Saturday, 5 October 2024
above article banner area

Mahasiswa UGM Ciptakan Sepatu Khusus Penderita Diabetes

Pemilihan sepatu sebagai sebuah alas kaki tentu harus mempertimbangkan faktor kenyamanan bagi setiap pemakainya. Tidak terkecuali para penderita diabetes yang berisiko terkena ulkus diabetika sebesar 29 kali.

Ulkus diabetika merupakan komplikasi berupa luka berbau pada permukaan kulit. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan alas kaki yang tidak tepat sehingga menyumbangkan 99,9 persen terjadinya ulkus diabetika.

Berdasarkan hal tersebut, empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptkan sepatu, khusus bagi penderita diabetes. Vivi Leona Amelia (Jurusan Ilmu Keperawatan), Erlisa Diah Pertiwi (Jurusan Stastistika), Oktiyanto Ade Saputro (Jurusan Teknik Industri), dan Arini Giska Safitri (Jurusan Gizi Kesehatan) membuat sepatu dengan bagian alas kaki yang mengutamakan keamanan, kenyamanan, dan kemudahan beraktivitas bagi penderita diabetes.

Menurut Arini, penderita diabetes tidak merasakan luka yang kerap kali terjadi pada kaki mereka. Hal ini disebabkan karena kaki mengalami neuropati, yakni saraf tidak dapat merasakan sakit di bagian tersebut. Maka, penting untuk mencegah terjadinya luka serta memperlebar luka yang mereka alami.

“Selain mencegah perluasan luka pada kaki, sepatu ini juga dirancang meningkatkan kenyamanan pemakaian alas kaki bagi penderita diabetes. Sehingga mereka dapat berjalan kaki maupun beraktivitas tanpa perlu merasa khawatir,” ujar Arini seperti dikutip dari situs UGM, Selasa (2/8/2011).

Arini menambahkan, pembuatan sepatu ini menggunakan bahan-bahan yang disesuaikan dengan kenyamanan para penderita diabetes, yakni kulit sapi dan kambing dengan kualitas terbaik. Hal ini dimaksudkan agar kaki tidak terlalu lembap sehingga dapat menimbulkan bakteri dan infeksi serta bau yang tidak sedap.

Selain kulit, lanjut Arini, mereka menggunakan merimes, yakni sejenis busa kain pada bagian dalam sepatu. “Ini untuk mengurangi gesekan kaki dengan sepatu dan meminimalisir terjadinya lecet,” katanya menjelaskan.

Berbeda dengan sepatu pada umumnya, sepatu ini memiliki keunggulan tersendiri, yakni ukuran sepatu berbeda antara kaki kanan dan kiri. Disesuaikan dengan kondisi kaki penderita diabetes.

Sebelum dibuat, terlebih dahulu kaki penderita diukur sesuai dengan ergonomis kaki, dianalisis keadaannya apakah mengalami luka, bengkak, atau alergi. Setelah diperoleh hasilnya, baru ditentukan ukuran, model, dan bahan kulit yang sesuai kondisi kaki pasien.

“Sepatu yang dijual di pasaran, kebanyakan ukuran kaki kiri dan kanan sama. Padahal penderita diabetes yang mengalami ulkus, ukuran kakinya bisa berbeda karena mengalami bengkak. Penggunaan alas kaki yang tidak sesuai ukuran kaki, bisa memperparah luka yang ada. Sepatu kami ini dibuat sesuai dengan ukuran kaki penderita diabeteS,” tutur mahasiswi angkatan 2009 ini.

Arini menyebutkan, sepatu ini dipasarkan dalam tiga kategori, yaitu untuk kaki normal yang belum mengalami luka, kaki yang telah bengkak atau ada lukanya, dan kaki yang telah diamputasi.

Sementara untuk model, mereka menawarkan dua tipe. Tipe pertama untuk penderita dengan kaki yang masih normal dan yang telah mengalami luka atau bengkak di bagian kaki. Dan, tipe kedua bagi kaki yang telah diamputasi. Pada model ini, Arini menambahkan pita pengencang di bagian atas untuk menambah kenyamanan pengguna.

Desain ini dibuat untuk memudahkan pengguna dalam memakai sepatu karena kaki dapat langsung masuk tanpa tergores. Selain itu, di bagian tengah sepatu terdapat lubang udara sebagai ventilasi agar kai tidak panas dan lembap.

“Kami juga menggunakan perekat yang dapat disesuaikan dengan ukuran kaki pengguna sehingga ketika kakinya bengkak, mereka dapat menggunakan sepatu dengan mengendurkan perekatnya,” jelas alumnus SMUN 1 Gombong ini.

Tertarik untuk membeli? Produk ini dijual di pasaran dengan harga sekira Rp400 ribu-Rp500 ribu

okezone.com

Share
below article banner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *