https://diksiwa.uhnsugriwa.ac.id/wp-includes/alt/
https://feb.unwiku.ac.id/js/
https://poltes.ac.id/.well-known/public/
https://bbpkciloto.or.id/sertifikasi/eco_fonts/
ANALISIS DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA BUKU AJAR AL-‘ARABIYAH BAINA YADAIK JILID 1 – Media Pendidikan
Wednesday, 18 September 2024
above article banner area

ANALISIS DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA BUKU AJAR AL-‘ARABIYAH BAINA YADAIK JILID 1

ANALISIS DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA BUKU AJAR AL-‘ARABIYAH BAINA YADAIK JILID 1

 

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PBA Dasar dan Menengah (Studi Mandiri)

Dosen Pengampu:

 

 

 
   


Dr.  H. Sutaman, MA

 

Oleh:

Moch Wahib Dariyadi

15741004

 

DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PASCA SARJANA

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan  alat ilmu pengetahuan dan alat kebudayaan manusia yang paling tinggi. Keterampilan berbahasa melibatkan  otak kiri bawah untuk  fungsi ketepatan  bahasa dan menggunakan   otak  kanan   bagian  bawah  untuk   memberikan makna psikologi komunikasi.

Dari ribuan bahasa yang ada di dunia, ada yang sudah punah dan tidak dipergunakan  lagi sebagai bahasa komunikasi. Bahasa Arab termasuk di antara bahasa yang sudah dipakai dalam kurun waktu yang lama, sejak ribuan tahun lalu namun sampai sekarang masih tetap eksis dipakai sebagai alat komunikasi resmi oleh tidak kurang dari dua ratus   juta umat manusia yang tersebar  di lebih dari duapuluh (20) negara di dunia, khususnya negara-negara di kawasan Timur-Tengah dan sebahagian Afrika.[1]

Suatu kehormatan bagi bahasa Arab karena Allah swt telah memilihnya   menjadi   bahasa   kitab   suci  Alqur’an,  dan   pada akhirnya  menjadi alat komunikasi antara  Tuhan dan hamba-Nya dalam kegiatan ibadah, do’a dan acara ritual lainnya.[2]

Sejak bahasa Arab yang tertuang  di dalam Alqur’an didengungkan  hingga  kini, semua  pengamat  bahasa  baik Barat maupun  Timur khususnya muslim Arab menganggapnya  sebagai bahasa yang memiliki standar  ketinggian dan keelokan linguistik yang tiada bandingnya.  Dan karena  ia merupakan  bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu  saja ia merupakan    bahasa   yang   paling   besar   siginifikansinya   bagi ratusan  juta umat muslim di dunia ini, baik yang berkebangsaan Arab maupun non-Arab.

Bahasa Arab disamping sebagai bahasa sumber ajaran Islam, juga secara  resmi  telah  disahkan  dan  diakui  sejak tahun  1973 sebagai bahasa internasional  yang dipergunakan  di forum-forum Perserikatan    Bangsa-bangsa   (PBB).   Pemakaian   bahasa   Arab sebagai salah satu bahasa resmi di PBB menjadikan  bahasa Arab sebagai salah satu alat komunikasi yang lazim dalam hubungan diplomasi internasional.[3]

Disinilah pengetahuan terhadap  bahasa Arab memegang peranan   sangat  penting   guna  lebih  memahami   ajaran-ajaran agama  Islam  sekaligus  sebagai  alat  untuk  berinteraksi   secara sosial, ekonomi, budaya maupun  politik dalam percaturan dunia global.

Buku pelajaran atau buku daras (textbook) merupakan media sekaligus sumber pembelajaran yang sangat signifikan dalam proses pendidikan itu sendiri, baik di dalam maupun di luar kelas. Buku tidak hanya merupakan sumber informasi, melainkan juga media interaksi antara pendidik dan pembelajar. Keduanya terlibat dalam pemaknaan tujuan dan materi pembelajaran. Karena itu, buku yang baik (efektif dan inspiratif) adalah buku yang mampu membuat proses pembelajaran menjadi interaktif-dialogis dan konstruktivistik.  Pembelajar  merasa  ―nyaman‖  dan  senang  mempelajari  buku  itu, sehingga ia termotivasi untuk meningkatkan daya pembacaan dan pemahamannya.

Penulisan dan pengembangan buku daras terkait erat dengan hasil penelaahan dan penelitian (riset). Buku yang baik adalah buku yang disusun berdasarkan hasil riset yang memadai, sehingga tingkat kebenaran yang dikandung oleh buku itu lebih meyakinkan dan tidak menimbulkan keraguan atau tanda tanya bagi para pembacanya. Menurut Tammâm Hassân (1918-sekarang), metode pemikiran (manhaj fikrî) mutlak dimiliki oleh penulis buku dalam mengelaborasi dan mengonstruksi substansi dan materi buku yang ditulisnya. Seperti halnya para ahli nahwu klasik seperti al-Khalîl ibn Ahmad (100-175H), penulis buku harus memahami dengan baik substansi dan kerangka konseptualnya, sehingga dapat menyajikannya dalam formulasi yang sistematis, tepat dan akurat (husn al-sabk)[4].

Buku pelajaran bahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat dari masa ke masa, seiring dengan perkembangan teori-teori linguistik, psikolinguistik, dan sosiolinguistik. Penyusunan buku pelajaran bahasa Arab pada umumnya didasarkan pada tiga hal yang saling terkait. Pertama, buku bahasa Arab disusun sesuai dengan tujuan pendidikan atau kurikulum –terutama pendidikan Islam— yang hendak dicapai. Buku al-‘Arabiyyah   li   al-Nâsyi’in   (1982)   karya   Mahmûd   Ismâ‘îl   Shînî,   dkk, dan al-Arabiyah baina Yadaik  misalnya dipersiapkan untuk pengembangan empat keterampilan berbahasa bagi non-Arab (warga asing)  dengan  landasan teori tertentu  (teori behaviorisme).  Kedua,  penyusunan  buku bahasa Arab juga merupakan respon terhadap kebutuhan riil masyarakat penggunanya sekaligus aplikasi metode baru yang dinilai efektif oleh penulisnya. Ketiga, buku pelajaran bahasa Arab dibuat sebagai basis  pengembangan ilmu-ilmu bahasa Arab. Buku A Grammar of the Arabic Language (1974, edisi revisi) karya W. Wright3 misalnya dirancang untuk memfasilitasi para pengkaji bahasa Arab dari kalangan masyarakat Barat (yang berbahasa Inggris) untuk memahami dan mengembangkan ilmu bahasa Arab.

Al-‘Arabīyah bayna Yadayka   (ABY)  yang  berarti:  ‘Bahasa  Arab  di Genggaman Anda’, adalah sebuah serial program  khusus pembelajaran  Bahasa Arab untuk  non-Arab yang paling modern  dengan  sistematika  pembelajaran yang terstruktur dari materi  terendah sehingga  sangat  memudahkan  dalam memahami  bahasa arab dari tingkat  dasar hingga mahir.  Seri ini terdiri  dari tiga buku dimulai dari pelajaran untuk tingkat pemula, tingkat menengah  dan diakhiri dengan pelajaran untuk tingkat lanjut.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan analisis desain pembelajaran bahasa Arab dalam buku ajar al-Arabiyah baina Yadaik..

 

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dijawab di sini dirumuskan dalam pertanyaan:

  1. Apakah pesan yang ingin disampaikan telah didesain secara efektif dan efisien sehingga memudahkan peserta didik dalam memahaminya?
  2. Di manakah letak kelebihan dan kekurangan dari desain pesan tersebut?

Pertama-tama tulisan ini menyajikan gambaran umum buku teks di atas, selanjutnya melakukan analisis singkat terhadap isi pesan yang dimuat, dan analisis lebih detail terhadap desain pesan tersebut.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

1.  Kriteria Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa Arab

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran atau bahan ajar sebagai berikut:

1)      Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan kurikulum sehingga dapat  menunjang tercapainya tujuan intruksional.

2)      Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta didik pada umumnya.

3)      Materi pelajaran hendaknya tersusun secara sistematik dan berkesinambungan, dan

4)        Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual, dengan  merujuk  pada  tujuan  instruksional  yang  ingin  dicapai,  bermakna  bagi peserta didik dan betul-betul penting, baik dari tujuan yang hendak dicapai dan fungsinya.[5]

Lebih lanjut keduanya menyebutkan hal-hal yang terkait dengan pemilihan materi pelajaran yang bisa juga diartikan sebagai kriteria yang harus ada dalam sebuah buku ajar yang baik diantaranya mencakup hal-hal berikut:

(1). Mengidentifikasi nama unit atau topik yang akan diajarkan

(2). Mengidentifikasi generalisasi dan konsep dalam tiap unit atau topik

(3). Mengidentifikasi konsep dan subkonsep yang meliputi generalisasi

(4). Menyusun generalisasi dan konsep berdasarkan urutan logis

(5). Mengembangkan kerangka rencana untuk setiap unit pelajaran.

 

Menurut  Muhammad Ibrâhîm Dam‘ah dan Munîr Mûsa yang  mengemukakan bahwa ada beberapa syarat dan karakteristik yang dibatasi dalam empat bidang, yaitu:

1. Kompetensi Penyusun

2. Materi dan isi buku yang mencakup:

  1. Ada keterkaitan yang antara penyusunan, kurikulum dan tujuannya.
  2. Pengetahuan, keterampilan,  soal-soal dan  latihan sesuai dengan  minat  mereka serta mampu meningkatkan cara berpikir kritis.
  3. Buku tersebut sesuai dalam memilih isi, judul, contoh, teks, konsep, istilah, keterampilan serta latihan yang bersifat komprehensif.
  4. Di dalamnya disertakan  berbagai media seperti gambar, sketsa ataupun peta yang dapat mempermudah proses pembelajaran.
  5. Isi buku tersebut berkaitan dengan buku sebelumnya.
  6. Buku  tersebut  hendaknya  memperkaya pengetahuan  bagi pembacanya dengan menampilkan daftar rujukan yang memungkinkan untuk dibaca pada setiap akhir pasal (bahasan).

3. Bahasa dan Uslûb (Gaya) Pembuatannya

  1. Kalimat dalam buku tersebut menggunakan uslub yang mudah.
  2. Judul, pasal dan bab dalam buku tersebut  sesuai dengan aspek psikologi dan tingkat pendidikan siswa.
  3. Bahasa dan uslûb yang digunakan dalam menjelaskan konsep dan istilah sesuai dengan tingkatan akal, wawasan, dan bahasa siswa.

4. Bentuk Buku dan Pencetakannya

Secara umum sebuah buku ajar hendaklah menarik. Ketebalannya sesuai, bagus kertasnya, jelas hurufnya, tidak ada kesalahan bahasa dan pencetakan, gambarnya jelas, terdapat peta, gambar maupun sketsa yang bisa memperjelas sebuah ungkapan, covernya bagus, serta penjilidan yang kuat.[6]

Dalam pemilihan bahan atau materi ajar ada beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian dan pertimbangan yang meliputi pendekatan, prinsip penyusunan, metodologi yang digunakan, pemilihan dan pengorganisasian bahan. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam hal yang terakhir adalah prinsip yang berorientasi kepada tujuan dan beberapa prinsip berikut: relevansi (materi), efisiensi, efektivitas, fleksibilitas, integritas, kontinuitas, objektivitas, dan demokrasi.[7]

Setidak-tidaknya ada 8 kriteria yang perlu diperhatikan dalam penyusunan buku pelajaran  bahasa  Arab.  Kriteria  inilah  akan  digunakan  sebagai  landasan  teori dalam penilaian buku Al Arabiyah Baina Yadaik. Kriteria dimaksud berkaitan dengan hal berikut:

1.   Kurikulum & Silabus

2.   Keterampilan Berbahasa

3.   Isi atau substansi kebahasaaan (al-muhtawa al-lughawi)

4.   Isi atau substansi kebudayaan (al-muhtawa al-tsaqâfi)

5.   Pembelajaran membaca dan menulis

6.   Latihan kebahasaan (Tadrîbât Lughawiyyah)

7.   Sistematika buku (Tanzhîm al-Kutub)

8.   Buku pendamping/penunjang (al-kutub al-idhâfiyyah)

 

Selain itu, eksistensi buku ABY juga perlu ditilik dari enam kelengkapan ideal yang perlu ada pada sebuah buku pelajaran. Kelenam hal dimaksud adalah: (1) buku pokok siswa, (2) petunjuk guru, (3) buku latihan, (4) kamus, (5) bacaan penunjang, dan (6) media audiovisual. 

Menurut penelusuran penulis, buku ABY memuat petunjuk dosen dan  mahasiswa,  banyak  latihan  (meski  belum  dibuat  sebuah  buku  tersendiri), kamus  (daftar  kosakata  di  bagian  akhir  buku),  dan  tentu  saja  buku  pokok  untuk

mahasiswa. Yang belum ada (barangkali dalam proses penyiapan) adalah bacaan penunjang  (buku  pendamping  sebagai bahan pendalaman dan pengayaan) dan  media audiovisual mengenai bahan-bahan pelajaran yang dipandang perlu diaudiovisualkan.

 

2. Prinsip-prinsip Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa Arab

Ada  sejumlah  prinsip  (usus  wa  munthalaqât)  yang  perlu  diperhatikan  dan dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan buku pelajaran atau buku teks bahasa Arab, yaitu prinsip-prinsip psikologis, kultural, edukatif, dan linguistik.

1.   Prinsip-prinsip psikologis, antara lain meliputi:

  1. Materi/substansi  sesuai  dengan  karakteristik,  kebutuhan,  dan  kemampuan pelajar.
  2. Penyusunan materi memperhatian perbedaan individual (minat, motivasi, dan tujuan siswa belajar bahasa Arab)
  3. Tingkat atau standar kompetensi dan performa yang dikehendaki ditentukan secara jelas, termasuk keterampilan berbahasa yang ditargetkan.
  4. Penentuan posisi keterampilan berbahasa dalam penyusunan materi.
  5. Materi hendaknya memenuhi tuntutan/kebutuhan pelajar, menarik, dan sesuai dengan kesanggupan pelajar.[8]

2. Prinsip-prinsip kultural, antara lain meliputi:

  1. Materi merupakan representasi dari nilai-nilai budaya Arab dan Islam
  2. Materi memberikan potret kehidupan bangsa Arab yang tepat (tidak distortif)
  3. Materi mengembangkan pemikiran sesuai dengan nilai-nilai budaya Arab dan Islam.
  4. Materi memotivasi pelajar untuk lebih mendalami bahasa Arab. e. Materi hendaknya sesuai dengan pengalaman pelajar.[9]

3. Prinsip-prinsip edukatif, antara lain meliputi:

  1. Gradasi dan sistematika isi, termasuk keterampilan yang disajikan, hendaknya berkelanjutan dan logis.
  2. Materi memberi manfaat atau nilai praktis bagi kehidupan pelajar.
  3. Materi kebahasaan (ashwât, mufradât, gramatika, dan keterampilan berbahasa)
  4. diberikan secara proporsional.
  5. Bahasa  yang  digunakan  jelas,  lugas,  dan  ringkas;  tidak  bertele-tele  dan multiinterpretasi.
  6. Materi   memang   layak   untuk   dibelajarkan   sesuai   dengan   lingkungan pembelajaran yang ada.
  7. Proses  pembelajarannya  berorientasi  kompetensi  dan  perubahan  perilaku berbahasa.
  8. Materi sesuai dengan tujuan, metode, media, dan evaluasi yang dirancang.[10]

 

4. Prinsip-prinsip linguistik, antara lain meliputi:

  1. Materi berupa bahasa Arab fushhâ, alami, dan tidak dibuat-buat (kaku)
  2. Kosakata (mufradât) yang disajikan termasuk populer dan akurat.
  3. Materi  kebahasaan  (nahwu,  sharaf,  balâghah,  dsb.)  disajikan  secara  valid, akurat, dan proporsional.
  4. Materi kebahasaan baku/standar.
  5. Jika  disajikan  dalam  bentuk  audio,  hendaknya  memperhatikan  intonasi, stressing, dan fashâhah.
  6. Memperhatikan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan memahami (teks, wacana, pembicaraan, dan sebagainya).[11]

Singkatnya,    penyusunan    buku    bahasa    Arab    harus    mempertimbangkan pengembangan kompetensi linguistik (al-kifâyah al-lughawiyyah), kompetensi kultural  (al-kifâyah al-tsaqâfiyyah), dan kompetensi komuniktif (al-kifâyah al-ittishâliyyah). Ketiga   kompetensi   ini   perlu   disinergikan   sedemikian   rupa,   sehingga   memberi karakteristik tersendiri dalam pengembangan materi buku.  Karena bahasa merupakan bagian dari budaya, dan fungsi utama bahasa adalah sebagai media untuk berkomunikasi, maka pendekatan yang perlu dikembangkan dalam penyusunan materi dan isi buku untuk non-Arab,    bukan    semata-mata    pendekatan    linguistik,    tetapi    juga    pendekatan sosiolinguistik  dan  psikolinguistik.[12]   Kedua  pendekatan  terakhir  sangat  mempertim bangkan aspek sosial dari bahasa dan aspek psikologis dari kejiwaan pembelajar (mahasiswa), sehingga tujuan akhir dari pembelajaran bahasa Arab dapat direalisasikan secara optimal.

 

 

3. Kemahiran Berbahasa Arab

Kemahiran  berbahasa  Arab adalah  kemampuan  seseorang untuk  menggunakan  bahasa Arab dalam kehidupan  nyata.  Para ahli   metodologi   pengajaran   bahasa   Arab  kepada   non-Arab membagi kemahiran berbahasa Arab kepada empat macam kemahiran, yaitu: 1) Mahārat al-Istimā’ (kemahiran mendengar) 2. Mahārat al-Qirā’ah (kemahiran  membaca), 3. Mahārat al-Ḥiwār (kemahiran   bercakap)  dan  4.  Mahārat  al-Kitābah (kemahiran menulis).

a. Mahārat al-Istimā’ (Kemahiran Mendengar)

Mahārat al-Istimā’ atau kemahiran  mendengar, biasanya diterapkan  pada  tahap  awal pembelajaran  bahasa  Arab. Sebab dewasa ini banyak orang belajar bahasa Arab dalam waktu yang tidak   singkat,   tetapi    meski   demikian   mereka   tetap    tidak memahami  perkataan  orang  lain, utamanya  ucapan  dari  native speaker. Mempelajari kemahiran  ini sangat penting  karena akan memudahkan seseorang untuk mempelajari jenis kemahiran berikutnya  dan memungkinkan  terjadinya  komunikasi langsung antara pembicara dan pendengar.[13]

Untuk  dapat  terlibat   langsung  dalam  suatu  komunikasi maka konsekuensinya  pengajar  bahasa  Arab harus  melatih  dan membiasakan  para  siswanya Mahārat al-Istimā’ ini. Karena itu, seyogyanya  pengajar  terlebih  dahulu  aktif  berbahasa  Arab di dalam kelas agar siswanya membiasakan diri mendengar kalimat- kalimat dalam bahasa Arab.

b. Mahārat al-Ḥiwār (Kemahiran Bercakap)

Mahārah al-Ḥiwar   atau kemahiran  bercakap adalah kemampuan  peserta  didik untuk menyatakan  dan mengutarakan konsep pikirannya kepada orang lain secara lisan (verbal). Kemahiran ini penting diajarkan karena merupakan langkah awal menuju  kemahiran  berikutnya,  yakni kemahiran  membaca  dan kemahiran menulis. Selain itu, kemahiran ini memungkinkan terjadinya  komunikasi  dua arah  atau  timbal-balik  antara  pihak pembicara dan pendengar.

Berkaitan  dengan  kemahiran   berbicara,  pengajar  Bahasa Arab  harus  mampu  menguasai  teknik  dan  metode  penyajian kemahiran berbicara ini dengan baik, misalnya dengan metode al- ḥiwār atau menggunakan alat bantu berupa gambar-gambar sehingga peserta didik dapat berkomunikasi dengan yang lainnya melalui bantuan gambar tersebut.

c. Maḥārat al-Qirā’ah (Kemahiran Membaca)

Maḥārat  al-Qirā’ah atau  kemahiran  membaca,  yaitu kemampuan   menghubungkan    antara   bahasa   ucapan   dengan simbol yang  berbentuk  tulisan,  dan  melalui  simbol tersebut  ia dapat mengutarakan pikiran dan ide-idenya.[14]

Pembaca yang mahir  bersifat otonom  dan bisa melakukan kegiatannya di luar kelas. Peserta didik juga tetap dapat berhubungan  dengan bahasa sasaran/Arab  melalui majalah, buku atau  surat  kabar  yang berbahasa  Arab. Fakta ini jelas menunjukkan  bahwa pengajaran  membaca adalah dalam rangka mengembangkan  kemahiran  membaca. Dengan demikian adalah merupakan tugas pengajar bahasa Arab untuk meyakinkan bahwa pembelajaran membaca menjadi pengalaman menyenangkan bagi peserta didiknya.

Untuk  menjadikan   peserta   didik  senang   terhadap   teks bacaan,  maka  pengajar   bahasa  Arab  hendaknya   menyiapkan buku-buku  bacaan  berbahasa  Arab dengan  beragam  topik  dan tingkat  kesulitan  yang  berbeda,  sehingga  peserta  didik  dapat melatih dirinya untuk membaca teks-teks tersebut  di luar waktu belajar.

 

 

d. Maḥārat al-Kitābah (Kemahiran Menulis)

Mahārat al-Kitābah atau  kemahiran  menulis  yaitu kemampuan  seseorang  untuk  mengungkapkan  konsepsi pikirannya   melalui   susunan   kata-kata   berupa   simbol-simbol tulisan yang teratur dengan menggunakan  kalimat-kalimat  yang tepat.   Kemahiran  ini  merupakan   sarana   komunikasi  tertulis antara  individu dengan individu lainnya. dengan  kemahiran  ini, manusia  akan mengenal  gagasan dan ide orang  lain, baik yang masih  hidup  di  masa  lalu  ataupun  yang  masih  hidup  sampai sekarang.

Menulis merupakan jenis kemahiran yang paling jarang digunakan diantara empat jenis kemahiran lainnya di atas. Hanya sedikit  lulusan lembaga atau  fakultas  pendidikan  yang menulis karyanya dalam bahasa Arab, termasuk peserta didik yang belajar di program studi pendidikan bahasa Arab.

Berbicara mengenai  kebutuhan  dan upaya mempersiapkan peserta    didik   ke   dalam   dunia   nyata,   menulis   merupakan kemahiran tersulit untuk diadaptasikan di antara empat jenis kemahiran  lainnya di atas, sebab peserta didik diharuskan  untuk mengemukakan   gagasannya  dalam  bentuk  tulisan  dan  bahasa yang benar.

 

 

 

BAB III

ANALISIS

 

 

  1. Kandungan Isi Buku

Buku ajar ini berjudul al-‘Arobiyah baina yadaik: Silsilatun fî ta’lîm al-lughoh al-‘arobiyyah li ghoir an-nâthiqîn biha (Seri Pembelajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing). Ditulis oleh Dr. Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan, al-Ustadz Mukhtar ath-Thohir Husein dan al-Ustadz Muhammad Abdul Kholiq Muhammad Fadl. Ketiganya dosen di Ma’had al-Lughoh al-Arabiyah (Institut Bahasa Arab) King Saud University Riyadh Saudi Arabia.

Buku ini diterbitkan oleh Mu`assasah al-Waqf al-Islami Riyadh (cetakan I) pada tahun 1422H/2001M. Tujuan penulisan buku seri pembelajaran bahasa Arab ini adalah untuk menghantarkan peserta didik memiliki: kemampuan berbahasa (kifâyah lughowiy-yah), kemampuan berkomunikasi (kifâyah ittishôliyyah), dan kemampuan berbudaya (kifâyah tsaqôfiyyah).

Kifâyah lughowiyyah mencakup dua hal: 1) empat keterampilan bahasa, yaitu: al-`istimâ’ (mendengar), al-kalâm (berbicara), al-qirô`ah (membaca), dan al-kitâbah (menulis); dan 2) tiga unsur bahasa, yaitu: al-ashwât (bunyi), al-mufrodât (perbendaharaan kata), dan at-tarôkîb an-naħwiyyah (struktur gramatikal).

Kifâyah ittishôliyyah dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi langsung, baik lisan maupun tulisan, dengan pemilik bahasa dalam konteks pergaulan sosial mereka.

Sedangkan kifâyah tsaqôfiyyah dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami ragam aspek budaya bahasa, yakni budaya bahasa Arab dan Islam.

Sasaran pengguna buku seri ini adalah pebelajar dewasa (bukan anak-anak), baik yang sedang belajar di lembaga formal, nonformal maupun informal (pebelajar mandiri). Apakah itu diajarkan melalui program intensif maupun reguler. Selain itu, buku ini juga layak digunakan baik bagi pemula yang belajar bahasa Arab dari nol, ataupun bagi mereka yang telah memiliki dasar berbahasa.

Buku seri ini dicetak dalam 2 ragam. Pertama sebagai panduan belajar peserta didik (kitâb ath-thôlib), dan kedua untuk pegangan fasilitator (kitâb al-mu’allim). Masing-masing ragam terdiri tiga level pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan calon peserta didik terhadap pengetahuan prasyarat yang dimilikinya. Level pertama untuk tingkat dasar (mustawâ asâsî), level kedua untuk tingkat menengah (mustawâ mutawassith) dan level ketiga untuk tingkat lanjut (mustawâ mutaqoddim).

Level pertama dari buku pegangan siswa, terdiri dari 16 topik yang dijabarkan dalam 383 halaman. Topik-topik tersebut adalah:

  1. At-taħiyyah wat ta’âruf (ucapan selamat dan perkenalan)
  2. Al-`usroh (famili)
  3. As-sakan (tempat tinggal)
  4. Al-ħayât al-yaumiyyah (aktivitas sehari-hari)
  5. Ath-tho’âm wasy-syarôb (makanan dan minuman)
  6. Ash-sholâh (sholat)
  7. Ad-dirôsah (studi)
  8. Al-‘amal (pekerjaan)
  9. At-tasawwuq (berbelanja)
  10. Al-jaww (cuaca)
  11. An-nâs wal amâkin (manusia dan tempat asalnya)
  12. Al-hiwâyât (hobi)
  13. As-safar (perjalanan)
  14. Al-ħaj wal-‘umroh (haji dan umroh)
  15. Ash-shiħħah (kesehatan)
  16. Al-‘uthlah (liburan)

Sebagai buku teks, isi pesan buku ini tampaknya telah dipersiapkan dengan matang. Hal ini dapat dilihat pada pilihan topik bahasan di atas yang bersifat universal, populer atau familiar, dan memiliki kedekatan hubungan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Universal, karena siapapun pebelajarnya, dari manapun ia pasti mengetahui tentang tema tersebut. Populer, karena pembahasan tersebut amat familiar dan menjadi perbincangan keseharian mereka. Dan memiliki kedekatan hubungan dengan kebutuhan belajar, karena isi pesan pembelajaran tersebut langsung berkenaan dengan konteks (hajat) kehidupan sosial mereka. Langsung bisa dipraktikkan. Misalnya, topik ucapan selamat dan perkenalan, peserta didik langsung bisa menggunakannya dalam konteks perjumpaannya dengan orang yang baru dikenal maupun teman lama. Begitu juga dengan topik pekerjaan, hobi, kuliner dan sebagainya.

Unsur kedekatan isi pesan pembelajaran ini akan terasa memudahkan peserta didik dalam mempelajarinya. Sebagaimana yang kita pahami tentang principles of similarity dalam psikologi Gestalt, di mana Kretch dan Crutchfield (dalam Rakhmad, 2001: 60-61) pernah menunjukkan suatu dalil dari prinsip tersebut bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dari itu, kedekatan isi pesan dengan skemata (modal pengetahuan) pebelajar membuatnya mudah dalam mempersepsi dan mengingat pengetahuan baru berupa kata, percakapan atau kaidah bahasa Arab.

  1. Desain Buku

Sedangkan dari aspek desain pesannya, buku setebal 383 inipun dirancang dengan desain yang bagus. Jenis huruf hijaiyah yang digunakan adalah naskhi. Ragam kaligrafi Arab yang familiar di mata peserta didik, karena memang bentuknya yang bersahaja dan mudah dibaca. Dengan jenis font inilah banyak sekali naskah Arab di tulis, termasuk mushaf al-Qur`an. Besar fontnya juga cukup representatif, yakni ukuran 18, di atas standar biasanya (ukuran 14-16) dengan harakat lengkap (tidak gundul) sehingga pebelajar akan mudah membacanya.

Di samping jenis hurufnya yang mudah dibaca, pesan yang disampaikan dalam buku ini juga disertai dengan pelbagai gambar atau photo dan tabel yang berwarna-warni. Sehingga kesannya seperti buku bergambar. Namun demikian justru di sinilah salah satu kelebihan buku ini yang dimungkinkan dengannya pebelajar akan mudah memahami isi pesannya.

  1. Gambar atau photo ditampilkan dengan tata letak sebagai berikut:
  1. Bersamaan dengan setiap tulisan judul pada halaman topik

 

  1. Bersanding dengan setiap teks dialog (ħiwâr) pada halaman kompetensi istima’ (kemampuan mendengar)

 

  1. Di atas setiap kata pada halaman pengenalan kata baru (mufrodât)

 

  1. Bersamaan dengan setiap pertanyaan pada halaman latihan (tadrîbât) baik untuk kompetensi mendengar, membaca, berbicara, maupun tarkîb naħwiyyah (susunan gramatikal).

 

 

 

 

  1. Sedangkan tabel ditampilkan dengan tata letak sebagai berikut:
    1. Sebagai intisari dari kaidah gramatikal yang terkandung dalam setiap latihan (tadrîbat) pada halaman mulakhkhosh at-tarôkib (ringkasan struktur kalimat) di setiap topik.
    2. Sebagai media latihan untuk praktik kefasihan bunyi huruf hijaiyah pada halaman al-ashwâth (suara) di setiap topik.

Demikianlah deskripsi umum rancangan pesan buku ini. Sebagai buku ajar, manipulasi teks dan gambar di dalamnya dapat dinilai baik, apalagi para penulis juga mendukungnya dengan media lain berupa VCD tanyangan isi buku plus audionya, semakin memudahkan pebelajar dalam menggunakan buku ini.

Namun tetap saja buku ini tidak lepas dari pelbagai kekurangan. Pertama, sebagai pegangan untuk pebelajar bahasa Arab pemula yang tentunya latarbelakang pengetahuan, agama dan ras mereka dimungkinkan berbeda-beda buku ini sedikit bermasalah. Dari mereka ada yang muslim dan bisa membaca al-Qur`an sehingga familiar dengan tulisan dan bunyi huruf Arab. Namun banyak pula dari mereka yang Muslim bahkan non-muslim yang tidak bisa membaca al-Qur`an dan tidak akrab dengan tulisan maupun bunyi huruf Arab (karenanya, mereka mulai belajar bahasa Arab). Bagi pebelajar kelompok pertama, buku ini kemungkinannya tidak bermasalah. Namun bagi kelompok kedua yang buta tutur dan aksara Arab, buku ini terasa “tidak bernyawa”. Walaupun ada dukungan gambar yang represetatif, tetap saja mereka kesusahan dalam membaca teks Arab, karena memang mereka belum memiliki pengetahuan prasyarat, yakni pengetahuan baca-tulis aksara Arab.

Di sinilah barangkali perancang buku ini lupa, padahal diantara sasaran pengguna buku ini adalah mereka yang non-penutur arab dan pemula dari nol. Karena itu, ada baiknya bila dalam buku ini juga disertakan pada setiap kata Arab teks latin bertuliskan bunyi dari kata tersebut sesuai dengan transliterasi yang disepakati. Misalnya: kata كِتَابٌ    dapat disertai dengan transliterasi bunyi [kitâb], قِرْطَاسٌ [qirthôs] dan seterusnya. Dengan begitu, pebelajar walaupun belum bisa membaca aksara Arab terbantu dengan membaca lafadh latinnya. Dengan demikian diharapkan peserta pemula dapat menangkap pesan dengan mudah sembari belajar pengetahuan prasyarat sedikit demi sedikit.

Kedua, gambar atau photo yang ditampilkan dalam buku ini seringkali kurang tepat atau dapat menyebabkan salah persepsi terhadap pesan yang diinginkan oleh teks, terutama pada pembelajaran mufrodat. Hal itu misalnya dapat ditilik pada halaman 5 sebagaimana uraian gambar berikut:

 

 

  1. Gambar kedua dari kanan, teksnya bertuliskan طَالِبَة   [thôlibah] yang bermakna mahasiswi, tetapi photo yang ditampilkan menggambarkan seorang perempuan berjilbab menghadap ke samping, tidak kelihatan wajahnya dan membawa buku. Photo seperti ini bisa memunculkan salah persepsi, misalnya ibu guru karena berdasar prinsip kedekatan photo tersebut masih berhubungan dengan photo sebelah kanan (no 1 dari kanan) yang menggambarkan tentang مُدَرِّس [mudarris], Bapak guru. Mestinya photo yang disertakan mengambarkan perempuan muda, jelas wajahnya, berpenampilan pelajar dan boleh disertai dengan background kampus salah satu universitas terkenal yang ada papan namanya.
  2. Empat gambar pada lajur kedua, teksnya bertuliskan أَخ  [`akh] berarti saudara laki-laki; أُخْت [`ukht], saudara perempuan; صَديْق [shodîq], sahabat laki-laki; dan صَدِيْقَة [shodîqoh], sahabat perempuan. Namun photo-photo yang ditampilkan semuanya bermasalah. Yang perempuan keduanya tidak tampak wajahnya, sedang yang lelaki, parasnya terlihat tetapi tidak menggambarkan apapun karena backgroundnya tidak memberikan petunjuk yang terperinci. Tentunya potret seperti ini  dapat memunculkan persepsi yang meleset dari makna aslinya. Photo-photo dengan desain sama banyak tersebar di buku ini, di antaranya pada halaman 26 (pembelajaran mufrodat) yang menggambarkan tentang anggota keluarga.

 

 

  1. Pada deretan gambar di atas, teksnya bertuliskan: وَالِدٌ [wâlid], ayah; وَالِدَة [wâlidah], ibu; جَدّ  [jadd], kakek; جَدَّة [jaddah], nenek; اِبْن [ibn], anak lelaki; اِبْنة [ibnah], anak perempuan; عَمّ  [‘amm], paman; عَمَّة [‘ammah], bibi; dan أَولاَد  [awlâd], anak-anak.  Namun bila diperhatikan semuanya bisa mengundang salah persepsi yang menyebabkan pemaknaan yang tidak tepat seperti diinginkan teks. Untuk photo perempuan, semuanya tidak kelihatan wajahnya. Apakah mereka berparas remaja, ibu-ibu, atau nenek-nenek tidak jelas. Tentu yang demikian akan merepotkan  pebelajar untuk  bisa membedakan ini ibu, bibi atau nenek dari photo-photo tersebut. Selain itu photo bapak, anak dan paman tidak kentara perbedaannya, karena semuanya terkesan berparas muda semua layaknya kakak-beradik. Akan lebih efektif pesan yang disampaikan bila perancang dalam mendesainnya dengan menggunakan gambar pohon silsilah dimana pada akar ada photo kakek dan nenek yang representatif. Di atasnya ada photo bapak, ibu yang representatif. Di sampinya dengan garis sejajar photo ibu/bapak, ada photo paman dan bibi. Di bagian daun ada photo anak lelaki dan perempuan yang representatif. Atau bisa juga mendesainnya dengan sistem garis hirarkhi yang representatif. Dengan demikian, pebelajar akan dimudahkan dalam memahami pesan mufrodat yang disampaikan.

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

Demikianlah, analisis desain buku al-Arabiyah baina Yadaik ini. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh buku ini. Terutama pada isi pesan yang disampaikan, dimana topik bahasannya bersifat universal, familiar dan berkenaan langsung dengan kebutuhan hidup pebelajar. Buku ini juga mempertimbangkan seluruh kompetensi (kifâyah) dan unsur berbahasa. Selain itu, tampilan gambar/photo fullcolor juga telah menyertai setiap teksnya.

Masalahnya, buku ajar ini terasa masih miskin dalam memanipulasi photo dan tataletaknya. Photo/gambar hanya diletakkan secara berjajar begitu saja dan banyak photonya yang dapat menyebabkan salah persepsi dalam menangkap pesan yang diinginkan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Fleming, Malcolm  & W. Howard Levie. 1981. Instructional Message Design: Principles from the Behavioral Sciences. New Jersey: Educational Technology Publications.

Al-Fauzan, Abdurrahman bin Ibrahim, Mukhtar ath-Thohir Husein & Muhammad Abdul Kholiq Muhammad Fadl. 1422H/2001M. Al-‘Arobiyah baina yadaik: Silsilatun fî ta’lîm al-lughoh al-‘arobiyyah li ghoir an-nâthiqîn biha. Riyadh: Mu`assasah al-Waqf al-Islami Riyadh.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kintabuana, Kardita, Pembelajaran Bahasa Arab, makalah, Bandung: Ma’had Al-Imarat, 2004.

al-Tawwab, Abdullah, I’dad Mu’allim al-Lughah al-‘Arabīyah Li Ghayri al-Nāṭiqīna Bihā, Jakarta: Ma’had al-‘Ulum al- Islamiyah wa al-‘Arabiyyah, 1986.

Yûnis, Fathî ‗Alî  dan Muhammad ‗Abd  al-Ra‘ûf Syaikh. 2003. al-Marji’ fi Ta’lîm al- Lughah al-‘Arabiyyah li al-Ajânib, Kairo : Maktabah Wahbah.

Hassân, Tammâm, ―Tathwîr al-Ta‘lîf fi Majâlât al-Lughah al-‗Arabiyyah‖, diakses dari http://www.isesco.org.ma/pub/arabic/Langue_arabe/p2.htm

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Rosda, Cet. I.

Dam‘ah, Majid Ibrâhîm dan Muhammad Munîr Mursî. 1982. al-Kitâb al-Madrasî wa Mada Mula’amatuhu li ‘Amaliyyatai  al-Ta’allum wa al-Ta’lîm fi al-Marhalah al- Ibtidâ’iyyah, Tunis: ISESCO.

Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan, Flores: Nusa Indah.

Muhamûd Kâmil al-Nâqah  dan  Rusydî Ahmad Thu‘aimah,  al-Kitâb al-Asâsî li Ta’lîm al- Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâthiqîn bi Lughât Ukhrâ, (Mekkah: Jâmi‘ah Umm al-Qura, 1983)



[1] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Cet. I (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 1

[2] Kardita Kintabuana, Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Ma’had Al-Imarat, 2004), hal. 3

[3] Abdullah al-Tawwāb, I’dād Mu’allim al-Lughah al-‘Arabīyah Li Ghayr al-Nāṭiqīna Bihā (Jakarta: LIPIA, 1986), h. 39

[4] Tammâm   Hassân,   ―Tathwîr   al-Ta‘lif  fi   Majâlât   al-Lughah   al-‗Arabiyyah‖,   diakses  dari

http://www.isesco.org.ma/pub/arabic/Langue_arabe/p2.htm

[5] Iskandarwassid  dan  Dadang  Sunendar,  Strategi  Pembelajaran  Bahasa,  (Bandung:  Rosda, 2008), Cet. I, h.219-220

[6] Muhammad Ibrâhîm Dam‘ah dan Munîr Mûsa, al-Kitâb al-Madrasî wa Mada  Mulâamatihi li Amaliyyati wa at-Ta’allum wa al-Ta’lîm fi al-Marhalah al-Ibtidâ’iyyah, (Tûnis: ISESCO, 1982), h. 61-64.

[7] Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, (Flores: Nusa Indah, 1991), h. 69.

[8] Muhamûd Kâmil al-Nâqah  dan  Rusydî Ahmad Thu‘aimah,  al-Kitâb al-Asâsî li Ta’lîm al- Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâthiqîn bi Lughât Ukhrâ, (Mekkah: Jâmi‘ah Umm al-Qura, 1983), h. 37-39

[9] Muhamûd Kâmil al-Nâqah dan Rusydî Ahmad Thu‘aimah, al-Kitâb al-Asâsî …, h. 45-46.

[10] Muhamûd Kâmil al-Nâqah dan Rusydî Ahmad Thu‘aimah, al-Kitâb al-Asâsî …, h. 57-60.

[11] Muhamûd Kâmil al-Nâqah dan Rusydî Ahmad Thu‘aimah, al-Kitâb al-Asâsî …, h. 64-65.

[12] Fathî ‗Alî  Yûnis dan Muhammad ‗Abd al-Ra‘ûf Syaikh, al-Marji’ fi Ta’lîm al-Lughah al-

‘Arabiyyah li al-Ajânib, (Kairo : Maktabah Wahbah, 2003), h. 126-130.

[13] Lihat Abdullah Abd. Al-Tawwab, I’dād Mu’allim…. h. 39

[14] Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thuruq Ta’lim al-Lughah al-‘Arabīyah

(Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979), h. 108

Share
below article banner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *