Sebelum suatu tes digunakan, maka tes tersebut perlu ditelaah setelah digunakan tes perlu dianalisis. Faktor yang sangat penting untuk mendapat perhatian pada analisis ini adalah validitas, reliabilitas, sensitivitas, daya pisah, da derajat kesukarannya.
- menentukan validitas
Suatu tes dikatakan valid bila tes itu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan demikian, pada tes hasil belajar yang valid, maka hasil tes tersebt harus dapat menggambarkan hasil belajar yang diukur. Konsep validitas menunjukkkan kesesuaian, kebermaknaan, dan kemanfaatan inferensi yang didasarkan pada hasil tes. Validasi tes adala proses mengumpulkan bukti unuk menunjang inferensi.
Menurt panitia bersama yang terdiri dari American Education Research Association, American Physioogical Association, dan National Council of Measurement yang dikutip Karfi (1990) pokok-pokok penting pendapat asosiasi ini adalah sebagai berikut:
1)ย ย ย ย ย validasi tidak diukur, tapi diinferensikan dari bukti yang tersedia. Misalnya soal nomor sekian sesuai dengan sasaran beajar nomor sekian
2)ย ย ย ย ย Validitas bergantung pada bermacam-macam bukti
3)ย ย ย ย ย Validitas dinyatakan dengan tinggi, sedang, rendah. Bila butir soal yang sangat sesuai dengan sasaran belajar, maka validitas dinyatakan sebagai tinggi. Makin jauh dari sasaran belajar, makin rendahlah valliditasnya
4)ย ย ย ย ย Validitas bersifat khusus, sesuai dengan penggunaannya
5)ย ย ย ย ย Validitas bersifat utuh, yaitu isi, kriteria, dan psikologinya
(Ibrahim, 2005)
Pada saat sekarang, validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh, berbeda dengan pandangan sebelumnya yang beranggapan bahwa validitas terdiri dari validitas isi, validitas semu, validitas kriteria, atau validitas konstruk/sifat. Pada saa sekarang validitas-validitas tersebut hanya dipandang sebagai kategori untuk mendapatkan bukti untuk menunjang validitas intepretasi. Konsekuensi dari hal tersebut istilah content validity tidak lagi relevan, tapi diganti dengan content related evidence.
Salah satu contoh pendekatan untuk validasi tes seperti disajikan berikut:
Tabel 2. Pendekatan untuk validasi tes
Macam bukti |
Pertanyaan yang harus dijawab |
Bukti isi |
Sejauh mana soal-soal tes itu telah representatif untu mengukur isi pelajaran |
Bukti kriteria |
Sejauh mana tingkat ketelitian tingkah laku yang diukur dalam memperkirakan hasil belajar di masa mendatang, atau dalam memperkirakan hasil belajar saat ini ditinjau dari kriteria tertentu |
Bukti sifat psikologi |
Sejauh mana hubungan hasil tes dengan sifat psikologis yang diukur |
- menentukan reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan keajegan angka suatu tes. Jadi reliabilitas menunjukkan sejauh mana variasi hasil tes bila tes itu dilaksanakan pada situasi yang berbeda. Setiap pengukuran selalu mengandung kesalahan pengukuran, maka pengukuran yang diulang pada waktu yang berbeda tidak pernah memberikan hasi yang persisi sama. Oleh karena itu, keajegan suatu tes tidak dinyatakanย dengan apakah angka yang diperoleh siswa itu tetap atau tidak, melainkan menggunakan koefisien reliabilitas atau berdasarkan kesalahan pengukuran standart yang dihitng berdasar koefisien reliabilitas.
Koefisien reliabilitas tergolong koefisien korelasi, yang menunjukkan korelasi antara dua perangkat hasil pengukuran yang diperoleh dari prosedur yang sama, misalnya kita a) melakukan dua kali tes menggunakan tes ang sama pada kelompok siswa yang sama (tes pertama dan kedua) dengan tenggang waktu diantaranya; b) melaksanakan sekali tes lalu menghitung konsistensi jawaban dalam tes. Masing-masing cara yang digunakan akan diperoleh koefisien korelasi yang maknanya berbeda. Jadi satu cara dengan cara yang lain tidak dapat saling dipertukarkan. Sebelum menentukan macam prosedur yang akan digunakan, harus ditentuka terebih dahulu macam reliabilitas yang dikehendaki. Tabel 3 berikut memuat 4 macam metode untuk menghitung koefisien reliabitas.
Tabel 3. Metode untuk menghitung reliabilitas
no |
Metode |
Tujuan |
1 |
Metode test-retest |
Memperoleh informasi tentang stabilitas hasil tes dalam periode waktu tertentu |
2 |
Metode bentuk tes setara |
Memperoleh informasi tentang konsistensi angka tes dengan bentuk tes, dengan bentu tes yang berbeda (sampel soal berbeda) |
3 |
Metode uji ulang dengan bentuk tes setara |
Memperoleh informasi mengenai konsistensi angka tes pada tenggang waktu dan bentu tes yang berbeda |
4 |
Metode konsistensi internal |
Memperoleh informasi mengenai konsistensiangka tes pada bagian-bagian yang berbeda |
menentukan keefektivan pengecoh
Pengecoh dikatakan efektif jika pengecoh tersebut dapat menarik lebih banyak siswa dari kelompok bawah untuk memilih. Pada contoh di atas pengecoh A dan D telah berfungsi dengan efektif. Sementara itu pengecoh C tidak berfungsi, oleh karena itu harus diganti. Alternatif C dikatakan tidak berfungsi karena alternatif seharusnya banyak dipilih oleh siswa kelompok bawah, namun pada soal nomor 1 ini, pengecoh C justru banyak dipilih siswa kelompok atas.
Leave a Reply