Home / Artikel / Umum / Hak Allah Yang Tidak Boleh Diminta Dan Apalagi Direbut

Hak Allah Yang Tidak Boleh Diminta Dan Apalagi Direbut

Ada sesuatu milik Allah yang tidak boleh diambil begitu saja oleh makhluknya, yang mungkin merupakan pengecualian, yaitu puji-pujian. Allah membolehkan terhadap makhluk-Nya mengambil apa saja yang dimiliki, baik yang ada di langit maupun  yang ada di bumi. Tetapi milik-Nya yang berupa puji-pujian itu tidak diberikan kepada siapapun.

  Allah memberikan apa saja yang dimiliki untuk makhluk-Nya. Selain itu juga membolehkan manusia  mengambil dan mengkonsumsi apa saja, kecuali beberapa jenis saja diharamkan, karena ternyata bisa merusak dirinya, seperti memakan bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih dengan tidak menyebut basmallah, dan  lainnya. Allah membolehkan manusia mengkonsumsi makanan yang halalan, thayyiban dan mubarrakan.   Allah juga membolehkan manusia untuk memohon kasih sayang-Nya, ampunan-Nya, perlindungan-Nya, petunjuk-Nya, pertolongan-Nya. Namun Allah tidak membolehkan terhadap semua makhluknya untuk mendapatkan puji-pujian dari manapun datangnya. Segala puji-pujian hanya milik Allah semata. Semua manusia tidak berhak memiliki atau mendapatkannya.   Bahwa segala puji-pujian hanya milik Allah, dinyatakan dalam salah satu ayat dalam surat al Fatehah. Ayat itu berbunyi alhamdulillahirabbil alamien. Ayat ini  wajib dibaca pada setiap sholat, baik sholat wajib lima waktu maupun sholat sunnah. Dengan demikian seorang muslim, dalam sehari semalam minimal 17 kali menyatakan bahwa segala puji-pujian hanyalah milik Allah. Manusia tidak berhak memilikinya, apapun prestasi yang telah dibuatnya.   Orang tidak dibolehkan memuji terhadap selain Allah. Manakala ada prestasi atau keberhasilan, maka bukan orang yang berhasil dan berprestasi itu yang berhak dipuji, melainkan Allah. Atas keberhasilan itu hendaknya kita bertasbih dengan memuji-Nya dan beristighfar. Keberhasilan seseorang meraih sesuatu pada hakekatnya  adalah karena Allah. Kita harus berkeyakinan bahwa tanpa pertolongan-Nya, siapapun tidak akan berhasil atas apapun usahanya. Selain itu, bahwa segala kekuatan dan penentu  segala sesuatu adalah  Allah sendiri.   Pada awalnya, saya merasakan sangat berat memahami konsep tersebut. Pikiran saya selalu bertanya-tanya, mengapa Allah memonopoli segala puji-pujian itu. Manusia tidak diberi hak memiliki atau mendapatkannya. Dinyatakan secara tegas bahwa Innal hamda lillah. Bahkan juga manusia dilarang  memuji sesama manusia, apapun prestasi atau hasil karya  yang diraih.   Setelah melakukan perenungan yang mendalam, saya mendapatkan pemahaman, bahwa salah satu sumber petaka  dalam kehidupan manusia ini adalah keinginan mendapatkan, dan bahkan mengejar-ngejar puji-pujian ini. Orang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya agar berbeda dari lainnya, hingga dipuji dan disebut sebagai orang paling kaya. Orang juga berusaha sekuat tenaga agar diakui sebagai paling gagah, paling pintar, paling berkuasa, paling kuat, paling cantik, paling tampan, paling berpengaruh, paling indah dan seterusnya. Keinginan memperoleh puji-pujian dengan cara itu,  akan mengabaikan kepentingan  orang lain, mencelakakan, dan bahkan memusnahkannya.    Keinginan mengejar identitas sebagai paling atas dalam segala-galanya itu ternyata memang melahirkan sikap lupa terhadap sesama.  Seseorang agar menjadi paling kaya, maka enggan memberikan  sebagian hartanya untuk orang lain, sehingga menjadi bakhil. Orang berebut dan bahkan perang antar sesama, sesungguhnya hanya bermaksud memenuhi keinginannya  agar dipuji dan disebut sebagai orang, kelompok, atau negara yang paling hebat. Keinginan mendapatkan pujian mendorong orang melakukan apa saja yang bisa diperbuat dan mengabaikan terhadap kebutuhan pihak lain. Jawaban inilah yang saya peroleh,  hingga memang selayaknya Allah swt., memonopoli bahwa semua puji-pujian itu hanyalah milik-Nya sendiri.   Saya membayangkan, andaikan setiap orang berhasil menekan keinginannya dari mendapatkan  puji-pujian, maka dunia ini akan damai. Mereka tidak akan mengejar-ngejar kekuasaan, hanya agar dipuji orang. Orang juga tidak akan berebut dan menumpuk-numpuk harta hanya agar dipuji dan disebut sebagai seorang yang paling kaya.  Orang juga tidak akan menaklukkan orang, kelompok, atau bangsa lain hanya agar dipuji dan disebut sebagai orang yang terkuat.   Selain itu, orang dipuji ternyata selalu  akan bersifat subyektif dan menjadi sombong, congkak atau takabbur. Padahal sifat-sifat seperti itu dilarang untuk dimiliki atau disandang oleh siapapun. Maka artinya, puji-pujian bagi manusia justru selalu melahirkan sikap atau sifat  tidak baik. Berangkat dari renungan dan pemahaman sederhana ini, maka saya  dapat mengerti, bahwa puji-pujian bagi manusia, adalah merupakan sumber kerusakan dan petaka. Oleh karenanya, sifat itu tidak boleh dimiliki, dan hanya menjadi otoritas Allah sendiri. Apalagi, lebih dari itu, bahwa sebenarnya, manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa,  jika saja,  tidak dianugerahi oleh Allah swt.   Namun, pada tataran empirik yang kita lihat sehari-hari, sekalipun dilarang, orang tetap mengejar puji-pujian itu. Sebatas ingin dipuji, orang menumpuk harta tanpa batas, memperluas pengaruh, menindas, dan mengalahkan sesama, berebut,  menguasai dan seterusnya, semua itu mengakibatkan lahirnya ketidak-jujuran, manipulasi, kebohongan, entrik yang berakhir pada penderitaan, ketidak-adilan dan kehancuran. Maka, itulah sebabnya, mengejar dan atau bahkan sekedar ingin dipuji  tidak dibolehkan. Semua puji-pujian hanyalah  milik Allah semata. Manusia tidak boleh meminta dipuji dan apalagi merebutnya. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

About Moch Wahib Dariyadi

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Check Also

Kebijakan Baru Youtube 2018 | Tutorial Youtube

Kebijakan youtube terbaru 2018 mulai pertengahan januari ini mengeluarkan kebijakan terbarunya,setelah ditahun kemarin pada tanggal ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *