Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

ย ย ย ย ย  Konsep dasar Strategi belajar mengajar meliputi dua hal; (1) Menetapkan Spesifikasi dan kualifikasi perubahan prilaku belajar, (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) Norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.[1]

Ada empat hal masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakuakan itu. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingg mudah difahami oleh peserta didik. Perubahan prilaku dan kepribadian yang abgaimana yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi bisa membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpanganenyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotifasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnyasendiri.[2]

Keempat, menetapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh manakeberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.[3]

  1. Entering Behavior Siswa

Entering Behavior merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah, dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah dimiliki siswa ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-substansial, structural-fungsional maupun behavior

Menurut Abin Syamsuddin, Entering Behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:

  1. Secara Tradisional, para guru mulai dengan pertanyaan tentang bahan yang akan diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
  2. Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan mampu mengembangkan instrument pengukuran prestasi belajar dengan mengadakan pra-test sebelum siswa mengikuti program belajar mengajar.
  1. Pola-Pola Belajar Siswa

Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa kedalam delapan tipe, dimana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar tersebut adalah: (1) Signal learning (belajar isyarat), (2) Stimulus-response learning (belajar stimulus/rangsangan), (3) Chaining (rangkaian/mempertautkan), (4) Verbal Association (asosiasi verbal), (5) Discrination learning (belajar kriminasi), (6) Concept learning (belajar konsep/pengertian), (7) rule learning (belajar aturan), (8) Problem solving (memecahkan masalah).[4]



[1] Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 222.

[2] Ibid, hlm 223

[3] Ibid., hlm 224

[4] Ibid, hlm 12

ย 

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *