Bisnis kecil-kecilan yang telah saya lakukan sambil kuliah, ternyata hanya berjalan sekitar 3 tahun, dan akhirnya bangkrut. Semua uang yang saya dapatkan dari bisnis itu habis, tidak terkecuali uang yang sesungguhnya masih berstatus pinjaman dari orang. Menghadapi peristiwa itu tentu tidak mudah. Pikiran menjadi kacau dan masih ditambah beban lainnya, berupa teguran dari kanan kiri, dianggap kurang hati-hati, terlalu percaya pada orang, dan seterusnya. Peristiwa menyakitkan itu masih saya ingat sampai sekarang. Memang benar berawal dari kesalahan saya sendiri. Kebangkrutan itu, ceritanya sebagai berikut. Karena jumlah dagangan sudah agak banyak, maka saya ambil langkah, kemana-mana saya dan Pak Musari (kawan berbisnis) membawa pembantu. Menurut perhitungan, dengan pembantu itu akan meringankan beban. Orang yang saya tunjuk sebagai pembantu, selama itu orangnya, saya kenal baik, dan sangat loyal. Selain cekatan, ia berbadan tegap, sehingga secara fisik bisa bekerja apa saja yang saya perlukan. Saya masih ingat, ketika itu Bulan Puasa. Saya mencari dagangan ke Kecamatan Pule, yang kira-kira berjarak 40 km arah selatan kota Trenggalek. Saya berdagang apa saja sesuai musimnya, kadang cengkih, blinjo, buah-buahan, dan lain-lain. Saat itu, masyarakat di daerah tersebut sedang panen jahe. Saya tahu bahwa jahe bisa dijual ke Surabaya atau juga ke Malang. Kebetulan saya pergi sendirian, hanya ditemani oleh pembantu tersebut. Mencari dagangan ketika itu tidak sulit, karena memang sedang musimnya. Modal yang saya bawa cukup. Para pemilik jahe senang dengan harga yang saya tentukan, dan lebih dari itu semua barang saya bayar kontan. Dagangan tersebut akan saya jual lagi ke Surabaya. Karena waktu itu Bulan Puasa, untuk menghemat tenaga, ——-apalagi minggu depannya harus ngikuti ujian semesteran, saya mempercayakan pembantu tersebut mengantarkan dagangan satu truk jahe sendirian, ke Surabaya. Saya tidak curiga sama sekali dengan kejujuran pembantu itu. Inilah salah satu kelemahan, saya selalu mempercayai kepada banyak orang. Saya berpandangan, bahwa semua orang harus saling memberi dan menerima secara timbal balik. Jika saya ingin dipercaya, maka saya juga harus mempercayai. Pikiran saya mengatakan,bahwa bagaimana saya berharap orang lain mau mempercayai saya, sementara saya sendiri, misalnya tidak mempercayainya. Atas dasar pikiran itu, saya sangat percaya dengan orang-orang yang sehari-hari membantu mengurus dagangan saya. Dan selama itu, saya tidak pernah melihat dia tidak-jujur. Setelah truk siap berangkat, saya punya pikiran, menugasi pembantu saja mengantar dagangan itu ke Surabaya. Keputusan itu saya anggap lebih baik, agar saya tidak terlalu capek. Saya percaya saja pada pembantu, karena dia sudah lama ikut dan sudah kenal dengan orang yang akan menerima dagangan itu di Surabaya. Memang ke mana-mana dia saya ajak, sehingga dia sudah mengenal beberapa kota. Demikian pula, semua mitra bisnis saya, mengenal pembantu saya itu orang baik, dan telah lama menjadi kepercayaan saya. Tanpa saya duga sebelumnya, ternyata pembantu yang saya percayai itu tidak pernah kembali lagi hingga sekarang. Dagangan satu truk, dia jual dan kemudian minggat, sampai saat ini, pergi ke mana tidak pernah bisa dilacak. Lebih celakanya lagi, dia juga mengambil seluruh piutang di semua rekan bisnis saya. Kepada pra mitra bisnis, dia mentakan telah ditugasi untuk menangih piutang. Mereka juga percaya begitu saja, karena sudah mengenalnya. Umpama mau mengkonfirmasi juga tidak mungkin, karena waktu itu juga belum ada HP seperti sekarang. Sebelum berpisah, untuk berangkat ke Surabaya, dia saya pesan agar setelah nyampai,—- apakah mendapat uang atau tidak, supaya pulang. Karena ketika itu, dia tidak membawa pakaian, maka tas yang berisi buku catatan kuliah, saya pinjamkan untuk dibawa. Tanpa ada felling apa-apa, saya pulang ke desa, untuk istirahat, karena seminggu berikutnya lagi akan mengikuti ujian akhir semester. Akibat menghilangnya orang kepercayaan itu, maka seluruh uang yang selama itu saya kumpulkan bersama Pak Musari, habis dibawa kabur. Bahkan saya harus membayar hutang kepada beberapa orang lainnya yang barang dagangannya saya bawa, sedangkan uangnya belum sempat saya bayar. Ketika itu, saya benar-benar menjadi bangkrut. Tidak itu saja, buku-buku catatan hasil kuliah dalam satu tas, yang selalu saya bawa kemana-mana, ikut dibawa olehnya. Pikiran saya ketika itu menjadi kacau. Uang dan buku-buku catatan kuliah hilang bersamaan. Menghadapi persoalan itu saya tidak mau kehilangan dua-duanya. Pikiran saya mengatakan bahwa uang dan dagangan hilang tidak mengapa, asal kesempatan ujian akhir semester masih bisa saya ikuti. Untuk menghadapi ujian, ketika itu saya terhibur, masih beruntung. Saya mendapatkan pertolongan dari senior saya, yaitu Ibrahim Mawardi. Catatan kuliah miliknya, dipinjamkan pada saya agar bisa saya pelajari untuk mempersiapkan ujian. Saya ikuti ujian akhir semester, dan seperti biasa, saya bisa lulus, sekalipun nilai yang saya dapatkan tidak maksimal. Segera selesai ujian, saya mencari lagi keberadaan pembantu tersebut, barangkali masih bisa ditemukan. Semua dagangan yang saya kirim ternyata nyampai pada orang yang dituju. Mitra bisnis yang menerima dagangan mengatakan, bahwa pada hari yang saya sebutkan, dagangan itu datang dan diserahkan. Semua kewajiban keuanganya dibayarkan dan pembantu tersebut segera kembali. Dia pun juga tidak mengira bahwa yang bersangkutan sampai hari itu belum nyampai di rumah. Saya berusaha melapor ke Polisi. Selain itu juga mencari sendiri ke alamat-alamat yang saya perkirakan disinggahi olehnya. Saya temukan alamat temannya di beberapa tempat. Dan benar, ada yang memberi informasi, bahwa orang tersebut pernah mampir di tempatnya. Karena sudah sekian lama, orang yang saya cari itu tidak ketemu, akhirnya semua itu saya ikhlaskan. Saya tidak mau tenggelam pada persoalan yang mengecewakan itu. Saya harus membangun usaha lainnya, yang lebih aman atau tidak terlalu beresiko. Mendengar peristiwa itu, ayah dan ibu saya, memberikan nasehat, agar saya berhenti dari usaha dagang. Beliau mengatakan bahwa, selama ini tidak pernah menghendaki saya melakukan kegiatan itu, sekalipun juga tidak melarangnya. Beliau menghendaki agar saya menyudahi berdagang, dan berkonsentrasi menyelesaikan kuliah. Tetapi karena naluri saya, tidak mau menjadi orang yang banyak menganggur, maka apa saja yang baik dan bisa, maka saya kerjakan. Setelah berdagang gagal, saya mencari aktifitas lain, di antaranya memberi kursus matematika. Saya pernah mendapat tugas memberi les privat matematika kepada putra Prof. Masyfuk Zuhdi. Perkenalan dengan guru besar yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, akhirnya saya diajak bekerja di kampusnya sebagai tata usaha. Selain itu, saya juga mendapatkan tugas pengetik beberapa buku karya para dosen, di antaranya buku Pak Malik Fadjar. Beberapa tulisan Gus Dur (KH.Abdurrahman Wahid), terkait dengan laporan kerjasama antar Umat Beragama, yang diberikan melalui Pak Malik Fadjar, saya pernah mengetiknya. Dari berdagang, sekalipun akhirnya bangkrut, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Saya menjadi terbiasa berkomunikasi dengan mitra bisnis, berkenalan dengan banyak orang di segala levelnya, mulai sopir bus, kernet, tukang becak, manol, dan lain-lain. Saya juga mengenal bagaimana para pedagang di tengah pasar menjalankan usaha dagangannya. Pengalaman itu saya rasakan ternyaka juga sangat penting, sebagai bagian dari proses mendewasakan pribadi saya. Kegagalan tersebut, juga saya maknai sebagai sebuah proses belajar yang harus saya alami, agar di kemudian hari, saya menjadi lebih cermat dan hati-hati. Bagi saya, tidak ada sesuatu yang tidak memberi manfaat dalam perjalanan hidup ini. Sesuatu yang selalu harus saya hindari adalah diam, tidak bekerja dan menjadi beban orang lain. Saya lebih menyukai menjadi orang yang selalu memperjuangkan orang daripada diperjuangkan. Saya harus selalu melakukan sesuatu, dan tidak pernah takut salah. Diam bagi saya adalah pertanda kematian. Saya tidak pernah mau dianggap mati, tatkala saya belum benar-benar mati. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang