Memimpin Diri Sendiri

Suatu ketika, beberapa orang mahasiswa datang ke rumah, katanya sekedar mau bersailaturrahmi. Dalam kesempatan itu, seorang di antaranya menanyakan bagaimana menjadi pemimpin agar berhasil. Mungkiin mereka memandang, bahwa selama ini saya cukup lama memimpin kampus dan dianggap berhasil. Sehingga setidak-tidaknya, mungkin mereka ingin mengetahui, apa kunci keberhasilan dalam mengembangkan lembaga pendidikan. Atas pertanyaan tersebut, saya menjawab, bahwa memimpin orang itu mudah, asal tahu kuncinya. Setidaknya ada lima hal yang harus dipegangi sebagai seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin harus tahu apa sebenarnya yang dimaui. Pada kenyataannya, banyak pemimpin yang tidak tahu apa sesungguhnya yang dimaui. Kedua, pemimpin harus bisa menempatkan para bawahan secara tepat, yaitu harus jelas siapa mengerjakan apa. Ketiga, pemimpin juga harus tahu, di mana dan kapan pekerjaan itu diselesaikan. Keempat, pemimpin harus mengerti bagaimana menyelesaikan tugas dengan murah, cepat, tetapi hasilnya baik. Dan kelima, pemimpin harus cerdas tetapi jangan sekali-kali mengakali (membohongi) anak buahnya. Saya juga mengatakan kepada mereka, bahwa seringkali orang gagal dalam merumuskan keberhasilan. Keberhasilan semestinya disesuaikan dengan jenis tugas atau profesi yang bersangkutan. Seorang petani disebut berhasil manakala mereka mendapatkan panen yang banyak. Seorang pedagang berhasil, manakala telah mendapatkan untung besar. Seorang guru disebut berhasil jika para murid-muridnya menjadi pintar dan baik. Demikian pula semestinya bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin disebut berhasil manakala ia telah meraih sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Selanjutnya, saya menjelaskan bahwa memimpin orang lain sesungguhnya tidak sulit, apalagi memimpin birokrasi yaitu memimpin orang-orang yang bekerja di kantor, instansi, atau juga departemen. Pekerjaan di birokrasi sudah ada pedomannya, termasuk jumlah anggarannya. Semua tinggal menjalankan sesuai dengan prosedur dan tata aturannya. Semakin sesuai dengan tata aturan yang ada, maka dianggap semakin baik. Oleh karena itu, cara kerja orang-orang birokrat, tampak kaku dan bahkan kadang tidak menunjukkan sebagai orang cerdas, karena hanya mengikuti aturan. Selanjutnya, bahwa yang justru sulit adalah tatkala harus memimpin diri sendiri. Memimpin diri sendiri ternyata tidak gampang. Banyak orang berhasil memimpin orang lain, baik di kantor, di organisasi, perusahaan dan lain-lain, tetapi gagal ketika memimpin dirinya sendiri. Bahkan kegagalan seorang pemimpin sesungguhnya selalu diawali dari tatkala gagal memimpin diri sendiri. Setiap orang selalu memahami nilai-nilai, norma-norma, atau apa yang dikatakan baik atau sebaliknya. Tentang baik dan atau buruk sesungguhnya sudah secara mudah dipahami oleh semua orang. Demikian juga setiap orang selalu menghendaki agar dirinya menjadi baik dan bahkan menjadi yang terbaik. Itulah sebabnya, tidak ada seorang pun yang menginginkan agar kekurangan dan bahkan kejelekannya diketahui oleh orang lain. Setiap orang selalu ingin menampakkan diri secara sempurna, yaitu menjadi yang terbaik. Akan tetapi, pada kenyataannya betapa sulit itu semua dilakukan. Orang menganggap bahwa bangun pagi menjelang subuh, ambil air wudhu dan kemudian pergi ke masjid sholat berjamaáh adalah kebiasaan yang sangat mulia. Namun pada kenyataannya berapa orang yang berhasil menjalankannya. Jumlah itu sedikit sekali, sehingga banyak masjid berukuran besar, tetapi jumlah jamaáhnya kecil. Memimpin panitia pembangunan masjid, jauh lebih mudah daripada memimpin dirinya sendiri tatkala harus memanfaatkan masjid yang telah dibangunnya itu. Semua orang juga tahu bahwa mengeluarkan zakat, infaq, dan shodaqah itu adalah merupakan kewajiban dan baik jika dilakukan secara istiqomah. Akan tetapi, ternyata mengeluarkan zakat, infaq bagi dirinya sendiri tidak semudah menjadi pemimpin panitia pengumpulan kewajiban agama itu. Artinya memimpin diri sendiri, jauh lebih sulit daripada memimpin orang lain. Masih banyak contoh lagi lainnya. Di antaranya, siapapun tahu bahwa belajar di perguruan tinggi harus dilakukan secara serius. Mereka harus banyak membaca, belajar menulis, membuat laporan penelitian, pergi ke perpustakaan mendapatkan buku dan jurnal yang baru. Mereka tahu bahwa setelah lulus dari perguruan tinggi akan dituntut keahliannya di tengah masyarakat. Semua itu telah diketahui oleh setiap mahasiswa. Akan tetapi lagi-lagi, karena memimpin diri sendiri itu sulit, maka tidak sedikit mereka yang gagal menunaikannya. Mereka hanya mau belajar tatkala ujian telah dekat waktunya. Akhirnya, mereka lulus tetapi kelulusannya hanya sebatas memenuhi syarat minimal. Padahal itu sama sekali tidak dikehendaki olehnya. Dari perbincangan panjang itu, saya mengatakan bahwa memang memimpin diri sendiri ternyata lebih sulit dari memimpin orang lain. Memimpin orang lain biasanya mudah. Asalkan tugas itu diberikan, mereka dipercaya dan diberi keleluasaan untuk berkreasi, maka tugas-tugas itu dilaksanakan sebaik-baiknya. Tentu agar tuigas itu dijalankan secara sempurna, maka harus dikontrol dan dievaluasi secara terus menerus. Mereka dihargai, diakui akunya, dilibatkan, dan diberikan harapan-harapan masa depannya, maka tugas-tugas itu akan ditunaikan. Akhirnya, semua pekerjaan dapat dilakukan, dan kemudian organisasi berkembang dan akhirnya kepemimpinannya dianggap berhasil. Akan tetapi, tatkala harus memimpin diri sendiri, misalnya harus bangun tengah malam untuk menunaikan sholat malam, bangun pagi sebelum subuh agar tidak terlambat sholat berjamaáh di masjid, selalu menyisihkan penghasilannya untuk zakat, infaq dabn shadaqoh, menolong yang lemah, santun kepada siapapun, dan lain-lain, maka itu justru itu sedikit yang berhasil melakukannya. Salah satu tugas pemimpin adalah menggerakkan dan sekaligus mengarahkan. Namun, tatkala tugas itu harus dilakukan terhadap diri sendiri, ternyata justru lebih sulit dijalankan daripada terhadap orang lain. Sehingga artinya, memimpin diri sendiri jauh lebih sulit daripada memimpin orang lain. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share