Pada hari ini , genap 1000 hari saya menulis artikel pendek tanpa henti setiap pagi. Selesai sholat subuh, saya berusaha secara rutin menulis. Apa saja yang terlintas dalam pikiran, pada pagi itu, sekiranya bermanfaat saya tulis. Biasanya sepulang  dari masjid, shalat subuh, membaca al Qurán beberapa halaman, lalu saya lanjutkan dengan kegiatan menulis artikel.
 Semula tidak ada niat untuk melakukan kegiatan itu hingga genap seribu hari. Untuk mengisi waktu di pagi itu, saya mencoba untuk menulis. Apa yang saya tulis tentu adalah hal sederhana, terkait dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tentang pendidikan, sosial, ekonomi, pandangan saya tentang Islam, dan lain-lain. Tulisan sederhana tersebut saya posting melalui website, facebook dan scribb.  Lama kelamaan,  dari kegiatan menulis itu, ternyata saya memperoleh  kepuasan tersendiri.  Setiap membuka website, facebook, dan juga scribb, saya ketahui ternyata pengunjung tulisan saya cukup banyak. Rata-rata setiap hari tidak kurang dari 5000 orang membaca tulisan saya. Dengan begitu maka saya merasakan  telah bisa memberi sesuatu dan berkomunikasi   dengan sebanyak orang tersebut pada setiap harinya.      Kepuasan itu semakin  bertambah, setelah  membaca lebih detail, ternyata pengunjung masing-masing artikel tersebut hingga berjumlah ribuan. Bahkan ada artikel  yang dibaca oleh lebih dari 12.8000 orang.  Biasanya baru beberapa hari saja tulisan itu saya posting, terlihat sudah dibaca   antara  2000 hingga 5000 orang. Jumlah pembaca tersebut belum termasuk yang melalui facebook dan scribb. Lebih gembira lagi, ternyata  tulisan-tulisan tersebut dikomentari oleh pembacanya secara positif. Seharusnya setiap komentar terhadap tulisan tersebut saya beri respon balik, namun karena kesibukan, saya tidak memiliki waktu untuk melakukan hal itu. Tentu saya merasa salah, namun kiranya mereka yang berkomentar itu cukup memahami atas kekurangan saya itu. Jangankan hingga member respon balik, sebatas mengedit tulisan-tulisan tersebut saja  tidak sempat saya lakukan. Biasanya artikel selesai saya tulis, ——memerlukan waktu antara 30 hingga 45 menit, langsung saya posting melalui website, facebook dan scribb.  Sekalipun kegiatan menulis tersebut bukan merupakan sesuatu yang istiomewa, ternyata tidak sekikit pembaca  yang memberikan apresiasi positif. Sebelumnya saya tidak mengira, bahwa  kemudian tulisan tersebut mendapat sambutan baik seperti itu. Sebagaimana saya tulis di muka, bahwa sebenarnya kegiatan menulis itu pada awalnya hanya sebatas iseng untuk mengisi waktu luang di pagi hari. Namun  lama kelamaan, ternyata  kegiatan menulis menjadi kebiasaan dan terasa enak saya lakukan.   Seringkali saya mendapatkan pertanyaan dari teman, tentang bagaimana mendapatkan inspirasi sebagai bahan tulisan pada setiap pagi itu. Saya menjawab bahwa inspirasi itu selalu muncul setelah shalat subuh di masjid dan membaca al Qurán. Saya tidak pernah merasa kehabisan sesuatu yang perlu ditulis. Bahkan kadang  kesulitan itu justru  saya rasakan ketika  harus memilih satu di antara beberapa yang menarik untuk ditulis.  Menurut pengalaman selama ini, bahwa inspirasi itu akan muncul dari pergaulan dan juga kegiatan membaca. Namun menurut hemat saya, pergaulan dan bacaan itu harus terpilih dan  berkualitas. Saya dalam hal ini memilih bergaul langsung dengan Dzat Yang Maha Pencipta,  melalui shalat setiap waktu. Sedangkan bahan bacaan, saya memilih firman Allah yang sudah terhimpun dalam kitab suci, yaitu al Qurán.  Ternyata dengan pilihan  itu, maka inspirasi selalu muncul, dan sebagai buktinya, selama 1000 (seribu) hari tidak pernah berhenti, ada saja sesuatu yang bisa ditulis.  Saya mengakui bahwa tulisan-tulisan tersebut tidak luas dan juga tidak mendalam. Namun saya berpandangan bahwa,  sekecil apapun sesuatu akan membawa manfaat. Saya juga tidak pernah memperbaiki atau mengedit tulisan-tulisan  tersebut, ——-kecuali sekedarnya, sehingga dalam artikel yang saya tulis tersebut mungkin banyak  kalimat yang tidak sempurna,  penggunaaan kata yang kurang tepat,  uraian yang kurang jelas, argumentasi yang lemah dan seterusnya. Akan tetapi apapun bentuk tulisan itu,   saya rasakan   akan berguna, setidak-tidaknya, sebagai sarana berkomunikasi atau bersilaturrahmi dengan banyak pihak.    Terkait dengan kegiatan tulis menulis ini,  suatu ketika, saya mendapatkan pertanyaan menarik dari seorang tamu yang kebetulan datang ke kantor. Pertanyaan itu sederhana, yaitu ingin tahu  apakah kegiatan menulis setiap hari tersebut menjadi beban, sehingga muncul perasaan terpaksa dan memberatkan. Maka saya menjawabnya, bahwa dengan menulis, saya justru mengalami  sebaliknya. Yaitu bahwa, dengan kegiatan itu saya  mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan  yang luar biasa.  Saya katakan bahwa, selama ini tidak ada orang lain yang memaksa dan apalagi menekan. Kegiatan menulis selama ini justru  saya rasakan sebagai panggilan, dan oleh karena itu  tatkala panggilan itu berhasil ditunaikan maka akan mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan.  Sekali waktu, memang ada pembaca yang menanyakan, jika suatu saat, saya terlambat memposting naskah yang saya tulis pada  hari itu. Keterlambatan itu biasanya, oleh karena ada gangguan listrik yang lagi mati, sinyal internet yang menurun sehingga tidak bisa digunakan. Atau, saya sedang dalam perjalanan yang di lokasi /wilayah itu tidak tersedia jaringan internet.  Pada keadaan seperti itu, ada saja pembaca, menanyakan atas keterlambatan tulisan pada hari itu melalui sms, misalnya.  Mungkin bagi mereka itu, membaca tulisan tersebut sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.  Apapun keadaannya, pada setiap pagi,  saya selalu berusaha  menulis.  Saya berpendapat  bahwa menjaga istiqomah adalah sangat penting, apalagi kegiatan menulis. Berhenti menulis, apalagi hingga dalam waktu lama, maka untuk mengembalikan kebiasaan itu akan terasa berat.  Umpama pada saat saya harus menulis, namun misalnya sedang di perjalanan, maka kegiatan itu saya alihkan waktunya, tetapi masih pada hari itu. Atau saya harus menulis di perjalanan. Seperti misalnya,  pada dua bulan lalu, saya melakukan perjalanan panjang ke Moscow, maka di atas pesawat, sambil sekaligus  menghabiskan waktu, saya gunakan untuk menulis.  Akhir-akhir ini, kesenangan menulis itu  menjadi bertambah meningkat, karena ternyata,  saya ketahui dari website, telah banyak orang, —–mahasiswa dan dosen, melakukan hal yang sama, yaitu membiasakan diri untuk menulis. Bahkan, saya ketahui bahwa kegiatan menulis secara rutin,  juga dilakukan oleh Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof.Dr.H.Nur Syam dan juga Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof.Dr. Muhibbin. Menurut informasi yang saya peroleh, Prof. Nur Syam sudah menulis secara rutin, juga setiap hari,  hingga sampai saat ini sudah lebih dari satu tahun. Begtitu pula Rektor IAIN Walisongo Semarang sudah beberapa bulan, juga melakukan hal yang sama.  Saya membayangkan, umpama kegiatan menulis secara rutin ini diikuti oleh banyak kalangan, ———para pimpinan perguruan tinggi Islam, dosen, dan mahasiswa, maka secara otomatis suasana akademik di perguruan tinggi Islam akan terbangun dengan cepat. Kegiatan itu akan diikuti oleh kegiatan lain, seperti penelitian, penulisan buku,  maupun bentuk kegiatan akademik lainnya. Dengan begitu maka akhirnya, apa yang diharapkan dari perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan perubahan masyarakat kearah yang lebih baik, akan segera tercapai. Selain itu, perguruan tinggi Islam di negeri ini akan berhasil melakukan perannya secara maksimal. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang