Islam Dan Kesejahteraan

Selama ini tatkala orang berbicara tentang Islam, maka yang terpikirkan adalah kegiatan spiritual, seperti dzikir, shalat, puas, haji,  akad  nikah, dan kematian dan sejenisnya. Cara berpikir seperti itu sebenarnya memang tidak salah, oleh karena Islam juga memberikan tuntunan tentang bagaimana melakukan ritual untuk membangun kehidupan spiritual yang sehat.

  Akan tetapi sebenarnya, Islam tidak saja berisi tuntunan tentang kehidupan spiritual. Lebih dari itu Islam juga memiliki misi untuk membangun kesejahteraan, baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Islam adalah ajaran tentang bagaimana meraih kesejahteraan, baik sejahtera di dunia maupun  di akherat. Dalam Islam kesejahteraan itu harus diraih dengan berbagai cara, —– yang  dibolehkan, hingga berdoa, memohon kepada Allah.     Oleh karena itu, berbicara tentang Islam adalah berbicara tentang kesejahteraan,  yaitu kesejahteraan menurut pandangan Islam. Kesejahteraan menurut Islam tidak saja sebatas menyangkut kehidupan lahir, melainkan juga aspek  batin. Karena itu, lingkup kesejahteraan dalam Islam lebih luas, yaitu  lahir dan sekaligus batin. Juga tidak saja pada kesejahteraan di dunia, melainkan juga kesejahteraan di akherat. Dengan demikian, Islam sebenarnya, memiliki jangkauan  yang lebih luas dan komprehensif. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa Islam adalah ajaran yang bersifat universal.   Ada lima misi Islam yang harus dilihat secara utuh, yaitu sebagai berikut :    Pertama,  Islam mengajak umatnya untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya dan banyak-banyaknya. Islam menganjurkan agar kaum muslimin menuntut ilmu,  sejak dari ayunan hingga liang lahat. Demikian juga, terdapat  anjuran,  agar umat Islam mencari ilmu  sekalipun ke tempat sejauh. Disebutkan,  sekalipun ke negeri Cina. Penyebutan Cina, ketika itu  menggambarkan tempat yang jauh.   Betapa pentingnya mencari ilmu  dapat direnungkan dari al Qurán. Ayat yang pertama kali diturunkan adalah perintah membaca. Selain itu salah satu asmaúl husna yang disebutkan pertamakali adalah al kholiq, ialah Yang  Maha Pencipta.   Demikian pula, misi Rasulullah yang pertama kali disebut adalah tilawah, yakni membaca.  Memperhatikan dari itu semua, sebenarnya betapa Islam menempatkan ilmu pada posisi yang amat strategis, dan menganjurkan  umatnya  untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.   Kedua,  kehadiran Islam adalah membawa misi untuk membangun manusia unggul. Setelah menunjukkan betapa pentingnya ilmu, manusia diingatkan  tentang pribadi yang kokoh. Pribadi yang kokoh adalah pribadi yang  memiliki kharakter, yaitu (1)  bertauhidan yang kuat, (2) menjadi orang yang bisa dipercaya,  dan  (3) menjadi pribadi yang bersih atau tazkiyatun nafs. Seseorang yang bertauhid secara kokoh, maka ia akan merasa merdeka di hadapan siapapun, kecuali di hadapan Allah swt. Ia tidak akan merasa rendah diri dan tergantung dengan siapapun. Seseorang yang bertaauhid hanya takut kepada Allah, dan tidak terikat dan tergantung dengan siapapun.   Selain bertauhid, seorang yang memiliki pribadi unggul, adalah orang yang bisa dipercaya. Nabi Muhammad adalah seorang yang terpercaya, sehingga diberi sebutan al amien.  Dengan demikian, menjadi Islam artinya adalah menjadi orang yang dapat dipercaya. Sedangkan ciri seorang unggul lainnya  adalah memiliki jiwa, pikiran, perbuatan,  dan bahkan raga yang bersih. Seorang muslim seharusnya selalu  menjaga pikirannya, jiwanya, perkataannya dan raganya dari semua hal yang menjadikan dirinya kotor. Dalam hal mencari rizki misalnya, seorang muslim  harus selektif, yaitu hanya mau menerima dan atau mendapatkan yang halal dan baik.   Ketiga, Islam hadir di muka bumi membawa misi untuk menawarkan tatanan sosial yang setara dan berkeadilan. Bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Arab terdiri atas berbagai kabilah. Di antara masing-masing kabilah mereka berkompetisi, berebut,  dan bahkan juga konflik. Mereka berebut apa saja, harta benda, kehormatan, prestise, kekuasaan,  untuk mendapatkan kemenangan atau yang terbanyak. Akibatnya, banyak orang yang dirugikan dan menderita. Mereka yang lemah, kalah, dan tersisih bukannya dibantu, melainkan dijadikan budak. Maka terjadilah  penindasan dan bahkan juga perbudakan. Islam hadir untuk  mengubah masyarakat yang demikian itu dan membangun tatanan sosial yang adil dan setara.   Keempat, Islam memberikan tuntunan tentang  bagaimana ritual dijalankan.  Di antaranya Islam mengajarkan kepada umat manusia agar selalu berdzikir, yaitu ingat Allah pada setiap saat.  Masih terkait dengan kegiatan ritual, Islam mengajarkan tentang shalat —-baik shalat wajib maupun sunnah, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Mestinya petunjuk dan perintah menjalankan  ritual ini  cukup segera  dijalankan. Akan tetapi yang terjadi,  justru banyak diperdebatkan. Banyak orang berdebat dan berselisih tentang pelaksanaan ritual. Akibatnya banyak perpecahan di kalangan umat Islam sebagai buah dari berdebat tentang ritual.  Organisasi sosial keagamaan yang beraneka ragam dan berbeda-beda di mana-mana, lahir karena adanya perbedaan dalam mengintepretasi dan menjalankan ritual ini.   Kelima,  Islam  memberikan konsep tentang amal shaleh. Pengertian amal shaleh adalah sedemikian luas dan indah. Amal artinya bekerja, sedangkan shaleh adalah benar, lurus, tepat, cocok, sehingga  dengan demikian, amal shaleh akan lebih tepat jika dimaknai bekerja secara professional. Islam memberikan ajaran kepada kaum muslimin,  agar tatkala bekerja harus dilakukan secara professional. Dikatakan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa  jika amanah diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Maka dari sini tampak, bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme.     Manakala  kelima misi Islam, yaitu (1) menjadikan umatnya  kaya ilmu pengetahuan, (2) menjadi  pribadi unggul, (3)  berhasil membangun tanan sosial yang setara dan berkeadilan, (4) menjalankan ritual untuk membangun kekuatan spiritual,  dan (5) selalu bekerja secara professional atau amal saleh, maka kaum muslimin akan meraih keunggulan dari umat lainnya. Dengan demikian, Islam akan benar-benar membawa umatnya meraih kesejahteraan secara sempurna. Dan misi inilah sebenarnya yang harus ditangkap dan dikembangkan oleh umat Islam, manakala ingin meraih keunggulan dan sekaligus kesejahteraan bagi semua. Wallahu a’lam.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share