hasil belajar dan metode asesmen

lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah:

  1. Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran
  2. Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan suatu masalah.
  3. Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
  4. Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan
  5. Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.

 

Untuk lima kategori hasil belajar di atas, Stiggins dalam Nugraha (1998) menawarkan empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode tersebut adalah:

  1. Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multiple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau mencocokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items)
  2. Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut.
  3. Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.
  4. Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pe-tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawan-cara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.

Berdasarkan pengertian asesmen alternatif sebagaimana dikemukakan di muka, maka kategori asesmen dari Stiggins yang cenderung dapat dipandang sebagai jenis asemen alternatif adalah Performance Assessment dan Personal Communication Assessment. Performance Assessment dan Personal Communication Assessment bercirikan pengukuran secara langsung (direct) dan autentik terhadap pembelajaran. Yang menjadi objek Performance Assessment (asesmen kinerja) ini adalah segala yang berkaitan dengan ‘observabel performance’ dari siswa. Kinerja yang memungkinkan untuk diobservasi mungkin saja berkenaan dengan proses kognitif yang kompleks semisal melakukan analisis, memecahkan masalah, melakukan percobaan, membuat keputusan, mengukur, bekerja sama dengan yang lain, pernyataan oral, atau mengunjukkan suatu produk. Lebih kompleks lagi kedua jenis asesmen tersebut dapat digunakan untuk mengases cara berpikir (habit of mind), cara bekerja, dan perilaku nilai (behaviors of value) dari siswa dalam kehidupan nyata. Penggunaan jenis asesmen seperti ini sangat berkesuaian dengan efektivitas pembelajaran (Asmawi dan Nasution, 1994).

Marzano dalam Mulyana (2009) mendasarkan penggunaan performance assessment terhadap lima Dimensi Belajar yang digagaskannya. Kelima dimensi ini adalah: Dimensi pertama, sikap dan persepsi yang positif tentang belajar (positive attitudes and perception about learning); Dimensi kedua, perolehan dan pengintegrasian pengetahuan (acquiring and integrating knowledge); Dimensi ketiga, perluasan dan penajaman pengetahuan (extending and refining knowledge); Dimensi keempat; penggunaan pengetahuan secara bermakna (using knowledge meaningfully); Dimensi Kelima, kebiasaan berpikir yang produktif (productive habits of mind).

Share