Home / Artikel / Umum / Memburu Pujian

Memburu Pujian

Setidak-tidaknya 17 kali seorang muslim harus mengucapkan sebuah statemen bahwa pemilik segala pujian adalah Allah swt. Selain-Nya adalah tidak berhak. Statemen itu ada pada surat al fatehah, sehingga selalu dibaca oleh kaum muslimin yang menjalankan ibadah sholat. Sebab setiap orang sholat wajib hukumnya membaca surat urutan pertama kali dalam al Qur’an itu.

Namun kesadaran itu rupanya sulit sekali masuk dalam hati sanubari setiap orang. Sekalipun statemen itu diucapkan setiap hari, tetapi setelahnya orang masih mengejar-ngejar pujian itu. Keinginan agar mendapatkan pujian, selalu muncul dengan berbagai cara. Orang ingin mendapatkan lebih dalam segala hal, yakni keLebihan dalam penampilan, harta, jabatan, kecerdasan, dan apapun lainnya yang dianggap membanggakan bagi dirinya sendiri. Berbagai kelebihan itu yang kemudian diharapkan mendatangkan pujian itu. Siapapun jika dipuji akan merasa senang dan bahagia. Begitu pula sebaliknya, sangat sedih manakala dianggap memiliki kekurangan. Oleh karena itu, manusia selalu mengejar kelebihan hingga kadang melampaui batas. Kita lihat misalnya, agar dilihat cantik atau tampan, berapapun biaya yang harus dikeluarkan, asalkan tersedia, diusahakan untuk dipenuhi. Sehingga, tidak bisa dibayangkan betapa besar anggaran yang harus dikeluarkan, sebatas untuk menjadikan diri seseorang cantik atau tampan itu. Dengan cara itu orang menikmati pujian dengan sebutan cantik atau tampan. Sementara orang lainnya tatkala ingin mendapatkan pujian menempuh cara mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Orang bersemangat kerja atau menjalankan apa saja asal keinginannya menjadi kaya terpenuhi. Sementara itu sesungguhnya fungsi harta hanyalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dan sebenarnya, kebutuhan itu tidak terlalu banyak. Akan tetapi, orang selalu mencari sebanyak-banyaknya agar disebut sebagai orang kaya. Ujung-ujungnya, mereka berharap mendapatkan pujian dari jumlah kekayaannya itu. Padahal, dengan harta itu, seseorang juga harus melakukan apa saja untuk mengamankan. Sekali lagi, dengan harta agar seseorang mendapatkan pujian dari orang lain. Masih dalam hal mengejar pujian, sementara orang menempuh melalui upaya memperbanyak ilmu yang dikuasai. Seseorang amat senang dan bahagia lantaran mendapatkan pengakuan bahwa diri nya kaya ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, apa saja dilakukan untuk mengejarnya. Mereka ingin menjadi orang yang terdepan dan diakui oleh khalayak pada umumnya. Mereka baru puas jika dengan ilmu itu mendapatkan pengakuan dan pujian. Pintu-pintu mendapatkan pujian masih banyak sekali jenisnya. Dan orang selalu mengejar dan mencarinya. Padahal sesungguhnya sebagaimana dikemukakan di muka bahwa pujian hanyalah milik Allah. Atas dasar statemen yang selalu diucapkan itu, maka sebenarnya siapapun tidak perlu mengejarnya. Melalui statemen yang diucapkan setidak-tidaknya sebanyak 17 kali sehari semalam semestinya melahirkan kesadaran yang mendalam akan hal itu. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Orang mengejar-ngejar keberhasilan untuk sebatas mendapatkan pengakuan dan pujian. Pertanyaannya adalah apa sesungguhnya rahasia Allah, memberikan bimbingan secara tegas agar manusia tidak mengejar pujian itu. Rahasia Allah tentu tidak akan mungkin diketahui secara pasti oleh makhluknya. Tetapi dengan maksud mencari hikmah di balik itu, rasanya penting selalu dilakukan. Dengan pujian orang akan menjadi gembira, tetapi juga akan melahirkan kesombongan, takabbur dan iri hati sebagai sumber terjadinya konflik, pertikaian dan bahkan perang dan saling berusaha memusnahkan. Jika sifat-sifat itu selalu muncul di tengah-tengah masyarakat, maka kedamaian tidak akan pernah terwujud. Selian itu dengan pujian maka seseorang yang menyandangnya tidak mengetahui lagi kekurangan dan kelemahannya. Sombong, takabbur dan angkuh adalah sifat-sifat yang sangat membahayakan bagi kehidupan bersama. Kesombongan selalu menjadi penghalang terjadinya saling membangun kasih sayang, saling tolong menolong dan kedamaian. Rahasia yang sebenarnya, atas statemen bahwa pujian hanya milik-Nya, maka hanya Allah sendiri yang tahu. Bahkan tidak hanya pujian, melainkan seluruh jagat raya ini adalah milik-Nya. Manusia melalui kegiatan spiritual sehari-hari, yakni sholat lima kali dalam setiap hari semalam, dibiasakan untuk mengungkap statemen itu, bahwasanya segala pujian hanyalah milik Allah semata. Manusia sebenarnya tidak perlu selalu memburu pujian dengan berbagai cara, tokh juga tetap tidak layak menyandangnya. Judul pada tulisan ini saya buat, terkait dengan kegiatan saya menulis artikel pendek pada setiap pagi bakda subuh. Pada hari ini tanggal 15 Juni 2009, kegiatan ini ternyata telah genap setahun penuh tanpa jeda. Saya bersyukur, tulisan-tulisan sederhana tersebut banyak dibaca dan bahkan tidak sedikit mendapatkan komentar yang sangat baik dan membahagiakan. Sesungguhnya, dengan tulisan-tulisan pendek sederhana ini, saya hanya ingin menjadikannya sebagai sarana bersilaturrahmi kepada sesama dan sekaligus ungkapan rasa syukur atas segala karunia-Nya. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

About Moch Wahib Dariyadi

Saya adalah Bloger asal Malang yang menyukai kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan IT, Design dan juga Pendidikan. Berupaya untuk selalu menebarkan kebermanfaatan bagi sesama.

Check Also

Kebijakan Baru Youtube 2018 | Tutorial Youtube

Kebijakan youtube terbaru 2018 mulai pertengahan januari ini mengeluarkan kebijakan terbarunya,setelah ditahun kemarin pada tanggal ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *