Sebagaimana tanaman pada umumnya, agar pohon ilmu tumbuh subur, berbatang  besar, dahan, cabag, rantingnya rindang, berdaun lebat dan berbuah banyak, sehat, dan segar, maka perlu dipupuk, dicukupi airnya,  dan juga selalu dikontrol agar tidak terkena hama. Pohon ilmu yang berada di tanah tandus, dan tidak dipupuk, tumbuh alami, dan apalagi selalu banyak diserang hama, maka pohon itu tidak akan sempurna hidupnya. Pohon ilmu UIN Maliki Malang diusahakan selalu dirawat, hingga tumbuh subur, dan berbuah.
 Secara sederhana, sebagai bagian dari pupuk tanaman itu adalah semangat, etos, kesediaan berjuang dan sekaligus berkorban oleh  para pimpinan, dosen, karyawan, dan para mahasiswanya. Para dosen dan karyawan harus tulus dan sungguh-sungguh dalam merawat pohon itu. Mereka harus memiliki semangat beramal, berjuang, dan sekaligus berkorban. Apa yang dilakukan sehari-hari, sama sekali  tidak diwarnai oleh suasana atau iklim transaksional. Disebut bernuansa transaksional jika mereka baru mau bekerja jika ada imbalan dan bahkan diketahui jumlahnya besar.  Pupuk menggambarkan sebuah pengorbanan. Lihat saja para petani, tatkala mereka sedang menanam, uang yang dimiliki bukan digunakan untuk berpesta atau membeli barang yang tidak perlu, tetapi justru dibelikan pupuk,  untuk mensuburkan tanamannya. Umpama saja petani tersebut, tidak peduli dengan tanamannya, mereka tidak mau memberikan pupuk, maka tanamannya tidak akan tumbuh subur.  Pupuk itu juga berupa perhatian, cinta,dan kasih sayang. Manakala para pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa memiliki kesediaan untuk mencintai pohon ilmu itu, maka suasana akademik di kampus akan tumbuh dan berkembang. Mereka melaksanakan peran dan tugasnya masing-masing tidak hanya sebatas memenuhi kewajiban dan ditunaikan sebatas pada  standard minimal, melainkan justru sebaliknya, semaksimal mungkin, maka tanaman akan tumbuh subur. Dalam ajaran Rasulullah ada konsep yang disebut ikhsan.  Yaitu,  selalu memberikan dan menjalankan yang terbaik. Atas dasar konsep itu, maka siapapun warga kampus tatkala bekerja dan memberikan sesuatu pada kampusnya, selalu bekerja dan memberikan yang terbaik.   Berbeda dengan pupuk yang selalu dibutuhkan, maka pohon juga memerlukan perlindungan agar tidak diserang oleh berbagai jenis hama. Hama  pohon ilmu, bermacam-macam jenis dan bentuknya. Namun, dari sekian banyak jenis hama itu, yang paling membahayakan adalah hama yang datang atau bersumber dari orang-orangnya sendiri. Tidak adanya semangat berprestasi, bekerja di bawah ukuran standard minimal, tidak peduli pada pengembangan kampus, dan malah justru mengerjakan tugas-tugas di luar kampus di waktu dinas, dan seterusnya, maka semua itu  adalah bagian dari hama pohon ilmu.  Selain itu, hama pohon ilmu juga berupa suasana psikologis yang bersifat kontra produktif. Misalnya, adanya semangat membangun kelompok yang berdasar ideologis, sehingga mematikan iklim  professional dan objektivitas keilmuan. Dengan mengedepankan idiologis itu, maka kampus diwarnai oleh suasana subyektivitas, irrasional, serba tertutup, semangat mengejar kemenangan kelompok, dan menyisihkan pihak-pihak yang tidak seidiologis, dan sterusnya. Jika suasana atau iklim terakhir ini yang terbangun, maka artinya pohon ilmu itu sedang terkena  hama atau penyakit.  Pohon ilmu menjadi tumbuh dan berkembang karena selalu dipupuk serta aman dari berbagai macam penyakit. Suasana keterbukaan, obyektivitas, keberanian selalu terbangun, sehingga berbagai kegiatan akademik berhasil dikembangkan secara maksimal. Dengan iklim seperti itu, maka seluruh warga kampus merasa berada di rumahnya sendiri. Selain itu, kehidupan kampus terbangun suasana yang menggembirakan, karena sesama warga kampus  terjalin ikatan kebersamaan, kesetaraan, dan merasa bersama-sama mengemban misi mulia, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan atas dasar  niat mulia, yaitu ikhlas, sabar,  dan istiqomah, yang semua itu dirasakan sebagai bagian dari amal ibadahnya. Wallahu a’lam.    Â
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang