Seorang mahasiswa datang ke rumah. Kebetulan, ia sudah menjelang lulus. Skripsinya sudah selesai disusun dan sudah disetujui oleh dosen pembimbingnya, tinggal menunggu ujian. Ia bermaksud mengukuti wisuda periode mendatang ini. Tetapi, di tengah kegembiraan menjelang selesai kuliah, ia mengaku takut menghadapi tugas baru, yaitu mencari pekerjaan. Ia datang ke rumah ingin bertanya, bagaimana cara mencari kerja. Saya katakan pekerjaan apa yang dicari, apakah PNS, wirausaha, bertani, beternak atau apa. Jika ingin menjadi PNS caranya harus menunggu sampai ada pengumuman penerimaan pegawai negeri baru. Penerimaan PNS tidak setiap saat, ada waktu-waktu tertentu, harus menunggu pengumuman. Tapi biasanya, peluangnya tidak banyak. Jatah penerimaan PNS pada masing-masing kementerian jumlahnya terbatas dan peminatnya banyak sekali. Tapi kalau ingin berwirausaha, setiap waktu bisa dimulai, kapan saja. Memang selain harus punya modal, seorang wirausahawan harus punya jiwa ulet, sunggung-sungguh, sabar, banyak relasi, juga memiliki modal. Jenis usaha yang bisa dipilih macam-macam, apakah ingin memproduk barang, jual jasa, berdagang atau apa. Pilihan tentu banyak, tergantung kemauan dan kemampuannya. Memang menjadi wirausaha tidak mungkin sekali jadi. Perlu pengalaman. Oleh karena itu saya katakan, kalau ingin menjadi wirausaha, sementara belum memiliki pengalaman, maka lebih baik ikut pengusaha sukses, diberi tugas apa saja. Di tempat itu, akan mendapatkan pengalaman kerja dan juga yang lebih penting adalah akan mendapatkan jiwa wirausaha. Menjadi wirausaha tidak cukup hanya berbekalkan kursus, apalagi hanya sekedar ngikut seminar. Memang furum seperti itu penting diikuti untuk menambah wawasan, tetapi belum sampai mendapatkan penghayatan yang cukup, apalagi jiwa wirausaha. Padahal yang terpenting dari itu semua, menurut hemat saya, adalah justru terletak pada jiwa wirausaha itu. Saya juga mengatakan bahwa, lulus sarjana juga tidak mengapa menjadi petani, peternak atau apa saja. Saya ceritakan padanya bahwa saya pernah didatangi oleh seorang yang mengaku pernah menjadi mahasiswa saya. Dia lulus dari Fakultas Tarbiyah, kemudian ikut pengusaha ternak. Tidak lama ikut orang, dia keluar dan merintis usaha sendiri. Ketika itu, —-saat ke rumah saya, dia merasa sukses dan ingin menunjukkan keberhasilannya itu. Dia bercerita telah menjadi peternak sukses. Usahanya dibidang penggemukan sapi. Dia mengimport sapi, kemudian digemukkan, lalu dijual kembali. Rata-rata, ia menggemukkan sapi antara dua ribu hingga tiga ribu-an ekor. Pengusaha ternak sukses yang mengaku pernah menjadi mahasiswa saya tersebut, mengatakan bahwa, selama belajar di kampus tidak sedikitpun isi mata kuliah yang didapatkan relevan dengan jenis pekerjaan yang selama ini digeluti. Apa yang dikatakan kiranya benar karena Fakultas Tarbiyah tidak ada kaitan dengan penggemukan sapi. Sekalipun begitu, ——entah sekedar untuk menyenangkan saya, dia mengaku telah mendapat sesuatu yang sangat berharga dari kuliah saya. Dia selalu ingat apa yang pernah saya katakan di depan kelas, bahwa pekerjaan apa saja jika ditangani secara sungguh-sungguh akan berhasil. Selain itu, kuncil sukses lainnya adalah gemar memelihara silaturrahmi. Pesan inilah yang dia amalkan, dan ternyata sampai saat itu usahanya sukses. Saya tidak tahu persis kegunaan cerita itu, tetapi mahasiswa yang bertamu tersebut rupanya mendapatkan sesuatu,—— paling tidak, sebagai bahan yang perlu direnungkan. Memang melalui silaturrahim seperti ini, wawasan dan atau pengalaman akan didapat. Karena itulah, Rasulullah juga pernah bersabda, bahwa sillaturrahim akan membuka rizki dan memperpanjang umur. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang