Al Qurán Dan Tradisi Riset

Satu hal penting terkait ilmu pengetahuan yang  bisa ditangkap  dari al Qurán adalah agar umat manusia  selalalu melakukan riset dalam bidang apapun. Melalui berbagai ayat al Qurán, manusia ditantang  agar mau  berpikir, merenung, melihat dan  mengembangkan ilmu pengetahuan. Itulah dalam tradisi ilmu pengetahuan disebut riset.

  Tuhan melalui kitab suci-Nya itu, menantang agar manusia mengkaji dan memahami ciptaan-Nya. Hanya satu hal yang tidak dianjurkan, —–karena tidak mungkin didapatkan, ialah mengkaji Dzat Allah sendiri.  Selainnya terbentang luas untuk dipahami secara mendalam, baik tentang dirinya sendiri, —-manusia,  kehidupan  binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi yang terhampar, gunung, lautan,  dan seterusnya.   Disebutkan bahwa ilmu Allah sedemikian luas, sehingga tidak akan mungkin berhasil dipahami oleh manusia. Dinyatakan bahwa andaikan benda-benda di alam ini dijadikan pena sedangkan air laut dijadikan tinta untuk menulisnya, semuanya habis dan ditambah sejumlah itu lagi, maka tidak akan tuntas habis  ilmu Allah itu. Artinya, ilmu Allah tidak terbatas, baik jumlah, dalam,  maupun luasnya.   Sebaliknya,  sebanyak dan seluas apapun manusia mengembangkan dan menggali ilmu pengetahuan, maka tidak akan diperoleh kecuali dalam jumlah yang terbatas atau sedikit saja. Namun sedemikian serius  Allah swt., mendorong  manusia, —–melalui al Qurán, agar makhluk yang disebut sebagai khalifah di muka bumi ini,  menggali ilmu pengetahuan seluas dan sedalam-dalamnya. Hingga, dinyatakan dalam al Qurán, bahwa Allah akan mengangkat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajad lebih tinggi.    Akan tetapi, anjuran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan itu, kaum muslimin  belum merespon secara maksimal. Dalam sejarahnya, umat Islam pernah mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan, yaitu pada zaman kekuasaan Abasiyah di Bagdad dan Bany Ummayah di Spanyol. Akan tetapi setelah itu, di mana-mana  kembali surut hingga sekarang. Sebagai akibatnya, umat Islam menderita ketertinggalan dalam berbagai  bidang kehidupan.   Oleh karena itu,  untuk memajukan kembali umat Islam, maka pesan al Qurán,  terkait dengan ilmu pengetahuan harus segera diutamakan implementasinya. Tradisi riaset harus dikembangkan kembali. Perguruan tinggi Islam harus mengambil prakarsa untuk memberikan perhatian yang cukup pada gerakan riset ini. Setidak-tidaknya tradisi bertanya, mencari tahu, penjelasan, keterangan,  dan seterusnya harus dikembangkan di kalangan umat Islam.   Pusat-pusat riset harus dikembangkan di mana-mana. Itulah sebenarnya kunci kemajuan yang seharusnya dikembangkan, manakala umat Islam menghendaki  segera meraih tingkat keunggulan dalam pentas kehiduan ini. Jika sementara ini, umat Islam tertinggal dan di mana-mana masih menderita kemiskinan, maka sebenarnya  hanyalah sebagai akibat belaka dari miskinnya ilmu pengetahuan.      Kemiskinan di mana-mana selalu disebabkan oleh  terbatasnya penggunaan akal, informasi, ilmu pengetahuan, atau tradisi riset itu.  Itulah kiranya, mengapa hal yang terkait dengan ilmu mengetahuan selalu didahulukan dan bahkan diutamakan.  Ayat  yang pertamna kali diturunkan dalam al Qurán adalah terkait dengan perintah membaca. Sementara membaca adalah pintu atau candela untuk  mengembangkan ilmu pengetahuan.  Misi rasulullah yang disebutkan lebih awal dalam al Qurán adalah tilawah, yang lagi-lagi artinya adalah membaca.           Sementara ini, umat Islam di berbagai tempat,  lebih mengutamakan kegiatan ritual. Bahkan, mereka berselisih  dan berpecah belah juga diawali dari berdebat di seputar  persoalan ritual itu. Padahal berdebat baru akan membawa berkah, manakala terkait dengan  persoalan ilmu pengetahuan. Perintah menjalankan ritual, semestinya cukup segera dijalankan. Memperdebatkan dengan cara apapun tentang ritual itu maka tidak akan ditemukan kepastian diterima atau ditolak. Diterima atau ditolah sebuah kegiatan ritual  tidak seorang pun yang mengetahuinya.  Tetapi anehnya,  itulah yang selama ini dijadikan bahan berselisih dan bahkan berpecah belah.   Akhirnya, apabila umat Islam  ingin disebut maju, atau meraih kemajuan,  hingga berhasil sejajar dan bahkan berada di depan dari umat lainnya, maka  pilihan tepat adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Lembaga pendidikan berkualitas dan pusat-pusat riset harus segera dibangun dan dikembangkan sebagai implementasi dari ajaran al Qurán.  Dengan cara itu, maka kemiskinan dan ketertinggalan yang selama ini banyak diderita oleh umat Islam akan dapat diatasi dengan sendirinya. Sebab  sebenarnya ketertinggalan dan kemiskinan itu selalu diawali  oleh miskinnya  tradisi riset dan ilmu pengetahuan itu. Wallahu a’lam.  

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share