Langit Berlapis Tujuh

Pengertian bahwa langit berlapis tujuh saya dapatkan dari guru ngaji, sewaktu masih kecil di musholla. Guru mengaji itu sendiri mendapatkan pengetahuan itu ternyata dari al Qurán, kitab suci kaum muslimin. Ketika itu, guru ngaji tidak menjelaskan bagaimana sesungguhnya yang dimaksudkan dengan pengertian langit yang berlapis sampai tujuh itu dan juga makna dari pengertian itu. Ia hanya mengatakan bahwa langit yang tampak itu, baru lapis pertama. Di atas langit yang tampak itu masih ada langit lagi berikutnya. Sejak itu saya juga tidak pernah berpikir bagaimana menghitung jarak dari langit satu ke lapis langit berikutnya. Apa yang membatasi antara lapis satu dengan lapis berikutnya. Penjelasan guru ngaji tersebut, biasanya terungkap lagi tatkala dikaitkan dengan kisah Isra’dan Mi’raj Nabi. Dalam kisah itu dijelaskan pula bahwa setiap lapis dijaga oleh malaikat. Penjelasan yang menyentuh pada wilayah yang serba abstrak. Penjelasan tentang alam yang bersumberkan dari kitab suci al Qurán itu, memberikan kesan, pengertian, dan pemahaman mendalam yang tidak pernah saya lupakan, di antaranya adalah sebagai berikut : Pertama, kitab suci ini memberikan pengetahuan di luar kemampuan nalar manusia. Andaikan al Qurán tidak memberikan penjelasan tentang itu, bagaimana pengetahuan manusia yang terbatas mampu menjangkau dan mendapatkan kesimpulan itu. Terhadap siapapun yang belum mengenal teknologi, melalui kitab suci al Qurán itu, telah mendapatkan informasi yang sedemikian jauh dan berharga. Kedua, ternyata al Qur’an tidak saja berbicara tentang siapa Tuhan dan bagaimana menyembahnya dan mengabdi, melainkan juga memberikan pengetahuan tentang alam ini. Umat Islam diajak berbicara tentang langit, kawasan yang sangat jauh yang tidak mungkin dijangkau. Demikian kitab suci ini, mengajak umat Islam berpikir jauh melebihi jangkauan otak atau pikirannya. Ketiga, umat Islam melalui kitab sucinya itu diajak untuk berpikir besar, tinggi, dan mulia. Umat Islam dengan begitu diharapkan agar tidak hanya sibuk memikirkan hal kecil yang bersifat duniawi, apalagi hal sepele tentang kekuasaan dan harta kekayaan. Ajaran tentang langit berlapis tujuh, memberikan pelajaran bahwa umat Islam semestinya tidak boleh terjerembab jatuh pada persoalan kecil dan sepele. Kekuasaan dan harta kekayaan adalah penting diraih, tetapi jangan menjadikannya lupa terhadap sesuatu yang justru lebih mulia dan berjangka panjang yang lebih kekal. Tentu saja dari pelajaran tentang langit berlapis tujuh tersebut masih banyak lagi makna lain yang lebih luas dan mendalam lagi. Silahkan masing-masing kita menggali sendiri terhadap berbagai makna itu, agar hidup kita tidak hanya disibukkan oleh persoalan kecil, sepele, dan tokh tidak pernah selesai. Persoalan-persoalan kecil, semisal yang akhir-akhir ini kita ramaikan itu, sesungguhnya hanya membikin lelah, dan bisa jadi, sangat merugikan bagi kehidupan ke depan yang sebenarnya justru akan kita tuju, ialah berhasil sampai langit berlapis tujuh itu. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share