami penurunan secara gradual dan akhirnya menyisakan deretan karang yang lebih keras untuk tetap berdiri di tempat-nya. Tak ada yang lebih mengesankan pikiran kita mengenai soal waktu ini, yakni lamanya durasi waktu, bahwa betapa perantara sub-aerial yang tampaknya tidak begitu kuat dan bekerja dengan lambat telah menunjukkan akibat yang luar biasa.
Selain terkesan betapa lambatnya proses perantara tanah oleh kekuatan-kekuatan alam di daerah pesisir dan sub-aerial, agaknya baik juga untuk memikirkan jumlah massa batu karang yang telah dipindahkan dari sekian banyak tempat pada satu sisi dengan ketebalan tumpukan sedimen pada zaman kita ini pada sisi lainnya. Saya ingat betapa dulu pernah terperanjat tatkala sedang memandangi pulau-pulau vulkanik yang telah mengalami pengikisan oleh gelombang air laut sehingga tinggal menjadi bukti-bukti karang terjal yang tegak lurus setinggi seribu atau dua ribu kaki. Lereng aliran lava, yang dulunya cair, menunjukkan secara sepintas betapa jauhnya karang yang kokoh itu pernah menjorok ke tengah laut. Cerita yang sama dikisahkan mengenai retakan-retakan besar tadi di mana terdapat lapisan-lapisan yang melengkung pada satu sisinya, atau jatuh menimpa yang lain, setinggi atau sedalam ribuan meter. Semenjak kulit bumi mengalami retakan, tidak tampak perbedaan yang besar apakah lengkungan itu terjadi dengan tiba-tiba atau โ sebagaimana yang dipercaya oleh sebagian besar geolog โ terjadi secara perlahan dan akibat dari sekian banyak permulaan sehingga permukaan tanah ini melengkung ke bawah secara total dan tidak kelihatan lagi jejaknya dari luar. Contohnya adalah The Craven Fault yang panjangnya 30 mil dan sepanjang garis ini telah terjadi penggerusan vertikal antara 600 sampai 3.000 kaki. Profesor Ramsay telah mempublikasikan catatan mengenai runtuhan di Anglesea setinggi 2.300 kaki; dan ia memberitahu saya bahwa dirinya yakin sekali di Merionethshire terjadi penggerusan setebal 12.000 kaki. Meskipun demikian, dalam kasus-kasus ini tidak tampak di permukaan tanah adanya gerakan yang dahsyat. Bebatuan karang di kedua sisi retakan itu telah disapu bersih dengan mulus.
Pada sisi lain, di seluruh bagian bumi ini terdapat tumpukan lapisan sedimen yang luar biasa tebalnya. Di Kordillera saya memperkirakan adanya massa konglomerat 10.000 kaki. Meskipun konglomerat lebih cepat berkumpul dibandingkan sedimen yang lebih halus, masing-masing membawa stempel waktu, keduanya menunjukkan dengan baik betapa lambatnya massa tertimbun bersama-sama. Profesor Ramsay telah menunjukkan kepada saya ketebalan maksimum dari pengukuran aktual pada kebanyakan kasus, dari formasi-formasi berurutan ditempat-tempat yang berbeda di Inggris, yang hasilnya sebagai berikut:
Lapisan Palaezoic (tidak termasuk dasaran berapi) 57.154 kaki
Lapisan Sekunderย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย 13.190 kaki
Lapisan Tersierย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย 2.240 kaki
Seluruhnya 72.584 kaki atau 13,75 mil. Beberapa formasi, yang di Inggris berupa dasaran tipis, di benua Eropa tebalnya ribuan kaki. Lebih lanjut, di antara formasi-formasi yang berurutan, menurut sebagian besar ahli geologi terdapat periode kosong yang sangat lama. Dengan demikian endapan-endapan karang yang menjulang tinggi di Inggris memberikan gambaran betapa lamanya waktu yang berjalan untuk membentuknya. Memikirkan berbagai fakta yang mengesankan ini sama beratnya menbayangkan ide tentang keabadian.
Meskipun demikian, kesan ini sebagian keliru. Dalam sebuah makalahnya yang menarik, Croll menyatakan bahwa kita tidak salah. Dalam membuat konsep pemikiran mengenai lamanya periode giologi, perkiraannya berdasarkan tahun. Tatkala para ahli geologi melihat pada fenomena yang luas dan kompiek, kemudian melihat angka-angka yang menunjukkan jutaan tahun, kedua hal ini menghasilkan efek yang sangat berbeda pada pikiran kita, dan angka-angka ini menjadi terlalu kecil. Mengenai penggerusan sub-aerial, Croll memperlihatkan bahwa dengan mengkalkulasi jumlah endapan yang diketahui secara tahunan dihanyutkan oleh sungai-sungai tertentu, tergantung dari luasnya daerah, bahwa 1.000 kaki karang yang solid yang akhirnya terdisintegrasi secara gradual akan dipindahkan dari seluruh area itu rata-rata dalam waktu enam juta tahun. Hasil ini tampaknya mencengangkan, bahkan setengah atau seperempatnya pun masih terlalu besar, sehingga mengundang kecurigaan. Meskipun demikian, hanya sedikit saja dari kita yang paham arti satu juta. Croll memberi ilustrasi sebagai berikut ini: buatlah pita kertas sepanjang 83 kaki 4 inci, kemudian bentangkan di dinding sebuah aula yang luas; tandai setiap sepersepuluh inci. Setiap sepersepuluh inci mewakili 10 tahun, dan setiap pita itu mewakili satu juta tahun. Namun perlu dicamkan dalam benak kita apa yang terkandung dalam 100 tahun itu yang dalam percobaan kita diwakili oleh ukuran yang sangat kecil dibandingkan satu ukuran lain di dalam aula. Beberapa peternak terkemuka dalam satu masa telah melakukan modifikasi secara luas terhadap beberapa binatang yang lebih tinggi, di mana penyebarannya jauh lebih lambat daripada kebanyakan binatang-binatang yang lebih rendah, sehingga hasil dari usaha ini layak disebut sebagai sub-keturunan baru. Beberapa orang telah mengamati dengan cermat keturunan-keturunan ini selama lebih dari setengah abad sehingga dalam 100 tahun itu dihasilkan karya dari dua orang peternak secara berurutan. Hal ini tidak bisa dianggap bahwa spesies-spesies dalam keadaan alaminya dapat berubah secepat binatang-binatang piaraan dengan metode seleksi. Perbandingan ini jauh lebih adil jika mengikuti proses seleksi yang tidak disadari yaitu untuk mempertahankan hewan-hewan yang lebih cantik dan bermanfaat, tanpa bermaksud melakukan modifikasi keturunannya. Namun dengan mengikuti proses seleksi yang tidak disengaja ini, berbagai keturunan telah mengalami berbagai perubahan dalam waktu dua atau tiga abad.
Meskipun demikian, agaknya spesies berubah lebih lambat, dan dalam daerah yang sama hanya sedikit saja yang berubah pada saat bersamaan. Kelambatan ini karena para penghuni di daerah yang sama telah saling beradaptasi dengan baik sehingga tempat-tempat baru secara alami tidak akan muncul sampai adanya interval waktu yang lama yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisik dari beberapa jenis atau adanya imigrasi dari makhluk-makhluk baru. Lagipula, variasi-variasi ataupun perbedaan-perbedaan individual, secara alami โ yang mana beberapa penghuni akan lebih nyaman di tempat-tempat barunya dengan suasana yang berganti โ tidak selalu terjadi seketika. Sayangnya, kita tidak memiliki sarana untuk menentukan, menurut standar tahun, berapa lama yang dibutuhkan dalam satu periode untuk memodifikasi suatu spesies. Kita tetap harus kembali ke pokok pembahasan waktu.
Minimnya Koleksi Palaentologi Kita
Kini, mari kita kunjungi museum-museum geologi kita yang paling lengkap, dan kita temukan di sana betapa miskinnya koleksi yang ada! Semua orang mengakui hal ini. Pernyataan dari seorang ahli palaentologi terkemuka, Edward Fobes, mungkin tidak bisa dilupakan, yaitu bahwa banyak sekali fosil-fosil spesies diketahui dan diberi nama dari satu, bahkan dari spesimen-spesimen terpisah, atau dari beberapa spesimen yang dikumpulkan dari satu tempat. Baru sebagian kecil saja permukaan bumi ini yang.digali untuk keperluan geologi, dan tak ada tempat yang dirawat dengan memadai, sebagaimana dibuktikan oleh penemuan-penemuan penting yang dilakukan tiap tahun di Eropa. Tak ada organisme yang lembut dapat dilestarikan. Cangkang dan tulang segera hancur dan lenyap begitu jatuh ke dasar laut, di mana tidak terdapat adanya endapan sedimen. Barangkali kita mengambil pandangan yang keliru, tatkala berasumsi bahwa endapan sedimen ada pada hampir semua dasar laut, pada suatu tingkat kecepatan yang cukup untuk menyimpan sisa-sisa fosil. Air laut yang biru memperlihatkan kemurnian.
Sisa-sisa fosil hewan yang tersimpan dalam pasir atau kerikil, ketika dasaran ini terangkat, pada umumnya menjadi larut tatkala terkena lapisan air hujan yang mengandung asam karbon. Beberapa hewan yang hidup di antara air dangkal dan dalam di pantai, jarang yang fosilnya dapat ditemukan. Contohnya, banyak spesies dari beberapa Chthamalinae (sub-famili dari Sessile cirripedes) menyelimuti karang-karang di seluruh dunia dengan jumlah tak terhingga; semuanya hidup di daerah pasir, kecuali spesies mediterania yang hidup di air dalam. Akan tetapi ditemukan fosilnya di Sisilia di mana tak ada spesies lainnya ditemukan dalam formasi tersier; padahal diketahui bahwa geยญnus Chthamalus ada selama periode zaman kapur. Terakhir, banyak endapan besar yang telah memakan waktu yang cukup lama untuk terakumulasi, ternyata hampir tidak mengandung sisa-sisa organik sama sekali, tanpa dapat kita ketahui penyebabnya; salah satu contoh yang paling mencengangkan adalah formasi Flysch yang tersusun dari serpihan-serpihan dan batu kerikil yang tebalnya beberapa ribu, bahkan ada yang sampai 6.000 kaki, sepanjang 3.000 mil dari Wina sampai Swiss. Sekali-pun massa raksasa telah diperiksa dengan cermat, tak ada fosil yang tersisa, kecuali sedikit tumbuh-tumbuhan saja.
Dengan melihat apa yang dihasilkan di bumi pada periode palaezoic dan sekunder, agaknya cukup berlebihan bila dikatakan bahwa bukti-bukti yang kita miliki sangat tidak lengkap. Contohnya, sampai sekarang tak ada cangkang yang berasal dari kedua periode yang sangat panjang ini, kecuali spesies yang ditemukan oleh Sir C. Lyell dan Dr. Dawson pada lapisan karboniferons di Amerika Utara. Akan tetapi sekarang cangkang-cangkang ini ditemukan di bebatuan gamping. Sedangkan bila melihat sisa-sisa mamalia, dengan sekilas pandang saja ke tabel historis manualiel akan menunjukkan kebenaran betapa lengkapnya sisa-sisa ini. Kelangkaan ini sesungguhnya mengherankan bila kita ingat betapa besarnya proporsi tulang-tulang mamalia tersier yang telah ditemukan, baik di gua-gua maupun dalam tumpukan-tumpukan Lacustrine; dan tak ada gua ataupun dasaran Lacustrine yang diketahui pada masa formasi palaezoic dan sekunder.
Namun tidak lengkapnya catatan geologi ini masih disebabkan oleh sebab-sebab lain yang lebih penting, yaitu formasi-formasi yang terpisahkan satu sama lain oleh interval waktu. Doktrin ini diakui oleh banyak ahli biologi dan ahli palaentologi, yang sebagaimana E. Forbes, sama sekali tak percaya pada perubahan spesies. Jika kita lihat formasi yang ditabulasikan di dalam karya-karya tulis, atau bila kita mengikutinya di alam, sulit untuk tidak percaya bahwa formasi-formasi ini berurutan. Namun kita tahu, misalnya, dari karya Sir R. Murchison tentang Rusia, betapa ada jarak yang sangat luas di negeri itu antara dua buah formasi yang menonjol. Demikian pula di Amerika Utara dan di banyak tempat lainnya di bumi ini. Ahli geologi yang paling cermat ini tidak akan menyangka, bila perhatiannya hanya tertuju pada wilayah yang sangat luas ini saja, bahwa selama jangka waktu yang kosong dan tandus di negerinya sendiri, tumpukan enddpan yang luar biasa besar dengan kandungan makhluk-makhluk hidup yang baru dan aneh telah terakumulasi di suatu tempat. Dan jika dalam tiap wilayah yang terpisah ini hampir tak dapat dipikirkan mengenai panjangnya waktu yang telah berlalu di antara dua formasi berurutan, maka bisa diduga bahwa hal ini di mana saja tak dapat dipastikan. Terjadinya perubahan-perubahan yang besar dan sering dalam komposisi mineral dari dua formasi yang berurutan, umumnya mengandung perubahan-perubahan besar pada geografi tanah di sekitarnya, darimana endapan itu diambil, ini sesuai dengan sangat panjangnya interval waktu yang telah berlalu di antara tiap formasi.
Saya kira kita dapat melihat mengapa formasi-formasi geologi dari tiap daerah hampir selalu terputus, yaitu tidak mengikuti yang lainnya dalam waktu yang dekat. Jarang ada fakta yang lebih mengejutkan saya ketika melakukan pengamatan terhadap ratusan mil pantai-pantai Amerika Selatan, yang telah terangkat ratusan kaki dalam periode ini, dibandingkan tiadanya endapan-endapan baru yang mestinya ada, meski hanya untuk satu periode geologi yang singkat saja. Di sepanjang pantai barat, yang dihuni oleh suatu hewan laut yang aneh, dasaran tersiernya hampir tidak berkembang sama sekali sehingga tidak ada bekas-bekas hewan laut yang aneh dari masa lampau, Dengan sedikit perenungan akan menjadi jelas mengapa di sepanjang pantai yang makin tinggi di sisi barat Amerika Selatan tidak terdapat formasi-formasi lanjutan yang mengandung sisa-sisa zaman tersier dan kini, meskipun suplai sedimennya selama berabad-abad sangat besar, yang berasal dari degradasi besar-besaran batu-batu karang pantai dan lumpur yang dihanyutkan oleh sungai-sungai kelautan. Tidak disangsikan lagi, penjelasannya adalah bahwa tumpukan-tumpukan daerah pesisir dan sub pesisir ini senantiasa terhapus oleh terangkatnya tanah secara perlahan-lahan oleh aktivitas gelombang pantai.
Saya kira kita dapat menarik kesimpulan bahwa endapan sedimen mesti terakumulasi dalam massa yang sangat tebal, solid, dan ekstensif, agar dapat bertahan dari serangan gelombang laut yang tiada henti, tatkala pertama kali terangkat dan selamanya terjadi pergeseran-pergeseran yang berturutan pada tingkat-tingkat ketinggiannya, sebagaimana juga degradasi sub-aerial. Akumulasi sedimen yang tebal dan ekstensif seperti ini dapat terbentuk dengan dua cara, yaitu baik berada di kedalaman laut, di mana dalam kasus ini, dasar laut biasanya tidak akan dihuni oleh begitu banyak jenis dan variasi makhluk hidup sebagaimana pada laut yang lebih dangkal. Dan massa endapan ini ketika terangkat tidak mengandung peninggalan-peninggalan organisme yang lengkap yang pernah hidup pada masa terjadinya akumulasi endapan. Atau, endapan sedimen akan menumpuk dengan ketebalan tertentu di dasar laut yang dangkal secara terus menerus. Dalam kasus terakhir ini, selama tingkat penurunan dasar laut dan suplai sedimen yang seimbang, laut tetap dangkal dan nyaman untuk berbagai makhluk hidup. Dengan demikian, suatu formasi yang mengandung fosil dan cukup tebal ketika terangkat sehingga mampu menahan penggerusan. Proses kedua ini disebut subsiden. Saya yakin bahwa hampir semua formasi purba kita yang dalam seluruh ketebalannya yang besar itu kaya akan fosil terbentuk selama proses yang kedua ini. semenjak pandangan saya mengenai topik ini dipublikasikan pada tahun 1845, saya telah mengamati kemajuan geologi, dan terkejut setelah menemukan fakta bahwa penulis demi penulis, dalam membahas formasi-formasi besar di sana-sini, sampai pada kesimpulan bahwa formasi-formasi itu terakumulasi sesuai dengan proses yang kedua. Perlu saya tambahkan bahwa satu-satunya formasi tersier purba di pantai barat Amerika Selatan yang cukup besar untuk menahan degradasi yang kini sedang dialaminya namun sulit untuk bertahan dalam masa geologi yang lama, terbentuk selama masa goyangan lapisan ke bawah sehingga memiliki ketebalan yang sangat lumayan.
Semua fakta geologi mengungkapkan kepada kita bahwa tiap area telah mengalami goyangan-goyangan lapisan yang sangat sering meskipun pelan. Dan tampaknya goyangan-goyangan ini mempengaruhi daerah yang luas. Akibatnya, formasi-formasi yang banyak mengandung fosil dan cukup tebal secara ekstensif untuk menahan degradasi yang berikutnya, akan terbentuk di tempat yang luas selama periode subsiden ini, namun hanya jika suplai sedimennya cukup untuk mempertahankan kedalaman laut dan menyimpan sisa-sisa organisme sebelum hancur. Pada sisi lain, selama dasaran laut dalam keadaan tetap diam, endapan yang tebal tak dapat berkumpul di bagian-bagian dangkal yang justru sangat cocok untuk makhluk hidup.
Ulasan-ulasan tadi terutama untuk membahas endapan-endapan di daerah pesisir dan sub pesisir. Dalam kasus di lautan dangkal yang luas, sebagaimana pada bagian yang luas di kepulauan Malaya, yang kedalamannya bervariasi mulai dari 30 atau 40 sampai 60 depa, formasi yang luas mungkin terbentuk dalam suatu periode elevasi, dengan demikian tidak mengalami penggerusan yang eksesif selama proses pelengkungan yang perlahan itu. Akan tetapi, ketebalan formasi itu tidak dapat menjadi besar oleh karena gerakan ke atas akibat pengangkatan tadi lebih kecil daripada kedalaman yang dibentuknya. Selain itu, endapan tersebut juga tidak terkonsolidasi serta terlapisi dengan formasi-formasi berikutnya sehingga mudah sekali mengalami degradasi atmosferik dan pengaruh aktivitas laut yang ditimbulkan oleh goyangan-goyangan. Meskipun demikian, Hopkins berpendapat bila ada suatu area yang naik ke atas dan sebelum mengalami penggerusan turun lagi, maka endapan-endapan yang menumpuk selama terjadinya kenaikan tadi, sekalipun tidak tebal dapat terlindung berkat adanya lapisan-lapisan endapan baru di atasnya sehingga formasi ini bisa awet untuk waktu yang lama.
Hopkins juga menyatakan keyakinannya bahwa hamparan lapisan sedimen yang tergelar secara horisontal telah rusak sama sekali. Akan tetapi semua ahli geologi, kecuali beberapa orang yang percaya bahwa batuan-batuan metamor dan plutorik yang ada sekarang ini dulunya adalah bagian yang membentuk inti bumi, akan mengakui bahwa batuan-batuan yang terakhir ini telah terkupas dari pelapisnya karena hampir tidak mungkin batu-batu tadi dapat menjadi solid dan mengkristal tatkala terkupas. Namun, jika aktivitas metamorfosis ini terjadi di kedalaman laut, lapisan pembungkus batu-batu ini tidaklah sangat tebal. Dengan mempercayai bahwa gneiss, micaschist, granitte, georite, dan sebagainya, pernah mengalami pengelupas-an, lalu bagaimana kita mesti menjawab akan adanya area-area yang luas dan gundul yang terdiri dari batu-batu itu di banyak tempat di muka bumi ini selain dengan mempercayai bahwa dulunya tempat-tempat itu pernah mengalami penggerussan pada seluruh lapisannya. Adanya area yang sangat luas itu tak dapat diragukan; wilayah batu granit di Parime oleh Humboldt digambarkan seluas 19 kali wilayah Swiss. Amazon selatan, Boue diwarnai oleh suatu area bebatuan seperti ini sebagaimana di Spanyol, Perancis, Italia, sebagian Jerman dan kepulauan Inggris. Wilayah ini belum dieksplorasi dengan cermat, namun dari berbagai kesaksian para pelancong, wilayah batu granit ini sangatlah luas. Maka, Von Eschwege menjelaskan bagian yarg detil dari batu-batu ini, yang membentang dari Rio de Janeiro sejauh 260 mil ke pedalaman garis lurus. Dan saya pun melancong sejauh 150 mil pada arah lain, dan hanya melihat bebatuan saja. Beragam spesimen yang terkumpul sepanjang pantai dekat Rio de Janeiro sampai mulut Klata, sepanjang 1.100 mil, telah saya periksa dan semuanya termasuk dalam kelompok ini. Di daratan, sepanjang tepi sungai Plata, saya melihat, selain hamparan-hamparan tersier modern, hanya satu petak kecil tanah saja yang terdiri dari batuan metamor yang mungkin satu-satunya yang pernah membentuk pelapis orisinal rangkaian batu granit. Dengan menengok ke daerah yang sangat terkenal, yaitu Amerika Serikat dan Kanada, sebagai-mana terpampang dalam peta cantik Prof. H. D. Rogers, saya memperkirakan bahwa di wilayah itu terdapat batuan-batuan metamor dan granit dalam jumlah yang sangat banyak dengan perbandingan 19 : 12,5 (tidak termasuk batuan semi metamor), seluruhnya merupakan formasi palaezoik yang lebih baru. Di banyak tempat batuan-batuan metamor dan granit ini dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih besar lagi daripada yang tampak, jika seluruh hamparan sedimen disibak. Meskipun demikian, ada kemungkinan bahwa di beberapa tempat di bumi ini terdapat penggerusan total sehingga tidak menyisakan fosil sama sekali.
Di sini ada satu hal yang penting untuk diperhatikan. Pada periode-periode di mana terjadi proses elevasi di area tanah dan tebing-tebing laut sebelahnya akan terangkat, dan tempat-tempat baru pun terbentuk โ dengan segala suasana yang nyaman, sebagaimana disebutkan sebelumnya, untuk munculnya kehadiran varietas-varietas dan spesies-spesies baru. Namun pada periode-periode ini umumnya terjadi kekosongan rekaman geologi. Sedangkan di sisi lain, pada masa subsiden, tempat-tempat yang dapat dihuni beserta para penghuninya berkurang jumlahnya (kecuali di pantai-pantai benua yang mula-mula pecah menjadi kepulauan) dan konsekuensinya, selama periode subsiden ini โ sekalipun banyak terjadi kepunahan โ hanya sedikit saja varietas-varietas dan spesies-spesies baru yang terbentuk. Dan pada periode subsiden inilah terbentuk endapan-endapan yang kaya akan fosil.
Tidak Adanya Varietas-varietas Antara pada Suatu Formasi
Dari sekian banyak pemikiran ini tak diragukan lagi bahwa rekaman geologi โ dilihat secara keseluruhan โ memang tidak sempurna. Namun jika kita batasi perhatian kita hanya pada salah satu formasi saja, rasanya makin sulit dimengerti mengapa di dalamnya kita tidak menemukan adanya varietas di antara dua spesies yang berkerabat yang hidup pada masa permulaan dan menjelang kepunahannya. Banyak kasus yang tercatat menunjukkan adanya spesies yang sama yang menghasilkan varietas-varietas di dalam bagian-bagian lebih tinggi dan lebih rendah dari formasi yang sama: dalam hal ini, Trautschold memberikan sejumlah contoh dengan Ammonites; dan Hilgendort telah menggambarkan sebuah kasus yang s.ingat menarik mengenai 10 bentuk lanjutan dari Planorbis Multiformis di dalam hamparan-hamparan yang berurutan dari sebuah formasi air tawar di Swiss. Sekalipun tiap formasi tentu saja membutuhkan sekian banyak tahun dalam proses pengendapannya, banyak alasan dapat dikemukakan mengapa tiap-tiap formasi tadi secara umum tidak mengandung suatu rangkaian mata rantai di antara dua spesies yang hidup pada masa permulaannya dan menjelang kepunahannya.
Meskipun tiap formasi dapat menandai panjangnya tahun yang ditempuh, akan tetapi kemungkinan masih cukup pendek untuk ukuran periode yang dibutuhkan dalam terjadinya perubahan atas suatu spesies ke spesies lainnya. Saya sadar bahwa dua ahli palaeontologi, yaitu Bronn dan Woodward, telah menyimpulkan bahwa durasi waktu rata-rata bagi tiap formasi adalah dua atau tiga kali lamanya durasi rata-rata makhluk-makhluk. Tapi rasanya sangat sulit bagi saya untuk menerima kesimpulan seperti itu. Tatkala kita menyaksikan ada suatu spesies yang mula-mula muncul di tengah-tengah suatu formasi, agaknya terlalugegabah bila cepat-cepat menduga bahwa spesies tersebut tidak pernah ada sebelumnya di tempat lain. Demikian pula, jika kita menemukan ada spesies yang lenyap sebelum sampai pada lapisan terakhir endapan, juga terlalu ceroboh bila menduganya sudah mengalami kepunahan. Kita melupakan betapa kecilnya luas wilayah Eropa jika dibandingkan dengan seluruh dunia ini. Selain itu juga masih banyak tempat di seluruh Eropa yang berada pada formasi yang sama yang belum dikorelasikan secara akurat.
Untuk amannya, kita dapat menduga bahwa pada berbagai jenis hewan laut pernah terjadi sejumlah besar migrasi akibat iklim dan perubahan lainnya. Dan ketika kita melihat ada suatu spesies yang pertama kali muncul pada suatu formasi, kemungkinannya adalah bahwa spesies tersebut pertama kali bermigrasi ke daerah tersebut. Misalnya, sudah biasa bahwa sekian banyak spesies muncul lebih dulu di hamparan-hamparan palaeozoik Amerika Utara daripada di Eropa, agaknya perlu waktu bagi migrasi mereka dari Amerika ke lautan-lautan Eropa. Berdasarkan pengamatan terhadap endapan-endapan terbaru di banyak tempat di dunia ini, didapati bahwa dari sedikit spesies yang masih hidup saat jni biasa didapati dalam endapan-endapan tersebut, namun telah punah di lautan yang mengelilingi, atau sebaliknya, ada beberapa yang kini jumlahnya sangat banyak di lautan sebelahnya tapi sangat jarang atau tidak ada di endapan ini. ini merupakan pelajaran yang berharga untuk merenungkan kaitan jumlah migrasi makhluk-makhluk penghuni Eropa dalam zaman masa es (glacial), yang merupakan satu bagian dari keseluruhan periode geologi. Demikian pula, perlunya merenungkan perubahan-perubahan tingkat, yaitu pada perubahan ikiim yang ekstrem dan lamanya waktu yang berlalu, semuanya terjadi pada periode es yang sama. Meskipun demikian, masih diragukan apakah di suatu tempat di bumi ini endapan-endapan sedimeri, termasuk sisa-sisa fosilnya, masih terus terbentuk di dalam wilayah yang sama selama keseluruhan periode ini. Misalnya, tidaklah mungkin terjadi penumpukan endapan sedimen di dekat hulu sungai Mississippi dalam periode es ini, di mana dalam kedalaman tertentu, hewan-hewan lautnya sangat melimpah: oleh karena kita tahu bahwa perubahan-perubahan yang besar terjadi di bagian-bagian lain di Amerika pada rentang waktu ini. Ketika hamparan-hamparan ini mengalami proses pengendapan pada air dangkal di dekat hulu sungai Mississippi pada suatu bagian masa dari periode es ini terangkat, sisa-sisa organik yang kemungkinan akan muncul dan tidak muncul pertama berada pada level yang berbeda-beda, karena adanya migrasi spesies dan perubahan-perubahan geografis. Dan pada masa depan, seorang ahli geologi yang melakukan penelitian atas hamparan-hamparan ini, akan tergoda untuk berkesimpulan bahwa durasi rata-rata kehidupan dari rbsil-fosil yang tersimpan lebih pendek daripada periode es, padahal sesungguhnya jauh lebih lama, yaitu bermula dari sebelum masa es hingga ke hari ini.
Agar bisa mendapatkan gradasi yang sempurna dari dua bentuk spesies pada bagian-bagian yang lebih tinggi dan lebih rendah di formasi yang sama, endapan-endapan ini mesti terus terbentuk dalam waktu yang lama dan memberi cukup waktu untuk berjalannya proses modifikasi yang lambat. Endapannya pun juga mesti tebal. Spesies yang mengalami perubahan juga harus hidup di daerah yang sama sepenjang waktu itu. Akan tetapi sudah kita lihat bahwa suatu formasi yang tebal, dengan kandungan fosil di dalamnya, hanya bisa terbentuk pada periode terjadinya proses subsiden. Kenyataannya, keseimbangan yang hampir persis antara suplai sedimen dengan jumlah subsiden barangkali merupakan hal yang langka. Sudah ada beberapa orang ahli palaentologi yang mengamati bahwa endapan-endapan yang sangat tebal biasanya miskin akan sisa-sisa organik, kecuali pada lapisan-lapisan paling atas atau paling bawahnya saja.
Pada sekumpulan formasi pada suatu negara tampaknya tiap formasi yang terpisah mengalami akumulasi yang putus-putus. Kita lihat kasus sering terjadi pada suatu formasi yang tersusun dari hamparan-hamparan mineral yang sangat beraneka rupa. Kita bisa menduga bahwa kemungkinan proses pengendapan ini sedikit banyak mengalami interupsi. Penelitian yang lebih teliti pun tidak akan memberikan infbrmasi kepada kita mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan dalam berjalannya proses pengendapan itu. Banyak contoh yang dapat diberikan mengenai hamparan-hamparan yang tebalnya hanya beberapa kaki saja namun sama dengan formasi-formasi di tempat lain yang tebalnya ribuan kaki dan telah memakan waktu yang sangat lama dalam proses akumulasinya. Meskipun demikian, tak ada orang yang peduli pada fakta ini akan mengira bahwa formasi yang lebih tipis itu terbentuk pada masa yang sangat panjang. Banyak kasus di mana hamparan-hamparan yang lebih rendah dari suatu formasi yang telah terangkat ke permukaan, mengalami penggerusan terbenam, dan selanjutnya tertimbun lagi oleh hamparan-hamparan yang lebih atas dari formasi yang sama. Fakta menunjukkan, sekalipun begitu mudahnya lepas dari pengamatan, betapa panjangnya interval waktu dalam proses akumulasi ini. Pada kasus-kasus lainnya, kita punya bukti ymg paling sederhana pada fosil-fosil pohon besar, yang masih berada pada posisi sebagaimana ketika masih tumbuh dulu, mengenai banyaknya lama interval waktu dan perubahan-perubahan tingkatan selama proses pengendapan, yang takkan terduga seandainya pohon-pohon ini tidak terawetkan. Demikianlah Sir C. Lyell dan Dr. Dawson menemukan hamparan-hamparan karbon setebal 1.400 kaki di Nova Scotia, yang tersusun dari lapisan-lapisan purba yang menyimpan akar-akaran, bersusun-susun tidak kurang dari 68 tingkatan yang berbeda. Dengan demikian, ketika spesies yang sama terdapat pada dasar, tengah-tengah, dan puncak dari suatu formasi, kemungkinannya adalah bahwa spesies itu tidak hidup di tempat selama seluruh periode pengendapan. Akan tetapi ia menghilang kemudian muncul lagi, barangkali berkali-kali, selama periode geologi yang sama. Konsekuensinya, jika spesies tadi mengalami modifikasi yang cukup banyak selama terjadinya proses pengendapan pada suatu formasi geologi, suatu tempat tidak akan mengandung seluruh gradasi antara yang mestinya ada menurut teori kita, namun terjadi perubahan bentuk yang tiba-tiba, meskipun mungkin sedikit.
Perlu diingat bahwa para naturalis tidak memiliki kaidah kencana untuk membedakan antara spesies dengan varietas, mereka mentolerir bahwa beberapa variasi masih masuk dalam suatu spesies. Namun bila mereka menemukan adanya suatu perbedaan yang lumayan besar di antara dua makhluk, mereka menggolongkan keduanya sebagai spesies yang berbeda, kecuali jika mereka dapat menghubungkan keduanya dengan gradasi-gradasi antara yang terdekat. Dengan alasan-alasan inilah kita tidak dapat berharap banyak pada suatu bagian geologi. Anggap saja misalnya B dan C adalah dua spesies, dan yang ketiga, A, ditemukan di dalam hamparan yang lebih bawah dan lebih tua, Sekalipun A jelas-jelas mengantarai antara B dan C, ia secara mudah langsung digolongkan sebagai spesies ketiga yang khas, kecuali jika pada saat yang sama ia dapat dihubungkan dengan varietas-varietas antara yang dekat dari salah satu atau kedua spesies tadi. Atau, mestinya jangan pula dilupakan bahwa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa A bisa saja merupakan leluhur dari B dan C, dan ia tidak perlu langsung mengantarai keduanya dalam segala hal. Dengan demikian kita dapat menemukan spesies induk dan sekian banyak modifikasi keturunannya dari hamparan-hamparan yang lebih bawah dan lebih atas dari satu formasi yang sama, dan jika kita tidak mendapatkan sejumlah gradasi transisi, bisa jadi kita tidak akan mengenali hubungan kekerabatan mereka sehingga kita akan menggolongkannya begitu saja sebagai suatu spesies yang khas.
Para ahli palaentologi menemukan spesies-spesies mereka dengan perbedaan-perbedaan yang sangat sedikit ini, apalagi kalau mereka menemukan spesimen-spesimen pada lapisan-lapisan yang berbeda dari satu formasi yang sama. Beberapa ahli conchologi yang berpengalaman memasukkan spesies-spesies temuan D’Prbigny dan yang lainnya ke dalam kelompok varietas. Dengan pandangan inilah kita baru bisa mendapatkan bukti bahwa telah terjadi perubahan sebagaimana mestinya, yang kita peroleh berdasarkan teori. Perhatikan lagi pada endapan tertier yang berikutnya, di mana di dalamnya terkandung cangkang-cangkang yang oleh kebanyakan naturalis dianggap identik dengan makhluk yang hidup pada saat ini. Berdasarkan anggapan bahwa para naturalis terkemuka tadi tidak disesatkan oleh imajinasi mereka, dan bahwa spesies tersier yang terakhir ini sama sekali tidak menunjukkan adanya perbedaan apa pun dari yang hidup pada saat ini yang menyerupainya, atau jika kita menolak pandangan sebagian besar naturalis bahwa spesies tersier ini memang benar-benar khas. Jika kita perhatikan pada interval waktu yang agak lebih luas lagi, yaitu pada lapisan-lapisan tertentu tapi berurutan pada formasi besar yang sama, kita temukan bahwa fosil-fbsil yang tersimpan di dalamnya โ sekalipun secara umum digolongkan memiliki perbedaan yang khas โ jauh lebih dekat lagi hubungan kekerabatannya satu sama lain dibandingkan spesies-spesies yang ditemukan pada fbrmasi-formasi yang lebih terpisah-pisah lagi. Maka di sini, sekali lagi kita temukan bukti yang tidak meragukan akan adanya perubahan sesuai dengan teori tentang pokok pembahasan yang terakhir ini akan saya ulas pada bab berikutnya.
Sebagaimana telah kita lihat sebelumnya, untuk hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berkembang biak dengan cepat serta tidak terlalu banyak mengembara, bisa diduga kuat bahwa pada umumnya varietas-varietas yang mereka hasilkan bersifat lokal. Dan varietas-varietas lokal seperti ini tidak menyebar dengan luas dan menggantikan posisi induknya sehingga mereka mengalami modifikasi secara sempurna pada suatu derajat tertentu. Menurut pandangan ini, peluang untuk menemukan adanya tahap-tahap awal transisi antara dua makhluk pada suatu formasi di suatu negara adalah kecil. Sebabnya, perubahan yang terjadi secara berurutan bersifat lokal pada suatu tempat saja. Sebagian besar hewan laut memiliki jarak yang luas. Dan pada tumbuhan ada yang memiliki jarak yang paling luas sehingga sering menghasilkan varietas. Sedangkan pada hewan-hewan laut dan hewan-hewan bercangkang lainnya, jarak yang terpanjang jauh melampaui batas-batas formasi geologi Eropa, sering mengยญhasilkan varietas-varietas lokal pada awalnya dan spesies-spesies baru pada akhirnya. Sekali lagi, hal ini pun semakin memperkecil peluang kita untuk dapat melacak tahapan-tahapan transisi pada suatu formasi geologi.
Merupakan suatu pertimbangan yang lebih penting sebagaimana ditandaskan oleh Dr. Falconer โ yang mengarah pada kesimpulan yang sama โbahwa periode yang di dalamnya suatu spesies mengalami modifikasi sekalipun memakan waktu lama bila diukur dengan tahun, bisa jadi pendek bila dibandingkan dengan masa di mana ia tetap dalam keadaan belum berubah. Hendaknya jangan dilupakan bahwa pada saat ini, dengan lengkapnya spesimen-spesimen yang bisa diteliti, dua makhluk jarang yang bisa dihubungkan sebagai spesies yang sama sampai dapat dikumpulkan banyak spesimen dari banyak tempat. Terhadap fosil spesies, hal ini jarang dapat dilakukan. Paling-paling yang dapat kita lakukan hanyalah merasakan ketidakberdayaan kita dalam menghubungkan mata rantai-mata rantai fosil yang sekian banyak itu dengan bertanya pada diri sendiri akarakah para ahli geologi pada masa depan sanggup membuktikan bahwa hewan-hewan ternak, domba, kuda, dan anjing yang kita miliki merupakan keturunan dari satu leluhur, ataukah dari sekian banyak leluhur asli. Atau, apakah kerang-kerang laut tertentu yang mendiami pantai-pantai Amerika Utara, yang oleh beberapa ahli Conchologi digolongkan sebagai suatu spesies yang khas dari kerabatnya yang ada di Eropa, sementara oleh sebagian ahli Conchologi lain dianggap hanya sekadar varietas, benar-benar hanyalah varietas ataukah memang spesies yang khas. Hal ini hanya dapat diungkap oleh para ahli geologi masa depan hanya dengan cara melakukan penemuan-penemuan fosil yang menunjukkan adanya gradasi-gradasi antara. Dan tingkat keberhasilannya mustahil mencapai derajat yang tinggi.
Para penulis yang memegang keyakinan akan adanya imutabilitas (keadaan anti perubahan) spesies berkali-kali menyatakan bahwa ahli geologi tidak menghasilkan makhluk-makhluk yang bertalian. Pernyataan ini, sebagaimana akan kita lihat pada bab berikut, sangatlah keliru. Sebagaimana perkataan Sir J. Lub-bock, “Setiap spesies merupakan mata rantai dari makhluk-makhluk berkerabat lainnya.” Jika kita ambil satu genus yang berisi beberapa spesies, baik yang masih ada maupun yang sudah punah, kemudian merusak empat perlimanya, tak ada yang meragukan yang tersisa karena semakin kelihatan bedanya satu sama lain. Jika makhluk-makhluk yang ekstrem dimusnahkan dalam suatu genus, maka genus itu sendiri akan makin tampak beda dengan genera kerabatnya yang lain. Hal yang masih belum diungkap oleh riset geologi adalah bentuk awal dari beberapa gradasi yang tak terbatas ini, sebagaimana varietas-varietas yang hidup saat ini mengaitkan secara bersamaan dengan hampir semua spesies yang hidup dan telah punah. Tapi agaknya hal ini tidak diharapkan, karena sudah berkali-kali diajukan keberatan yang sangat serius terhadap pandangan saya ini.
Barangkali lebih berharga untuk meringkas pernyataan-pernyataan mengenai penyebab ketidaklengkapan rekaman geologi ini di dalam ilustrasi imajiner. Kepulauan Malaya ukurannya hampir sama dengan Eropa dari North Cape sampai Mediterania dan dari Inggris ke Rusia. Dengan demikian menyamai semua formasi geologi yang telah diteliti dengan akurat, kecuali wilayah Amerika Serikat. Saya sangat sependapat dengan Godwin-Austen bahwa kondisi Kepulauan Malaya sekarang ini dengan pulau-pulau besarnya yang terpisahkan oleh lautan luas dan dangkal kemungkinan menyerupai keadaan Eropa awal tatkala formasi kita sedang berakumulasi. Kepulauan Malaya merupakan salah satu daerah yang banyak mengandung makhluk organik. Andaikata seluruh spesies yang pernah hidup di sana dikumpulkan, betapa tidak sempurnanya sejarah alam yang mereka tampilkan.
Kita memiliki semua alasan untuk percaya bahwa makhluk-makhluk dari kepulauan itu tidak tersimpan secara sempurna di dalam formasi-fbrmasi yang kita perkirakan berakumulasi. Tidak banyak hewan-hewan yang hidup di pantai, ataupun yang hidup di bebatuan karang bawah laut yang akan tersimpan. Scdangkan yang tersimpan di dalam kerikil-kerikil dan pasir pun tidak akan dapat bertahan untuk waktu yang lama. Di tempat endapan sedimen tidak berakumulasi pada hamparan dasar laut, atau di tempat endapan ini tidak mencapai tingkat yang cukup guna melindungi jasad-jasad organik dari kerusakan maka tak akan ada sisa-sisa yang tersimpan.
Formasi-formasi sangat kaya akan berbagai jenis fosil โ dan ketebalan yang cukup bertahan dalam waktu yang lama sebagai-mana formasi sekunder pada masa lalu โ umumnya terbentuk di kepulauan hanya pada periode subsiden. Periode-periode subsiden ini akan terpisah satu sama lain oleh munculnya interval waktu, di mana pada masa ini daerah tersebut tetap dalam keadaan diam atau mengalami pengangkatan. Ketika sedang terjadi proses pengangkatan, formasi-formasi yang mengandung fosil di pantai-pantai yang lebih terjal akan hancur โ dengan kecepatan yang hampir sama dengan proses akumulasinya โ oleh aktivitas pantai yang tiada henti sebagai-mana bisa kita Uhat sekarang di pantai-pantai Amerika Selatan. Bahkan di seluruh lautan yang luas dan dangkal di kepulauan ini, hamparan-hamparan sedimen sangat sulit berakumulasi sampai tebal sekali selama masa elevasi tersebut, ataupun terbungkus dan terlindung oleh endapan-endapan berikutnya sehingga punya peluang untuk bertahan sampai waktu yang lama ke masa depan. Selama periode subsiden, barangkali banyak makhluk hidup yang punah; selama periode elevasi kemungkinan banyak timbul variasi, namun rekaman geologi pada saat itu kurang sempurna.
Bisa diragukan apakah durasi dari suatu periode subsiden yang lama atas keseluruhan ataupun sebagian kepulauan ini, beserta akumulasi sedimen pada zaman sekarang akan melampaui durasi rata-rata dari makhluk-makhluk khas yang sama; dan kemungkinan-kemungkinan ini ada dalam rangka untuk menyimpan semua gradasi transisi antara dua spesies atau lebih. Jika gradasi-gradasi ini tidak sepenuhnya tersimpan, maka varietas-varietas transisi yang muncul tampak baru sama sekali, padahal mereka adalah spesies-spesies yang berkerabat dekat. Juga dapat terjadi kemungkinan bahwa tiap periode subsiden yang lama itu akan terputus oleh goyangan-goyangan permukaan. Sedikit perubahan iklim ikut mempengaruhi periode-periode panjang tersebut. Dalam kasus-kasus ini, para penghuni kepulauan tersebut akan bermigrasi, dan tak ada rekaman mengenai modinkasi mereka yang berurutan dengan ketat yang dapat tersimpan dalam salah satu formasi.
Sangat banyak penghuni laut dari kepulauan ini yang hidupnya berjarak ribuan mil dari wilayah asalnya. Secara analogi, hal ini mengarah pada pemikiran bahwa spesies-spesies yang kini tinggal di tempat yang jauh, sekalipun hanya beberapa di antaranya saja, yang paling sering menghasilkan varietas-varietas baru. Varietas-varietas ini pada mulanya bersifat lokal atau terbatas pada tempat tertentu. Namun bila dianggap perlu, atau tatkala mengalami perkembangan yang lebih jauh, mereka akan menyebar secara perlahan dan menggantikan leluhurnya. Ketika varietas ini kembali ke tempat asal mula mereka โ dengan keadaan yang sudah berbeda dari bentuknya semula, sekalipun hanya sedikit saja, dan mereka kemudian ditemukan di dalam lapisan yang agak berbeda sedikit pada formasi yang sama, maka menurut prinsip-prinsip yang diikuti oleh banyak ahli palaeontologi, mereka akan digolongkan ke dalam spesies yang khas dan baru.
Jika kemudian terdapat sepercik kebenaran pada pernyataan ini, kita tak bisa berharap bahwa di dalam formasi-formasi geologi kita akan ditemukan makhluk-makhluk transisi dalam jumlah tak terbatas yang menurut teori kita menghubungkan semua spesies masa lalu dan masa kini dari kelompok yang sama ke dalam satu rantai kehidupan yang panjang dan bercabang-cabang. Kita mestinya melihat pada beberapa mata rantai dan ini pun sudah menjamin bahwa kita menemukan kaitannya satu sama lain, yang sebagian lebih jauh, dan sebagian lebih dekat. Dan mata rantai-mata rantai ini, sekalipun sangat dekat, bila ditemukan pada lapisan-lapisan yang berbeda pada suatu formasi yang sama oleh para ahli palaentologi akan digolongkan sebagai spesies yang khas. Tapi saya tidak merasa pelu mencurigai betapa miskinnya rekaman yang tersimpan dalam bagian-bagian geologi โ jika saja mata rantai-mata rantai transisi yang demikian banyak menghubungkan dua spesies pada masa awalnya dan masa menjelang kepunahannya pada tiap formasi bisa ditemukan sangat menekankan pada teori saya.
Munculnya Sekelompok Spesies secara Tiba-tiba
Munculnya sekelompok spesies secara tiba-tiba pada suatu formasi, oleh beberapa ahli Palaentologi seperti Agassiz, Pictet, dan Sedgwick dianggap sebagai suatu hal yang sangat tidak mungkin diterima bagi keyakinan mengenai transmutasi spesies. Jika sejumlah spesies yang berasal dari sejumlah genus dan famili yang sama memulai kehidupannya secara serentak, fakta ini akan menjadi fatal bagi teori evolusi melalui seleksi alam karena perkembangan sekelompok makhluk menurut cara ini โ yang semuanya berasal dari satu nenek moyang โ haruslah merupakan suatu proses yang sangat lambat, dan leluhur ini harus hidup jauh sebelum hidupnya keturunan-keturunannya yang mengalami modifikasi. Tapi kita senantiasa melebih-lebihkan kesempurnaan rekaman geologi. Secara keliru kita menduga bahwa genera atau famili-famili tertentu tidak hidup sebelum lapisan tertentu hanya karena mereka tidak ditemukan di bawah lapisan itu. Dalam semua kasus, bukti palaentologi secara implisit positif dapat dipercaya, sedangkan bukti negatif sama sekali tak berharga sebagaimana telah sering ditunjukkan oleh pengalaman. Kita senantiasa lupa betapa luasnya bumi ini bila dibandingkan dengan area formasi geologi kita yang telah diteliti dengan cermat. Kita lupa bahwa kelompok spesies-spesies itu bisa saja sudah ada sejak lama di suatu tempat, dan telah berkembang biak secara perlahan sebelum menyerbu kepulauan-kepulauan purba Eropa dan Amerika Serikat. Kita tidak memperhitungkan interval waktu yang terjadi di antara dua formasi yang berurutan, dalam banyak kasus bisa jadi lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan untuk akumulasi dari tiap formasi. Interval-interval ini memberi waktu bagi perkembangbiakan spesies dari suatu nenek moyang. Dan pada formasi berikutnya, kelompok-kelompok ini atau spesies-spesies tadi akan terlihat seoleh-olah tercipta secara mendadak. Di sini saya dapat mengingat sebuah pernyatan yang sebelumnya bahwa diperlukan waktu panjang berabad-abad bagi organisme untuk beradaptasi menjadi makhluk yang baru dan aneh, misalnya terbang di udara. Konsekuensinya, makhluk-makhluk transisi itu hanya hidup di suatu daerah saja dalam waktu yang lama. Tapi ketika adaptasi ini telah berpengaruh, dan ada beberapa spesies yang dapat memperoleh manfaat yang sangat besar atas organisme lainnya, maka waktu yang singkat diperlukan untuk menghasilkan banyak bentuk-bentuk yang menyebar dengan cepat dan meluas ke seluruh dunia. Profesor Pictet dalam tinjauannya yang sangat menarik dalam usaha ini berkomentar mengenai makhluk-makhluk transisi permulaan dengan mengambil contoh burung. la tidak melihat adanya manfaat dari modifikasi berurutan pada anggota-anggota tubuh bagian depan suatu prototipe. Cobalah perhatikan burung-burung penguin di Laut Selatan, bukankah bentuk tubuh dari burung-burung ini merupakan keadaan antara dari “bukan tangan dan bukan sayap”? Meskipun demikian, burung-burung ini berhasil mempertahankan posisinya dalam perjuangan hidup ini karena mereka tetap bertahan hidup dalam jumlah yang sangat banyak dan beragam jenis. Agaknya, di sini kita tidak melihat tingkatan-tingkatan transisi menuju hilangnya sayap-sayap burung ini. Tapi kesulitan yang istimewa di sini adalah untuk mempercayai bahwa hal ini akan menguntungkan bagi keturunan penguin, pertama-tama punya kemampuan mengepakkan sayap seperti bebek di permukaan laut, dan akhirnya meluncur terbang di udara.
Sekarang saya akan memberikan beberapa contoh guna memberi gambaran dari pernyataan-pernyataan tadi dan sekaligus menunjukkan betapa kita jatuh dalam kesalahan bila mengira bahwa seluruh kelompok spesies diproduksi secara mendadak. Bahkan dalam karya besar Pictet mengenai Palaeontology yang selisih waktu terbitnya sangat lama, yaitu edisi I 1844-46 dan edisi II 1853-57, kesimpulan-kesimpulan mengenai kemunculan pertama dan menghilangnya sekian banyak kelompok spesies telah banyak mengalami perubahan; dan pada edisi ketiga saya rasa masih perlu diubah lebih jauh. Saya ingat fakta yang sangat terkenal bahwa dalam risalah-risalah geologi yang diterbitkan belum lama ini, mamalia disebutkan selalu muncul pada awal rentetan tersier. Dan kini, salah satu akumulasi fosil mamalia yang paling kaya dikenal berasal dari rentetan sekunder; dan mamalia sejati telah ditemukan pada batu pasir merah pada awal rentetan yang besar ini. Cuvier menyatakan bahwa tidak ada kera pada lapisan tersier mana pun. Akan tetapi spesies yang telah punah ditemukan di India, Amerika Selatan, dan Eropa, jauh ke belakang ke masa miocene. Jika saja tidak ditemukan jejak-jejak kaki di batu pasir Amerika Serikat, siapa yang berani mengatakan bahwa tidak kurang dari 30 hewan seperti burung, sebagian berukuran raksasa, pernah hidup selama periode itu? Tidak ada serpihan tulang pernah ditemukan pada hamparan-hamparan ini. Belum lama ini, para ahli palaeontologi berpandangan bahwa seluruh kelas burung muncul secara tiba-tiba pada periode eocene. Tetapi berkat Profesor Owen, kini kita mengetahui bahwa seekor burung hidup pada masa pengendapan pasir hijau yang paling atas. Dan masih baru-baru ini, seekor burung aneh, Archeopteryz, dengan ekor panjangnya yang seperti buntut kadal, dengan sepasang sayap yang bercakar, telah ditemukan di lapisan Oolitie Solentufen. Hampir tak ada penemuan terbaru yang lebih kuat daripada ini, betapa sedikitnya yang kita ketahui sampai sekarang tentang para penghuni bumi yang awal.
Saya akan memberi contoh lain yang terjadi di depan mata saya sendiri dan mencengangkan. Dalam tulisan mengenai Fosil Sessille Cirripedes, saya menyebutkan bahwa dari sekian banyak spesies tersier yang masih hidup dan telah punah; dari sekian banyak individu yang berasal dari sekian banyak spesies di seluruh dunia ini, dari wilayah Arctic sampai khatulistiwa yang menghuni berbagai zona kedalaman dari atas pemukaan air pasang hingga 50 depa; dari spesimen-spesimen yang tersimpan dengan baik pada hamparan-hamparan tersier yang paling tua; dan di mana secara mudah hanya dari serpihan katup saja sudah bisa dikenal; dari semua keadaan ini saya menduga bahwa seandainya sessile cirripedes hidup selama periode sekunder, tentulah mereka telah tersimpan dan ditemukan; dan oleh karena tak ada satu spesies pun telah ditemukan dalam hamparan-hamparan pada abad ini, saya berkesimpulan bahwa kelompok yang sangat besar ini berkembang secara mendadak pada awal rangkaian tersier. Ini merupakan satu kesulitan yang sangat berat bagi saya bahwa ada lagi satu contoh kemunculan sekelompok besar spesies secara mendadak. Tapi karya saya ini sulit sekali dipublikasikan ketika seorang ahli palaentologi, Bosquet, mengirimi saya sketsa dari sebuah spesimen yang sempurna yang tidak salah lagi adalah sissille cirripede, yang oleh dia sendiri diambil dari batuan kapur di Belgia. Dan yang lebih menggemparkan lagi, cirripede ini ternyata Chthamalus, yang genus yang sangat umum dan terdapat di mana-mana, dan tak ada satu pun spesiesnya yang ditemukan pada suatu lapisan tersier mana pun. Selain itu, baru-baru ini juga ditemukan Pyrgoma, anggota sub-famili khusus dari sissille cirripedes, oleh Woodward di lapisan kapur yang lebih atas. Sehingga kini memiliki bukti yang melimpah mengenai keberadaan kelompok binatang ini selama periode sekunder.
Kasus yang paling sering dijadikan alasan kuat mengenai kemunculan secara mendadak seluruh kelompok spesies aoalah ikan teleosten, yang menurut Agassiz ada pada zaman kapur. Kelompok ini termasuk mayoritas besar spesies yang masih hidup. Tetapi beberapa makhluk Jurassic dan Triassic kini.secara umum juga dianggap sebagai teleosten. Bahkan beberapa makhluk palaeozoic juga telah digolongkan dalam satu otoritas tinggi. Jika teleosten-teleosten ini benar-benar muncul secara tiba-tiba di bagian bumi utara secara tiba-tiba pada permulaan formasi kapur, fakta ini tentu sangat luar biasa. Namun hal ini tidaklah terlalu sulit, kecuali bila dapat ditunjukkan bahwa pada periode yang sama spesies ini berkembang secara tiba-tiba dan berkesinambungan di bagian-bagian lain dunia ini. Agak berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa hampir tak ada fosil ikan yang diketahui dari bagain selatan khatulistiwa. Dengan menjelajahi Palaeontologi Pictet akan tampak bahwa sangat sedikit saja spesies yang diketahui berasal dari sekian banyak formasi di Eropa. Saat ini, beberapa famili ikan memiliki jarak yang terbatas. Ikan-ikan teleosten pun dulunya juga memiliki jarak yang terbatas, dan setelah mengalami perkembangan yang pesat di suatu lautan akhirnya menyebar secara luas. Kita juga tidak bisa menganggap bahwa lautan-lautan di dunia ini selalu terbuka bebas dari utara ke selatan seperti saat ini. Bahkan seandainya hari ini Kepulauan Malaya berubah menjadi daratan, maka bagian-bagian tropis Samudra Hindia akan membentuk sebuah basin yang luas dan tertutup/terisolir sempurna, di mana hewan-hewan laut yang ada di dalamnya dalam kelompok yang sangat besar akan berkembang. Dan mereka tetap akan terisolir di daerah ini saja, sampai akhirnya ada beberapa spesies yang beradaptasi dengan ikiim yang lebih dingin, kemudian mampu berkembang biak sampai ke tanjung-tanjung selatan Afrika atau Australia, sampai akhirnya mencapai lautan yang lebih jauh lagi.
dengan pertimbangan-pertimbangan inilah, dengan keawaman kita mengenai geologi di negeri-negeri lainnya selain Eropa dan Amerika Serikat, dengan revolusi pengetahuan geologi kita, berkat adanya penemuan-penemuan baru pada tahuan-tahun terakhir ini, maka bagi saya tampaknya sangat gegabah untuk melakukan dogmatisasi mengenai peralihan makhluk-makhluk organik di seluruh dunia. Seperti seorang naturalis yang mendarat selama lima menit di sebuah tempat yang gundul di Australia kemudian ia membahas mengenai jumlah dan rentang makhluk-makhluknya.
Munculnya Sekelompok Spesies secara Tiba-tiba pada Lapisan Daerah Berfosil yang Paling Dangkal
Masih terdapat kesulitan lain yang masih bahkan lebih serius. Yang saya singgung adalah mengenai spesies-spesies yang berasal dari sekian banyak divisi utama kerajaan hewan yang secara tiba-tiba muncul di bebatuan berfosil terendah yang diketahui selama ini. sebagian besar argumen yang meyakinkan saya bahwa semua spesies yang hidup saat ini dan berasal dari kelompok yang sama adalah keturunan dari satu nenek moyang, cocok dengan spesies paling awal yang diketahui. Sebagai contoh, tidak diragukan lagi bahwa semua Trilobite Cambrian dan Silurian berasal dari satu nenek moyang Crustacea yang sama, yang hidupnya jauh sebelum masa Cambrian, dan kemungkinan sudah memiliki perbedaan yang sangat besar dengan binatang apa pun yang sudah dikenal. Sebagian dari binatang yang paling purba, seperti Nauยญtilus, Lingula, dan sebagainya, tidak berbeda banyak dengan spesies yang hidup pada saat ini. Berdasarkan teori kami, hal ini tidak bisa dianggap bahwa spesies purba ini berasal dari kelompok yang sama yang muncul lagi berikutnya karena dalam hal apa pun mereka tidak memiliki karakter yang mengantarai.
Konsekuensinya, jika teori ini benar, tak dapat dibantah lagi bahwa sebelum lapisan Cambrian yang paling bawah mengendap, telah berjalan suatu periode yang panjang, selama atau bisa jadi lebih lama dari seluruh interval waktu semenjak zaman Camยญbrian hingga saat ini, dan pada masa yang sangat lama inilah bumi ini dipenuhi oleh makhluk-makhluk hidup. Di sini kita menjumpai masalah yang sangat mengganjal, karena rasanya mana mungkin bumi ini dalam suasana yang nyaman untuk dihuni makhluk hidup, cukup memiliki waktu selama itu. Sir W. Thompson berkesimpulan bahwa konsolidasi kerak bumi hampir tak mungkin terjadi kurang dari 20 atau lebih dari 400 juta tahun yang lalu, tapi kemungkinan tidak kurang dari 98 atau lebih dari 200 juta tahun. Batas-batas yang sangat lebar ini menunjukkan betapa meragukannya data-data tersebut. Dan unsur yang lain, dengan demikian juga bisa dipermasalahkan. Croll memperkirakan bahwa telah berlalu masa 60 juta tahun semenjak periode Cambrian. Namun hal ini, bila ditilik dari betapa sedikitnya perubahan organik yang terjadi semenjak permulaan masa glacial, memperlihatkan waktu yang sangat singkat bagi terjadinya sekian banyak mutasi kehidupan yang tentunya sudah terjadi sejak formasi Cambrian. Dan masa selama 140 juta tahun sebelumnya hampir tidak cukup bagi perkembangan berbagai makhluk-makhluk hidup yang sudah ada pada periode Cambrian. Meskipun demikian, sebagaimana ditegaskan Sir William Thompson, bisa jadi bumi ini pada periodenya yang paling awal mengalami perubahan-perubahan yang lebih cepat dan dahsyat pada kondisi-kondisi fisiknya dibandingkan dengan yang sedang terjadi sekarang. Dan perubahan-perubahan ini bisa mempengaruhi perubahan-perubahan pada organisme-organisrne yang ada dengan tingkat yang berhubungan. Mengenai pertanyaan yang timbul mengapa kita tidak menemukan endapan-endapan yang kaya akan fosil dari periode-periode yang dianggap paling awal sebelum sampai pada Cambrian sistem, saya tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan. Beberapa ahli geologi terkemuka, dipimpin oleh Sir R. Murchison, sampai sekarang masih yakin bahwa kita telah melihat sisa-sisa organik dari lapisan Silurian yang paling bawah pada awal mula kehidupan ini, penilaian-penilaian yang sangat kompeten lainnya, seperti Lyell dan E. Forbes, telah membantah kesimpulan ini. Kita seyogyanya jangan melupakan bahwa hanya sebagian kecil saja dari bumi ini yang telah dikenali secara akurat. Belum lama ini, Barrande menambahkan lapisan lain yang lebih rendah, penuh dengan spesies baru dan aneh, yang kemudian dikenal sebagai sistem Silurian. Dan kini, masih lebih dalam lagi dari formasi Cambrian yang lebih rendah, Hicks telah menemukan hamparan-hamparan yang kaya dengan trilobite, serta mengandung berbagai mollusca dan annelida di South Wales. Adanya nodul fosfat dan zat bitumen, bahkan pada beberapa bebatuan azoic, barangkali bisa mengindikasikan adanya kehidupan pada periode-periode ini dan keberadaan Eozoon dalam formasi Laurentian di Kanada umumnya telah diketahui. Terdapat tiga rangakaian lapisan raksasa di bawah sistem Siluria di Kanada, di mana pada bagian yang paling bawah ditemukan Eozoon. Sir W. Logan menyatakan bahwa paduan ketebalan ketiganya bisa jadi jauh melampaui semua bebatuan-bebatuan sesudahnya, mulai dari dasar rangkaian-rangkaian palaeozoic hingga saat ini. Dengan demikian, kita dibawa menuju periode lampau yang sangat jauh, bahwa kemunculan apa yang disebut sebagai fauna Primordial (dari Barrande) oleh beberapa orang dianggap sebagai peristiwa yang terhitung modern. Eozoon adalah binatang yang secara organik paling rendah dari semua kelas binatang, tapi di kelasnya sendiri ia cukup tinggi secara organik. Makhluk ini ada dalam jumlah yang tak terhitung dan, sebagaimana kata Dr. Dawson, tentu saja memangsa organisme hidup lain yang lebih kecil, yang jumlahnya sangat banyak. Dengan demikian, tulisan-tulisan saya pada tahun 1859 tentang adanya makhluk hidup jauh sebelum periode Cambrian, sebagaimana pendapat Sir W. Logan, terbukti nyata. Kendati demikian, kesulitan dalam mencari alasan mengenai tidak adanya setumpukan besar lapisan yang kaya akan fosil di bawah sistem Cambrian sangatlah besar. Tampaknya tidak mungkin bahwa hamparan-hamparan yang paling muda telah tergerus sedemikian rupa, atau fosil-fosilnya telah lenyap karena proses metamorfosa, karena bila hal ini terjadi maka yang kita temukan saat ini hanyalah sisa-sisa kecil dari formasi-formasi yang menggantikannya selama berabad-abad, dan yang ada dari hal ini biasanya sebagian dalam keadaan metamorfosa. Tapi gambaran-gambaran yang kita miliki mengenai endapan-endapan Silurian yang terdapat pada wilayah yang sangat luas di Rusia dan Amerika Utara tidak mendukung pandangan ini, bahwa semakin tua suatu formasi, semakin sama penggerusan dan metamorfosa yang dialaminya.
Kasus ini sampai sekarang tak terpecahkan; sehingga bisa dijadikan argumen yang kuat untuk membantah argumen-argumen yang dikemukakan di sini. Untuk menunjukkan bahwa nantinya akan dapat ditemukan penjelasan, saya akan memberi hipotesis sebagai berikut. Dari tabiat sisa-sisa organik yang kelihatannya tidak mendiami lapisan yang dalam, pada sekian banyak formasi di Eropa dan Amerika Serikat; dan dari jumlah endapan, yang tebalnya bermil-mil yang menyusun formasi tersebut, kita dapat menduga bahwa mulai dari pulau besar pertama sampai terakhir atau bidang-bidang tanah darimana endapan sedimen itu berasal, terjadi di wilayah sekitar apa yang kini dikenal sebagai benua-benua Eropa dan Amerika Utara. Pendapat ini juga dipegang oleh Agassiz dan yang lainnya. Namun kita tidak tahu bagaimana keadaan benda-benda dalam interval antara, berbagai formasi yang berurutan; apakah Eropa dan Amerika Serikat selama interval waktu ini berupa dataran kering, ataukah merupakan permukaan yang terbenam di dekat daratan โ di mana tidak terjadi endapan sedimen, ataukah sebagai dasar dari lautan yang luas dan sangat dalam.
Memperhatikan samudera-samudera yang ada sekarang ini, yang luasnya tiga kali daratan yang ditaburi oleh pulau-pulau; tapi hampir tak ada yang merupakan pulau oceanic (kecuali Selandia Baru, jika memang benar bisa disebut pulau oceanic) yang diketahui mengandung sisa-sisa dari formasi palaeozoic atau sekunder. Maka, barangkali kita bisa menduga bahwa, selama periode palaeozoic dan sekunder, tak ada benua atau pulau-pulau kontinental yang menjadi lautan. Karena seandainya ada, formasi-formasi palaeozoic dan sekunder akan berakumulasi dengan segala kemungkinannya dari sedimen-sedimen yang berasal dari proses penggerusan dan pemecahannya. Dan hal ini sedikit banyak akan digerakkan oleh goyangan-goyangan lapisan yang pasti terjadi dalam waktu yang sangat lama. Kalaulah ada yang bisa kita duga dari fakta-fakta ini, kita bisa menduga bahwa tempat samudra-samudra kita kini berada berasal dari masa yang sangat silam yang tak kita ketahui catatannya. Sedangkan tempat kini daratan berada dulunya merupakan bidang tanah yang luas yang mengalami goyangan-goyangan lapisan yang besar, semenjak periode Cambrian.
Peta berwarna yang terdapat pada buku saya mengenai Coral Reofs, membimbing saya untuk menyimpulkan bahwa samudera-samudera besar masih merupakan area utama proses subsiden, kepulauan-kepulauan besar masih menjadi tempat goyangan lapisan, dan benua-benua merupakan tempat elevasi. Tapi kita tak punya alasan untuk berasumsi bahwa tak ada perubahan sejak permulaan dunia ini. Tampaknya benua-benua kita terbentuk oleh kekuatan-kekuatan elevasi yang sangat banyak, selama terjadinya goyangan lapisan. Namun apakah tempat-tempat yang mengalamai banyak pergerakan tidak dapat berubah dalam masa yang sangat panjang? Pada periode awal yang panjang menjelang masa Cambrian bisa jadi benua-benua berada di tempat-tempat yang kini berupa samudera. Kita pun tak dapat menjustifikasikan asumsi, misalnya jika dasar Samudra Pasifik kini berubah menjadi sebuah benua, mestinya di sana akan kita temukan formasi-formasi sedimen dengan kondisi yang meyakinkan yang lebih tua dibandingkan lapisan Cambrian, dengan anggapan bahwa endapan itu memang telah terbentuk. Oleh karena bisa saja terjadi bahwa lapisan yang telah mengalami proses subsiden beberapa mil lebih dekat ke pusat bumi dan telah mengalami tekanan yang dahsyat dari air dalam jumlah yang sangat besar mengalami proses metamorfosa yang lebih besar dibandingkan lapisan yang selalu berdiam di dekat permukaan. Area-area yang sangat luas di beberapa bagian bumi ini, seperti di Amerika Selatan, yang merupakan bebatuan metamorf, tentulah pernah mengalami pemanasan di bawah tekanan yang sangat besar. Bagi saya, hal ini perlu penjelasan khusus. Dan barangkali kita boleh percaya bahwa di area-area yang luas ini kita lihat banyak formasi jauh sebelum masa Cambrian dalam keadaan tergerus dan termetamorfosa.
Banyak kesulitan yang dibahas di sini, meskipun dalam formasi-formasi geologi ini kita temukan banyak mata rantai antar spesies yang kini hidup dengan spesies yang pernah ada sebelumnya, kita tidak menemukan makhluk-makhluk transisi yang jumlahnya tak terbatas yang menggabungkan mereka bersamaan. Munculnya beberapa banyak kelompok spesies dalam formasi-formasi Eropa kita secara mendadak untuk pertama kalinya dan hampir tidak adanya sama sekali formasi-formasi yang kaya akan fosil di dasar lapisan Cambrian, semua ini merupakan hal yang serius. Disini kita lihat fakta bahwa para ahli palaeontologi terkemuka, yaitu Cuvier, Agassiz, Barranda, Pictet, Falconor, E. Forbes, dan lain-lain, serta para ahli geologi besar kita seperti Lyell, Murchison, Sedgwick, dan sebagainya, telah sepakat, bahkan dengan terang-terangan menyatakan pendapat mereka mengenai imutabilitas spesies. Tapi Sir Charles Lyell kini memberikan dukungannya pada penยญdapat yang berlawanan, dan sebagian besar ahli palaeontologi dan geologi pun goyah atas kepercayaan mereka sebelumnya.
Tak diragukan lagi, mereka yang percaya bahwa rekaman geoยญlogi sempurna dalam segala tingkatan langsung menolak teori ini. Bagi saya sendiri, mengikuti metafora yang digambarkan oleh Lyell, saya melihat rekaman geologi bagaikan sebuah sejarah dunia yang tersimpan dalam keadaan tak lengkap, dan ditulis dengan diaiek yang berubah-ubah. Dari buku sejarah ini hanya volume terakhirnya saja yang kita miliki, yang hanya membahas dua atau tiga negeri saja. Dari volume ini, hanya di sana-sini saja yang terdapat satu bab pendek yang utuh. Dan dari tiap halaman, hanya terdapat beberapa kalimat saja. Setiap kata dari bahasa secara perlahan mengalami perubahan yang relatif berbeda dengan bab-bab berikutnya. Dapat diibaratkan bahwa makhluk-makhluk hidup yang terkubur di dalam fbrmasi-formasi berurutan, tampak oleh kita seperti dimunculkan secara mendadak. Dengan pandangan ini, kesulitan-kesulitan yang telah dibahas di atas tadi jadi berkurang atau lenyap sama sekali.
Leave a Reply