KHUTBAH IDUL FITRI DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG

1 Syawwal 1430 H./20 September 2009 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ 3 x لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللُهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.. أللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةُ وَأَصِيْلاً، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ باِللهِ مِنْ شَرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin Saudaraku yang berbahagia, Marilah kita sejenak memanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah swt., pada pagi hari ini kita semua dipertemukan oleh Allah di tempat yang mulia, untuk merayakan idul fitri 1430 H, setelah sebulan penuh kita semua menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramdahan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, keluarga dan shohabatnya, serta siapa saja yang mencintai dan mengikutinya. Atas dasar keimanan kita semua, kita telah diperintah oleh Allah swt., melalui firman-Nya yang tertulis dalam al Qur’an untuk menjalankan puasa. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ . Alhamdulillah, seruan berpuasa itu telah kita jalankan sepenuhnya dengan ikhlas. Lebih dari itu, di bulan puasa ini, sebagaimana yang disampaikan dan sekaligus dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, sosok manusia yang paling mulia dan kita cintai, agar ibadah puasa disempurnakan dengan amal ibadah lainnya, seperti tadarrus al Qur’an, sholat taraweh, bersedekah, zakat fitrah dan lain-lain. Semua itu telah kita jalankan bersama, sebagai pertanda ketaatan kita padanya. Semoga dengan itu semua, Allah swt., benar-benar mengangkat derajat kita sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan dan ridha-Nya. Memang tidak semua orang yang berpuasa mendapatkan derajad taqwa, karena puasanya kurang sempurna, hingga dari puasanya itu hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga. Tetapi insya Allah puasa kita semua, tidak sebagaimana yang disinyalir oleh hadits tersebut. Puasa kita telah mendapatkan dampak yang positif dalam membangun pribadi kita semua. اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin dan muslimat, saudaraku yang berbahagia Jika dalam ibadah haji, kita menyebut mereka yang menunaikannya sebagai tamu Allah, karena mengunjungi rumah Allah yaitu ka’bah, maka pada bulan suci Ramadhan apa salahnya kita, sebagi musafir dalam kehidupan ini, kita menyebut diri sebagai tamu bulan mulia yaitu Bulan Ramadhan. Sebagai seorang tamu, kita telah mengikuti apa saja yang digariskan oleh tuan rumah. Siangnya kita diwajibkan puasa, malamnya dianjurkan sholat tarweh dan tadarrus al Qurán, Semua telah kita jalankan sebaik-baiknya. Bulan Ramadhan sebagai tuan rumah selalu muncul setiap tahun, sedangkan kita hanya beberapa puluh kali saja menjadi tamunya. Semoga, kemuliaan Bulan Ramadhan juga menjadikan kemuliaan kita semua. Kemuliaan Bulan Ramadhan itu ditandai dengan beberapa hal, yaitu di antaranya bahwa beberapa ayat al Qur’an diturunkan yang pertama kali pada Bulan Ramadhan. Bahkan menurut catatan sejarah, tidak saja a Qur’an yang diturunkan pertama kali di Bulan Ramadhan, melainkan juga kitab suci lainnya. Kitab Taurat, Zabur dan Injil semuanya juga diturunkan pada Bulan Ramadhan. Allah swt., memberikan keistimewaan pada Bulan Ramadhan. Pada Bulan Ramadhan pula ditetapkan satu malam sebagai malam istimewa, disebut sebagai malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar, ditegaskan oleh Allah swt., lebih utama dari seribu bulan. Maka, sangat mulia dan beruntung bagi siapapun yang mendapatkan malam yang istimewa itu. Selain itu, pada Bulan Ramadhan juga dicurahkan rahkmat dan ampunan Allah. Menurut berbagai riwayat pada Bulan Ramadhan, pintu-pintu sorga dibuka lebar-lebar, dan sebaliknya pintu neraka ditutup. اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin dan muslimat, saudaraku yang berbahagia, Pada pagi hari ini, masa bertamu ke rumah bulan Ramadhan, bulan yang mulia sudah usai. Sebagai musafir, kita meneruskan perjalanan ke bulan berikutnya ialah bulan Syawwal. Syawwal artinya adalah peningkatan, yaitu peningkatan derajat ketaqwaan kita. Semoga Allah juga memberikan identitas kita semua sebagai orang yang bertaqwa dan kualitas kita berhasil meningkat, sebagaimana maksud nama dari bulan ini, ialah Bulan Syawwal. Sosok manusia hingga disebut sebagai telah bertaqwa menyandang cirri-ciri sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an pada surat al Baqoroh ayat dua hingga ayat empat sebagai berikut : . الَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ وَ الَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إلَيْكَ وَ مَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ Dari ayat al Qurán tersebut dapat kita tangkap bahwa ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah (1) beriman kepada yang ghaib, (2) menjalankan sholat dengan khusyu’, (3) menafkahkan sebagian rizkinya, (4) beriman kepada kitab-kitab Allah, dan (5) mereka yakin akan terjadinya hari akhir. Di antara kelima ciri sebagai orang yang bertaqwa, hanya ada dua hal yang bisa dikenali, yaitu ciri yang kedua dan ketiga. Pertama, mendirikan sholat dan kedua adalah kesediaan untuk berinfaq. Selainnya, yaitu beriman kepada yang ghoib, kitab-kitab Allah dan juga yakin akan hari akhir, rasanya sulit dikenali. Hanya Allah saja yang mengetahuinya. Berangkat dari keterangan ayat tersebut, kualitas ketaqwaan seseorang, setidak-tidaknya dapat dilihat dari bagaimana seseorang dalam menjalankan sholat secara khusyu’ dan seberapa jauh bersedia membayar infaq. Sholat disebut sempurna atau khusyu’ jika dilakukan secara berjama’ah. Nabi Muhammad saw., dan para sahabatnya yang kita cintai selalu menjalankan sholat dengan berjama’ah, dan itu pun dilaksanakan di masjid. Oleh karena itu, dampak dari Ramadhan ini bisa dilihat dari suasana kehidupan tempat ibadah setelah Bulan Ramadhan usai. Jika pada Bulan Ramadhan masjid, mushalla, langgar atau tempat ibadah lainnya terasa ramai, lalu kemudian segera misalnya menjadi sepi kembali setelah bulan berganti, maka artinya puasa di bulan Ramadhan belum sepenuhnya menjadi kekuatan merubah perilaku orang yang telah menjalankan puasa itu. Selain itu, kata Syawwal yang berarti peningkatan belum menggambarkan makna yang sebenarnya. Tanda ketaqwaan lainnya yang bisa dikenali adalah kesediaan mengeluarkan infaq atau shodaqoh. Sebagai tanda bahwa seseorang telah bertaqwa ialah memiliki kesediaan untuk berinfaq. Islam mengajarkan agar umatnya tidak hanya mementingkan diri sendiri, melainkan juga orang lain. Bahkan infaq tidak saja digunakan untuk membantu orang fakir, miskin, dan anak yatim, melainkan juga untuk membiayai kegiatan keagamaan, seperti membangun masjid, lembaga pendidikan, dan pusat-pusat dakwah lainnya. Oleh karena itu, kemajuan agama sangat ditentukan oleh seberapa besar umat pendukungnya bersedia mengeluarkan infaq ini. Biasanya agama menjadi maju dan unggul pengaruhnya, selalu berkorelasi dengan seberapa besar infaq yang berhasil dihimpun. Agama bisa mati dalam arti tidak berpengaruh, jika umatnya meninggalkan kewajiban berinfaq ini. Saya yakin seyakin-yakinnya, kita semua akan berhasil membuktikan tingkat ketaqwaan itu setidak-tidaknya melalui dua hal tersebut. Setelah menjalankan puasa sebulan penuh dan selanjutnya memasuki bulan syawwal, yang artinya adalah peningkatan., maka masjid, musholla dan langgar kita akan tetap dipenuhi oleh jamaáh pada setiap waktu sholat, setidak-tidak pada waktu sholat maghrib, isya, dan subuh. Selain itu, semangat berinfaq akan bertambah besar, sebab setelah menjalankan puasa akan lahir kesadaran baru bahwa kemajuan agama selalu terlihat dari seberapa besar bagi umatnya bersedia membayar infaq yang merupakan salah satu pertanda sebagai ketaqwaan itu. اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin dan muslimat, saudaraku yang dimuliakan oleh Allah, Dua aspek ajaran Islam, yaitu sholat dan berinfaq ternyata sedemikian pentingnya dalam kehidupan masyarakat. Melalui sholat apalagi berjamaáh akan mampu membangun pribadi yang unggul. Sholat adalah tiang agama, selain itu sholat mencegah kegiatan fakhsya’dan mungkar. Jika di negeri ini, masih banyak orang-orang yang nakal, mementingkan dirinya sendiri, merugikan orang lain dengan berkorupsi, kolusi dan nipotisme misalnya, bisa jadi mereka memang hatinya jauh dari semangat berjamaáh, atau semangat kehidupan masjid. Jika konsep berjamaáh bisa dikembangkan secara maksimal, maka silaturrahmi menjadi terpelihara di lingkungan sekitarnya. Anggota jamaáh yang satu dengan lainnya bisa memahami, menghargai, mencintai dan berlanjut hingga saling tolong menolong. Dengan berjamaáh, maka yang berpunya kelebihan akan menolong bagi mereka yang berkekurangan. Tidak akan mungkin sesama jamaáh akan saling merugikan. Begitu juga setelah ramadhan sebagai bukti ketaqwaannya, infaq akan dibayarkan secara maksimal. Tatkala mendapatkan rezki, kaum muslimin akan menganggap bahwa rizki itu bukan miliknya sendiri. Kaum muslimin selalu sadar, bahwa sebagai komitmennya terhadap agamanya, bahwa pada sebagian rizki yang diterimanya adalah terdapat hak bagi yang lain, sehingga harus dikeluarkan, yang disebut disebut dengan berinfaq. Kesadaran secara maksimal dalam berinfaq maka akan menjadikan kesenjangan yang sedemikian jauh antara si kaya dan si miskin akan dapat terkurangi. اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, Bangsa ini sedang mencari jalan keluar untuk menjadikan maju dan makmur. Konsep infaq ini sesungguhnya luar biasa jika saja dijalankan. Negeri ini sangat subur, tanahnya luas,, kaya akan beraneka jenis tambang dan sumber alam lainnya. Hanya saja, negeri ini masih terasakan tertinggal dari bangsa lain. Sementara, bangsa ini masih dianggap miskin, masih kekurangan beras, dan atau sembako. Namun jika kita cermati secara sungguh-sungguh, negeri ini bukan kekurangan beras dan sembako, melainkan yang sebenarnya adalah, lagi kekurangan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang mulia, yaitu kebersamaan dan kesediaan untuk memberi dan peduli terhadap yang lain. Semoga dengan Ramadhan dan Idul Fitri ini, bangsa ini segera bangkit dan tergugah semangatnya untuk menghilangkan segala kelemahan itu. Jika saja dengan Ramadhan kita benar-benar meraih taqwa yang sebenarnya, dan dengan taqwa itu muncul ciri-ciri sebagaimana disebutkan di muka, ialah menjadikan masjid atau mushalla selalu penuh sebagaimana di bulan Ramadhan, lalu muncul budaya berjamaáh atau kebersamaan yang diikuti oleh kesediaan berinfaq, insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama, bangsa ini akan mendapat ridha dari Allah swt., sebagaimana janji-Nya, dalam surat al-A’raf ayat 96, bahwa manakala suatu kaum beriman dan bertaqwa, pasti akan dilimpahkan kepada mereka berbagai berkah dari langit dan bumi. وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آمَنُوا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ Akhirnya marilah segera kita akhiri khutbah ini, dengan hati yang tulus dan jernih, penuh tawadhu’, ikhlas dan bersungguh-sungguh, memohon kepada Allah swt.: “Ya Allah ampunilah kami dan semua saudara-saudara kami, baik yang berpuasa maupun yang belum berpuasa, baik yang puasanya sempurna maupun yang belum sempurna. Ya Allah, karuniakanlah kepada mereka ampunan, rahmat, dan kasih sayangmu. Ya Allah, selamatkanlah bangsa ini, negeri ini dari berbagai cobaan yang datang secara tiba-tiba atau yang datang secara bertahap. Ya Allah satukanlah hati dari seluruh warga bangsa ini agar selalu berhasil membina kesatuan dan persatuan. Ya Allah, jangan biarkan di antara kami hanya saling menyalahkan, apalagi berlanjut dengan permusuhan. Berilah petunjuk dan hidayah kepada pemimpin kami, agar tidak saling menuduh dan menghukum. Sebab cara-cara seperti itu hanya akan memperbesar konflik, pertentangan dan perpecahan. Ya Allah hiasilah bangsa ini dengan orang-orang yang menyandang akhlak yang mulia, sebagaimana hal itu telah Engkau berikan kepada umat terdahulu, dan janganlah bangsa ini Engkau coba dengan cobaan yang berat yang tidak mampu memikulnya dan menjadikan menderita. Ya Allah curahkanlah kasih sayang Mu, terhadap bangsa ini secara sempurna. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، فِي كُلِّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Share