Betapa sulitnya mencari orang yang dapat dipercaya, apalagi juga membuatnya. Orang yang selama itu dikenal baik dan dapat dipercaya ternyata juga tidak amanah. Dalam tahap awal, sepertinya seseorang menampakkan kebaikannya. Ternyata, kebaikannya itu justru digunakan untuk menutupi kekurangan dan bahkan kejahatannya.
Seringkali orang percaya pada lembaga pendidikan. Bahwa lembaga pendidikan bisa menjadikan orang dipercaya, ternyata pada kenyataannya juga tidak demikian. Orang yang sudah lulus dari lembaga pendidikan tinggi sekalipun, ternyata belum tentu mampu mengemban amanah. Kita lihat banyak kasus yang hampir tidak terbatas jumlahnya, penyimpangan dan bahkan juga kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Awalnya kita percaya bahwa kelompok-kelompok tertentu, dengan berbagai seleksi ketat, dihasilkan orang yang bisa mengemban amanah. Belum berselang lama, ternyata orang tersebut tidak mampu dipercaya. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan orang-orang yang seharusnya ditangkap dan diadili. Oleh karena itu sesungguhnya kekurangan dan kesalahan adalah milik semua orang. Betapa lemahnya manusia dalam persoalan menyangga amanah ini, hingga semut pun tidak mempercayai manusia. Dalam sebuah kisah Nabi Sulaiman dan semut, pernah utusan Allah yang dikenal kaya raya dan bisa berkomunikasi dengan semua jenis binatang, termasuk kepada semut ini bertanya, berapa banyak gandum yang diperlukannya selama setahun. Semut dengan mantap menjawab, hanya sebutir gandum saja. Mendengar jawaban itu semut tersebut ditangkap oleh Nabi Sulaiman, dan kemudian dimasukkan ke dalam sebuah botol. Sebelum botol itu ditutup rapat, diisi dengan sebutir gandum bersama seekor semut itu. Setelah genap setahun, botol tersebut dibuka. Semut itu masih hidup, dan ternyata sebutir gandum bersamanya masih tersisa separo. Tidak sebagaimana pengakuan sebelumnya, semut memerluan sebutir gandum dalam setahun. Tatkala berada di dalam botol, ternyata semut lebih hemat. Melihat kenyataan itu lantas Nabi Sulaiman bertanya, kenapa hanya habis setengah butir, tidak sebagaimana keterangan sebelumnya, adakah semut berani berbohong kepadanya. Binatang kecil ini memberikan argumentasi, bahwa jika berada di luar botol yang ditutup rapat, ia yakin Allah tidak pernah melupakannya. Jika sebutir gandum habis, kapanpun dan dimanapun Allah akan memenuhinya. Berbeda hal itu jika sedang berada di dalam botol, yakni sedang berada di bawah kendali manusia, maka semut memahami, seringkali manusia melakukan kesalahan dan atau lupa. Oleh karena itu semut tersebut merasa harus berhati-hati, dengan cara menghemat persediaan makanannya. Ia hanya berani makan separo dari yang biasa ia makan dalam keadaan normal, yaitu ketika sedang berada diluar botol. Kisah sederhana ini menggambarkan betapa lemahnya manusia, bisa berubah-ubah watak dan karakternya pada setiap saat, termasuk rentan melakukan kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali para Rasul hingga mendapat sebutan maksum, artinya terpelihara dari kesalahan. Manusia selalu saja memiliki sifat serupa, yaitu salah dan lupa. Oleh karena itu, membangun sikap terlalu percaya pada orang justru tidak benar. Semut saja terhadap Nabi Sulaiman, juga hati-hati untuk mendapatkan keselamatan bagi dirinya. Puasa di Bulan Ramadhan yang diserukan khusus kepada orang-orang yang beriman adalah untuk menguji dan sekaligus melatih kepercayaan yang disandangnya. Kategori orang yang diseru untuk berpuasa adalah orang beriman. Penyandang keimanan bisa berasal dari siapapun, baik orang berpendidikan tertinggi hingga mereka yang tidak berpendidikan, pejabat tinggi atau sebaliknya rakyat jelata, orang kaya atau orang miskin sekalipun. Setelah ujian berupa puasa itu usai dilaksanakan, maka akan terdapat orang-orang yang lulus, dari manapun asal latar belakangnya hingga disebut sebagai orang yang bertaqwa. Mereka yang lulus bisa jadi berasal dari para pejabat, orang kaya, berpendidikan, tetapi juga tidak berkemungkinan justru sebaliknya, dari rakyat jelata lagi tidak berpendidikan sekalipun. Soal meraih derajat taqwa, di hadapan Allah bagi semua orang sama, bisa berasal dari manapun. Oleh karena itu kewajiban puasa juga diserukan kepada siapapun saja yang menyandang keimanan. Atas dasar uraian singkat itu maka rasanya tidak perlu terkejut dan heran jika akhir-akhir ini ada pejabat, orang yang berpendidikkan tinggi, di berbagai kalangan, misalnya Bupati/Wali Kota, anggota DPR, Polisi, Tentara, Kepala Sekolah/Perguruan Tinggi, Hakim, Jaksa dan bahkan juga Pimpinan KPK ternyata melakukan kesalahan yang sama, hingga diadili dan berpeluang masuk penjara. Semua orang berkemungkinan melakukan kesalahan. Karena itulah semut saja juga berhati-hati, sekalipun kepada Nabi Sulaiman. Apalagi, kepada orang yang tidak menyandang derajat kenabian, tidak ada salahnya selalu melakukan control. Sebab, orang terpercaya ternyata memang selalu langka. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang